The Mauritanian: Buku Harian Berdarah dari Guantanamo

Selasa, 9 Agustus 2022 05:01 WIB

The Mauritanian. Sumber: IMDB

THE MAURITANIAN

Sutradara: Kevin Macdonald
Skenario: M.B Traven, Rory Haines, Sohrab Noshirbani
Diangkat dari buku memoar “Guantánamo Diary” karya Mohamedou Ould Slahi
Pemain: Tahar Rahim, Benedict Cumberbatch, Jodie Foster, Shailene Woodley

* * *

Begitu tragedi 9/11 merangsek Amerika, negara ini langsung mendefinisikan ulang karakter dan posisinya di dunia. Tragedi ini membuat Amerika Serikat dan Inggris menjadi negara-negara yang agresif, ganas, dan murka. Serangan teroris yang bukan hanya meruntuhkan menara kembar, menabrak Pentagon, dan mematikan ribuan nyawa, tetapi juga bagi Amerika yang selama ini merasa digdaya, sebagai sebuah penghinaan terbesar di abad baru ini.

Penyerbuan ke Afganistan, Irak, dan perburuan kepada siapa saja yang tampak berwajah dan bernama Timur Tengah menjadikan Amerika negara yang mengerikan pada tahun-tahun pertama paska-teroris. Syahdan nama Mohamedou Ould Slahi, seorang lelaki asal Mauritania adalah salah satu dari serombongan nama dari daftar orang yang diburu. Menurut ‘informan’ –yang banyak disiksa dulu— Mohamaedou Slhai berperan mengurus para teroris. Indikasinya, salah satu teroris yang merebut kursi pilot itu mengenalnya. Indikasi lain: “mengapa Osama bin Laden menghubungi teleponmu?”

November 2001, nasib Mohamedou Slahi ditentukan. Dia ditahan, dibawa dari Mauritania ke Kuba, dan selanjutnya mengalami interogasi dan siksaan tak berkesudahan.

Film ini diangkat dari buku memoar karya Mohamedou Ould Slahi yang kelak mengebrak dunia, dan diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa asing, di luar bahasa Inggris. Buku ini, juga laporan investigatif The New Yorker menguak apa yang terjadi di dalam penjara Guantanamo Amerika yang terletak di Kuba dan pengungkapan ini menjadi salah satu skandal besar Amerika. Sebagian besar dari kita tentu sudah membaca tentang Slahi yang ditangkap, disiksa, dan ditahan selama 14 tahun di Guantanamo tanpa kejelasan tuduhan atau ‘kesalahannya’. Di dalam film, persis seperti yang juga diungkap The New Yorker, adalah Ramzi bin al-Shibh yang menunjuk nama Slahi sebagai yang bertanggungjawab merekrut orang-orang untuk Al-Qaeda. Ketika Slahi pindah ke Jerman, menurut analisis intel Amerika, konon dialah yang merekrut banyak orang, tiga di antaranya terbukti pembajak dan teroris di pesawat tragedi 9/11.

Slahi berkeras tidak terlibat dalam penyerangan September 2001. Dia memang pernah dilatih di Afganistan untuk melawan invasi Soviet. Slahi (diperankan dengan baik oleh Tahar Rahim) memang pernah bertemu satu kali dengan Ramzi, tetapi dia sama sekali tak ada urusan dengan tragedi 911.

Adalah pengacara senior Nancy Hollander (Jodie Foster) yang tertarik untuk menjadi pembela Slahi. Bersama pengacara junior Teri Duncan (Shailene Woodley), mereka melakukan riset sedalam mungkin dengan keterbatasan yang luar biasa. Harus diingat, dokumen terpenting tentang proses interogasi para tahanan saat itu dinyatakan dokumen “classified”. Muncul pula tokoh Letkol Stuart Couch (Benedict Cumberbatch) yang ditunjuk menjadi jaksa dalam kasus ini. Paruh pertama film kita menyaksikan dua orang Amerika yang berlawanan, si idealis Nancy Hollander –Jodie Foster memperoleh penghargaan Golden Globe 2021 untuk perannya ini— melawan jaksa yang semula sangat ingin sekali Slahi divonis dihukum mati.

Tentu saja sebaiknya Anda menyaksikan sendiri perjuangan apa yang harus dilalui baik oleh sang pengacara Hollander maupun Jaksa Couch untuk akhirnya memperoleh catatan proses interogasi. Meski kita tahu bahwa Slahi akhirnya dibebaskan setelah 14 tahun, tetapi film ini jelas sangat mengeritik sikap dan pendirian negara Barat pasca 9/11 yang menganggap siapa saja yang bernama Timur Tengah harus dicurigai.

Sutradara Macdonald jelas sangat memihak dan percaya pada sikap Slahi: dia tak bersalah dan tak terlibat dalam peristiwa September 2001. Bahwa Slahi sempat mengaku setelah siksaan-siksaan berat dan diancam bahwa ibunyapun akan dijebloskan ke Guantanamo adalah sebuah teknik yang tak dapat bisa diterima, sehingga jaksa maupun pengacara menganggap kasus ini tidak kuat untuk diteruskan.

Sikap kritis sutradara Kevin Macdonald tentang keangkuhan Amerika ini –semakin parah di masa pemerintahan Trump—adalah salah satu alasan mengapa film ini menjadi penting untuk mengimbangi film beraroma heroik macam “Zero Dark Thirty” (Kathryn Bigelow, 2012).

Adegan-adegan siksaan yang terlalu berat untuk disaksikan, terutama Macdonald menggunakan adegan realis yang dia campur baur dengan aroma surealis (para penyiksa mengenakan topeng berwajah binatang). Di satu bagian Macdonald ingin memperlihatkan adegan siksaan yang begitu nyata dan nyaris membuat penonton traumatis menyaksikan metode kebrutalan para penyiksa. Di sisi lain, dia memutuskan agar siksaan itu perlu dibuat seperti adegan mimpi buruk.

Bagaimanapun, film ini bisa dianggap sebagai salah satu tanda penting bagiaman sebuah negara yang dianggap pemuja demokrasi itu ternyata menggunakan metode yang sama—mungkin lebih keji—dengan negara-negara diktator.

LEILA S. CHUDORI

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

10 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

39 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya