Pemulihan Ekonomi dalam Ketidakpastian Pandemi

Penulis

Kiki Verico

Senin, 6 Juli 2020 11:35 WIB

Pedagang saat beraktivitas di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Selasa, 30 Juni 2020. Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin mengatakan penutupan di Pasar Tanah Abang akan dilakukan sesuai zona ditemukannya kasus Covid-19. Langkah ini diambil guna meminimalisir kontraksi ekonomi di masa pandemi. Sebelumnya dari hasil tes usap yang dilakukan oleh Puskesmas Tanah Abang diketahui sebanyak 2 orang terkonfirmasi positif di Blok A Pasar Tanah Abang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Kiki Verico

Tenaga Ahli Menteri Keuangan dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI

Pandemi global tidak terjadi dalam waktu pendek. Sejarah mencatat hanya terjadi satu kali dalam satu abad. Generasi sekarang terpilih untuk menyaksikan pandemi kali ini dengan teknologi informasi dan revolusi industri generasi keempat. Informasi tentang pandemi sangat banyak dan cepat, tapi manusia tetap tidak mampu memastikan waktu. Ilmuwan kesehatan tahu sebab dan cara mengatasi pandemi, tapi tidak tahu kapan bisa diatasi dan berakhir. Seperti halnya gempa bumi, ilmuwan tahu sebabnya tapi tidak tahu kapan akan tiba. Ekonom juga tahu pandemi akan membawa krisis, tapi tidak tahu kapan akan terjadi.

Akhir Juni lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengkonfirmasi bahwa ekonomi dunia akan memasuki krisis dengan pertumbuhan minus 4,9 persen. Cina diperkirakan masih tumbuh positif sebesar 1 persen, sementara beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, serta Sub-Sahara Afrika diperkirakan tumbuh sedikit lebih baik dari pertumbuhan ekonomi dunia. Berbeda dengan krisis ekonomi setelah perang dunia, pandemi tidak hanya mempengaruhi sisi permintaan, tapi juga penawaran. Sisi penawaran menghadapi penurunan produktivitas karena manusia sebagai inti produksi harus membatasi aktivitas, sementara di sisi permintaan mengalami penurunan, dari konsumsi, investasi, hingga perdagangan internasional.

Untuk memecah kebuntuan ekonomi saat terkunci krisis, ilmu ekonomi menawarkan dua pendekatan. Pertama, pendekatan Keynesian menjelaskan bahwa pemecah kebuntuan krisis ekonomi adalah pemerintah. Hal ini tidak mudah karena, menurut Milton Friedman, di setiap krisis ekonomi, pemerintah juga terkena dampak berupa penurunan penerimaan negara. Kedua, pandangan Schumpeterian percaya bahwa ekonomi bangkit dari kemampuan adaptasi bisnis melalui inovasi. Pendekatan Schumpeterian sebetulnya hadir bersamaan dengan Keynesian, yaitu ketika terjadi resesi ekonomi dunia pada 1930-an, tapi Schumpeterian tidak populer karena belum adanya teknologi informasi dan komunikasi. Kini, dengan kehadiran teknologi ini, pendekatan Schumpeterian menjadi masuk akal karena Internet terbukti menjadi solusi inovasi di tengah pandemi. Pendekatan Keynesian dan Schumpeterian kini telah menjadi solusi bersama krisis ekonomi global.

Advertising
Advertising

Pendekatan Keynesian merupakan pendekatan klasik yang sudah ada sejak hampir seratus tahun lalu, ketika pada masa resesi pemerintah mengambil peranan dominan untuk menyelamatkan dan membangkitkan ekonomi. Dari sisi permintaan makro, pemerintah menyiapkan perlindungan sosial. Sedangkan dari sisi penawaran, pemerintah menahan agar sisi suplai tidak mendadak berhenti dengan berfokus pada penanggulangan pandemi (kesehatan), insentif pajak, bea masuk dan cukai, serta bantuan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah. Selain melindungi sisi permintaan dan menjaga stabilitas suplai, pemerintah mendorong kebangkitan ekonomi seusai pembatasan sosial berskala besar. Kebangkitan ekonomi dimulai dari sektor padat karya dengan melibatkan seluruh kekuatan, dari badan usaha, kementerian dan lembaga, hingga pemerintah daerah dan perangkat desa.

Meningkatnya transaksi online saat pembatasan mobilitas membuktikan bahwa pendekatan Schumpeterian memang tengah terjadi. Secara makro, terlihat bahwa sektor teknologi informasi pada kuartal pertama 2020 tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yaitu masing-masing 9,81 persen dan 2,97 persen. Teknologi informasi tidak hanya berperan pada dukungan "aktivitas dari rumah" secara online, tapi juga "transaksi ekonomi". Beragam cerita tentang bagaimana usaha tetap eksis di tengah pandemi membuktikan bahwa usaha bisa bertahan sepanjang menyesuaikan diri, inovatif, dan memanfaatkan teknologi informasi. Penjahit baju beralih membuat masker kain, konveksi memproduksi alat pelindung diri, produsen parfum menghasilkan hand sanitizer, penghasil aksesori membuat makanan dan menjual produknya melalui platform online. Dari sub-sektor jasa hiburan, di tengah berkurangnya kegiatan panggung dan media televisi, beberapa figur publik justru semakin sukses sebagai Youtuber karena pemirsa kini lebih banyak menggunakan media sosial.

Pandemi harus dihadapi dengan hati-hati karena tidak ada yang tahu kapan ia akan berakhir. Sejarah flu Spanyol menunjukkan bahwa gelombang kedua pada Oktober 1918 terjadi setelah gelombang pertama pada Juni 1918. Ibarat lari jarak jauh, menghadapi pandemi memerlukan strategi, disiplin, daya tahan, dan kesabaran. Kunci kesabaran adalah kepercayaan. Ketika manusia percaya bahwa ia mampu menghadapi pandemi, ia akan bersabar, termasuk saat menjalani kehidupan normal baru. Satu hal yang pasti, manusia yang bertahan adalah mereka yang memiliki strategi dan bersabar dalam kedisiplinan.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya