Waspada Tipu-tipu Pandemi

Penulis

Selasa, 12 Mei 2020 06:25 WIB

Rapid test kit untuk skrining COVID-19 yang dipakai RS Hasan Sadikin Bandung, Rabu 25 Maret 2020. Alat uji cepat itu digunakan kepada 300-an karyawan di Ring 1. FOTO/Dok.RSHS

Selain membangkitkan kepahlawanan, krisis kerap memunculkan kisah para pencoleng. Berpura-pura mengulurkan tangan, mereka sebenarnya mengail untung di air keruh. Aparat penegak hukum harus tegas menghukum para bandit yang menipu kita di tengah masa sulit ini.

Pada awal April lalu, perusahaan produsen obat-obatan terkemuka Kimia Farma mendatangkan 300 ribu alat uji cepat (rapid test kit) dengan merek Biozek dari Belanda. Belakangan terungkap, alat uji itu bukan produk Eropa dan akurasinya pun diragukan. Perusahaan penjual alat ini diduga memalsukan keterangan serupa untuk memasarkan produknya di beberapa negara, termasuk Italia, Makedonia, dan Inggris.

Penelusuran konsorsium Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP)Tempo tergabung di dalamnyamenunjukkan bagaimana pemalsuan ini terjadi. Sertifikat validasi Biozek yang diklaim produsennya, Inzek International Trading BV, ternyata persis sama dengan sertifikasi sebuah perusahaan Cina: Hangzhou AllTest Biotech Co Ltd. Padahal, di situs perusahaannya dan dalam rilis yang disebarkan ke media massa, Inzek mengklaim Biozek sebagai produk Belanda.

Tak hanya asal produknya dipalsukan, validitas alat tes ini juga tak seperti yang dijanjikan. Dua riset independen di Inggris dan Spanyol menemukan bahwa klaim akurasi di atas 90 persen dari alat uji ini ternyata tak terbukti.

Nasi sudah menjadi bubur. Selain mengadukan perkara ini ke polisi, Kimia Farma sebaiknya segera menarik alat uji cepat virus corona ini dari berbagai pusat pelayanan kesehatan dalam jejaringnya. Sampai pekan lalu, produk abal-abal ini sudah didistribusikan ke setidaknya 14 provinsi.

Advertising
Advertising

Dampak dari peredaran alat uji cepat Covid-19 yang tidak akurat sungguh berbahaya. Pasien yang mendapat hasil tes keliru bisa melakukan hal-hal yang membahayakan jiwanya sendiri dan lingkungannya. Mereka yang sebenarnya tertular virus corona tapi ditetapkan negatif bisa saja menyebarkan penyakitnya ke mana-mana.

Sebaliknya, mereka yang sebenarnya sehat tapi diklaim positif corona akan memenuhi bangsal-bangsal perawatan di rumah sakit yang sudah makin kewalahan. Belum lagi dampak psikologis yang harus mereka derita karena kadung divonis mengidap penyakit mematikan.

Sejumlah peristiwa dalam dua bulan terakhir sudah menunjukkan indikasi ketidaktepatan hasil uji cepat Covid-19 semacam itu. Di Sukabumi, Jawa Barat, hasil tes atas 300 polisi di Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan Polri, yang semula positif corona, ternyata berbalik. Hasil uji usap (swab test) yang dilakukan belakangan menunjukkan hanya 82 polisi yang positif.

Di Bogor, Jawa Barat, kesalahan pendeteksian terjadi dalam uji cepat terhadap 51 tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor pada 20 April lalu. Terakhir, di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Bangli, 443 warganya diisolasi setelah dinyatakan positif corona. Belakangan, hasil uji usap di kedua kluster itu menunjukkan hasil yang bertolak belakang.

Ke depan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan Kementerian Kesehatan harus lebih teliti memeriksa kelayakan alat-alat kesehatan yang masuk negeri ini. Pengalaman Inggris bisa ditiru. Negara itu membatalkan pembelian 2 juta alat uji cepat Covid-19 asal Cina setelah menemukan ada masalah akurasi yang serius. Otoritas medis di Inggris rupanya meminta sejumlah ilmuwan dari Oxford University memeriksa alat kesehatan yang akan diimpor ke sana.

Sertifikasi alat kesehatan di kala krisis seperti sekarang mungkin terasa berlebihan. Namun tetap perlu standar kelayakan minimum agar keselamatan publik tidak menjadi korban. Jika tidak, publik akan kebingungan menentukan mana alat uji tes virus corona yang akurat dan mana yang tidak.

Keberadaan standar minimum itu kian mendesak karena sekarang makin banyak penyedia pelayanan kesehatan yang menawarkan fasilitas pengujian virus corona dengan harga bervariasi. Alat uji cepat yang digunakan pun sungguh beragam. Tanpa pengaturan dari otoritas medis, warga yang awam rawan tertipu tes abal-abal.

Mengambil keputusan yang tepat di kala keadaan demikian mendesak memang tidak mudah. Ketersediaan informasi yang valid menjadi kunci. Ketika sebuah kebijakan diambil secara terburu-buru tanpa data yang memadai, kesalahan amat mungkin terjadi. Karena itu, sekali lagi, transparansi menjadi sangat krusial. Tanpa itu, sulit menghasilkan kebijakan yang akuntabel. Peluang kita untuk selamat dari wabah Covid-19 ini pun bisa terus menyempit.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

12 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya