Politik Cidro

Penulis

Ubedilah Badrun

Rabu, 6 Mei 2020 12:26 WIB

Tulisan ini bukan tafsir dari lagu Cidro nya mas Didi Kempot. Bukan juga konotasi tekstual dari lagunya. Karena saya tidak cukup punya kapasitas untuk menafsir sebuah syair lagu yang melegenda itu seiring melegendanya musisi campursari itu. Karena hanya mas Didi Kempot yang tahu persis makna sebenarnya dari syair lagu Cidro itu.

Mungkin lebih tepat tulisan ini terinspirasi dari narasi lagu Cidro nya mas Didi Kempot yang dikontekstualisasikan di area politik. Tentu tidak mungkin ini disetujui 100% oleh mas Didi Kempot karena beliau sangat tidak mau masuk ke arena politik meski tidak anti politik. Setidaknya, ini bentuk apresiasi ala analis sosial politik.

Dalam literasi bahasa Jawa, cidro itu bisa dimaknai sebagai cacat sosial semacam penghianatan. Jadi kalau digabung dengan kata janji menjadi Cidro Janji kira kira dapat dimaknai sebagai menghianati janji. Jadi itu tentang penghianatan.

Verstehen Mas Didi Kempot

Narasi di era digital society saat ini memiliki ruang yang memungkinkan dengan cepat membersamai pikiran publik. Cidro Janji sebagai judul lagu ia menjadi narasi yang dengan mudah dikonsumsi publik, dan pada titik tertentu publik merasa bahwa narasi itu mewakili pikiran dan perasaannya.

Jika itu terjadi berarti mas Didi Kempot ketika membuat judul lagu tersebut ia sebenarnya secara praksis telah melakukan semacam praktek riset model Weber (1864-1920) yang disebut Weber sebagai Verstehen. Dalam literatur digital (Online Dictionary of the social sciences, diakses 2020) disebutkan Verstehen refers to understanding the meaning of action from the actor's point of view. Mas Didi Kempot betul-betul memaknai ekspresi dikhianati itu dari sudut pandang aktor atau mereka yang dikhianati. Karenanya syair lagunya sangat menjiwai.

Advertising
Advertising

Itu terlihat dari syair Remuk ati iki yen eling janjine (sakit hati ini jika ingat janjinya), Ora ngiro jebul lamis wae (tidak kusangka keluarnya hanya bualan), Dek opo salah awakku iki (apa salahnya diri ini) Ora ngiro saikine cidro(tidak kusangka sekarang dikhianati).

Lirik lagu itu betul-betul sangat menyayat hati apalagi jika dimakna dengan pemaknaan bahasa jawa yang sebenarnya. Memaknainya dari sudut subyek bukan dilihat sebagai obyek. Dengan cara itu empati pada derita dikhianati itu akan lebih kuat.

Makna Simbolik Cidro

Jika kontemplasi metodologisnya sampai pada pemaknaan simbolik. Cidro sebagai simbol bahasa yang mewakili praktik kehidupan sosial masyarakat, maka cidro bisa saja terjadi di semua arena, baik arena sosial, ekonomi, politik, bahkan ilmu pengetahuan.

Herbert Blumer, teoritisi interaksi simbolik, mengingatkan dalam bukunya Symbolic Interactionism: Perspective and Method (1969) bahwa manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. Mas Didi Kempot memberikan makna simbolik penghianatan dengan lagu cidro yang kemudian dikonsumsi dengan renyah oleh 'sobat ambyar' dan oleh publik. Cidro mewakili pikiran dan perasaan penggemarnya. Ada proses pemaknaan (meaning)dari bahasa (language ) cidro.

Jean Francois Lyotard (1924-1998) filosof Prancis mengingatkan bahwa narasi bahasa itu meski cenderung spekulatif, kognitif-teoritik, tetapi juga terlihat emansipatif, praktis dan humanistik. Lyotard termasuk yang tidak percaya pada narasi besar, iya meyakini narasi kecil dan detail lebih verifikatif. Oleh karenanya bahasa sesungguhnya memiliki fungsi verifikatif, semakin jelas detail, jujur mewakili apa adanya maka ia makin verifikatif.

Pada titik ini musik adalah bahasa, lyrik lagu adalah bahasa. Itu semua simbol simbol yang mewakili zamannya sekaligus seringkali simbol-simbol bahasa itu mewakili kegelisahan juga seringkali mewakili harapan. Lyrik mas Didi kempot tentang Cidro itu sangat verifikatif. Maknanya sangat mewakili subyek. Bahwa betapa penghianatan itu sangat menyakitkan.

Politik Cidro

Dalam arena politik janji-janji itu sangat subur bermunculan, apalagi saat musim kampanye. Narasi besar seringkali muncul bak bunga semerbak mewangi di tengah bau keringat rakyat jelata. Rakyat seringkali dininabobokan oleh janji politisi, terbuai oleh narasi indah tentang hidup gema ripah loh jinawi.

Jika cidro dalam lagu mas Didi Kempot itu mewakili betapa sakit hatinya dikhianati. Maka politik cidro atau politik khianat adalah praktik politik yang sangat menyakitkan rakyat banyak. Karena rakyat yang dikhianati. Janji menyejahterakan rakyat, tetapi rakyat terus menderita, meski setiap lima tahun sekali selalu disuguhi janji manis politisi. Petani sejahtera, buruh sejahtera, nelayan sejahtera, pegawai sejahtera, ibu-ibu sejahtera, adalah janji-janji manis yang sering dilontarkan politisi.

Pada titik itu kita mesti menangkap pesan simbolik dari narasi cidro nya mas Didi Kempot bahwa cidro itu sangat menyakitkan. Para politisi hentikan politik khianat! Jangan sakiti rakyat! Kira-kira itu pesan simbolik lagu cidro nya mas Didi Kempot jika dimaknai secara simbolik sebagai pesan etik untuk para politisi.

Terimakasih mas Didi Kempot, selamat jalan dan semoga husnul khotimah.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya