Salah Urus Banjir Jakarta

Penulis

Senin, 2 Maret 2020 14:00 WIB

SEJUMLAH wilayah di Jakarta kembali direndam banjir, kemarin. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta menyebutkan 10,74 persen dari seluruh rukun warga Ibu Kota terkena dampak musibah tersebut.

Banjir di Jakarta bukan perkara baru. Perubahan iklim memang membuat derasnya curah hujan jadi di luar kebiasaan dan bencana air bah di Ibu Kota menjadi-jadi. Tapi itu bukan berarti banjir tak bisa diantisipasi dan dikelola. Minimal, kedatangannya harus diprediksi, penanganan korbannya terorganisasi, dan surutnya bisa dipercepat.

Manajemen pengelolaan banjir inilah yang menjadi tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebagai kepala daerah, dia harus bisa menunjukkan langkah-langkah penanganan banjir yang terencana, terpadu, dan efektif. Sayangnya, dua kali banjir besar yang melanda Ibu Kota dalam dua bulan pertama 2020 menunjukkan kinerja Anies yang kurang optimal.

Jangan dulu berburuk sangka dan mengaitkan penilaian miring ini pada soal politik. Sejumlah kalangan memang menjagokan Anies menjadi calon presiden pada Pemilihan Umum 2024. Namun itu bukan berarti kinerjanya sebagai Gubernur Jakarta tak bisa dinilai tanpa embel-embel politik elektoral. Publik wajib mendapat informasi yang jernih dan sahih tentang performa Anies sebagai pemimpin Jakarta.

Apalagi, di atas kertas, manajemen pengelolaan banjir sebenarnya bukan hal yang terlampau rumit. Variabel yang harus dihitung agar banjir tak berdampak besar juga terang-benderang. Pengalaman Jakarta bertahun-tahun sebagai kota langganan banjir membuat rumus penanganannya juga sudah jelas. Sebagai gubernur, tugas Anies tinggal merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program-program antisipasi banjir di Jakarta.

Karena itu, Anies seharusnya tidak terjebak dalam dikotomi naturalisasi versus normalisasi sungai. Publik juga tak perlu latah mempertentangkan air bah hendak dialirkan ke laut atau dimasukkan ke tanah. Memperdebatkan keduanya tak bakal menyelesaikan masalah dan hanya menarik untuk konsumsi pendengung politik.

Advertising
Advertising

Semua konsep penanganan banjir itu sebenarnya bisa berjalan seiring. Di daerah aliran sungai yang memungkinkan, naturalisasi bisa berjalan. Di tengah kota yang lahannya terbatas, tak ada pilihan selain membuat dinding beton di pinggir sungai. Yang justru harus diuji adalah pelaksanaan konsep-konsep itu di lapangan. Di situ peran Anies dinilai.

Pertama, dari sisi politik anggaran. Jika membandingkan angka anggaran penanganan banjir dari tahun ke tahun, tampaknya antisipasi banjir bukan prioritas Anies. Meski tersebar di beberapa pos anggaran, total dana yang dialokasikan untuk pengendalian banjir memang menurun. Pada 2018, total anggaran program pengendalian banjir di dinas sumber daya air dan suku dinas mencapai Rp 3,5 triliun. Tahun ini, jumlahnya menyusut menjadi Rp 2,5 triliun. Padahal serapan anggarannya tahun lalu rata-rata 90 persen.

Dengan dana yang menurun, evaluasi kinerja pompa serta perawatan dan pengadaan pompa baru jadi tak bisa optimal. Setiap kali banjir, selalu ada kabar soal pompa yang tak berfungsi. Hal-hal sepele semacam ini bisa berdampak langsung pada pengendalian banjir di lapangan.

Kedua, soal pelaksanaan program. Ada banyak laporan tentang koordinasi yang tak berjalan. Proyek pelebaran trotoar yang digelar Anies di banyak titik di Jakarta ternyata tak dibarengi dengan pelebaran saluran air. Di beberapa proyek, seperti di Menteng dan sepanjang Jalan Sudirman, saluran air justru menyempit atau tersumbat puing-puing bongkaran trotoar.

Terakhir, soal pelaksanaan program untuk mengantisipasi banjir berikutnya. Selain sedang membangun dua waduk di Ciawi dan Sukamahi, Jawa Barat, pemerintah pusat sebenarnya merencanakan pelebaran 13 sungai di Jakarta dan pembangunan sodetan di Kali Ciliwung. Proyek-proyek ini sekarang mandek karena Gubernur Anies belum berhasil membebaskan lahan di sana.

Penanganan Anies soal pembebasan lahan untuk proyek pengendalian banjir ini terasa berbeda dengan caranya menghadapi masalah serupa di proyek moda raya terpadu (MRT). Kita tahu, berkat pendekatan Anies, beberapa pemilik lahan yang berkeras menolak proyek MRT di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan, melunak.

Perbaikan manajemen banjir Anies jadi kian mendesak mengingat konflik sosial kini meruncing. Ratusan warga di kampung-kampung yang bersebelahan dengan perumahan Jakarta Garden City di Cakung, Jakarta Timur, pekan lalu mengamuk di AEON Mall. Mereka menuding pembangunan mal dan perumahan mewah itu membuat kampung mereka tenggelam. Gubernur Anies harus memastikan semua pengembang memenuhi kewajiban membangun fasilitas umum dan sosial.

Tentu mengatasi banjir Jakarta tak bisa dikerjakan Anies sendiri. Presiden Joko Widodo semestinya turun tangan. Pada Maret 2014, Jokowi berujar bahwa dia bisa mengatasi persoalan Jakarta jika terpilih menjadi presiden. Kini saatnya membayar lunas janji itu.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya