Bollywood: Mimpi Layar Perak

Penulis

Karim Raslan

Rabu, 30 Oktober 2019 12:20 WIB

Tanya Purohit, seorang artis Bollywood, di pertunjukan "Rumah Kanji", sebuah pentas yang ia perankan bersama murid-muridnya.

Penampilan Tanya Purohit, 30 tahun, tak ubahnya tokoh utama dalam sebuah film: langsing, cantik, dan berkulit indah. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kecerdasan, kehangatan, dan humornya yang cerdik bak seorang komedian.

Mengawali karirnya sebagai pembawa acara di saluran belanja televisi di Delhi, Tanya lalu pindah ke jaringan olahraga di Mumbai. Sekarang perempuan cantik kelahiran Uttarakhand ini sedang berjibaku menembus industri besar media dan hiburan di India: Bollywood.

Episentrum dari industri itu ada di Andheri, sebuah daerah pinggiran kota yang sepi dan menghadap pantai, dekat dengan bandara Santa Cruz di Mumbai.

Di sana, di antara blok-blok apartemen yang menjulang tinggi, terselip sebuah bungalow bergaya 1960an yang disulap menjadi kantor agen casting artis, rumah produksi, serta ruang dan kafe untuk pertunjukkan alternatif. Di kompleks itu, para pelaku industri berdesak-desakan mencari pekerjaan, kontak, serta kemajuan karir mereka.

Di India yang multibahasa, ada juga pusat hiburan lain; termasuk di dalamnya “Tollywood” dan “Kollywood” – industri film berbahasa Telugu dan Tamil yang masing-masing berpusat di Hyderabad dan Chennai.

Film adalah industri besar dan global, sekaligus salah satu ekspor paling sukses dari India. Salah satu yang paling berhasil adalah film berbahasa Hindi bertema gulat berjudul “Dangal” (dibintangi Aamir Khan) yang berhasil meraih keuntungan sebesar 216 juta dollar Amerika di luar India saja.

Dangal menghasilkan lebih dari USD216 juta di luar India saja.

Gemerlap Bollywood juga terasa di dunia televisi, yang makin hari kian membesar dengan 900 saluran dan masih terus berkembang. Belum lagi layanan streaming yang makin berkembang. Tengok saja mini seri "Sacred Games" (sekarang memasuki musim kedua) yang tayang di layanan streaming Netflix. Program itu dibuat dengan anggaran pemecah rekor sebesar 14 juta dollar Amerika – investasi asing terbesar dalam produksi India. Diperkirakan dua dari tiga penonton serial tersebut adalah warga luar India.

Pengguna internet India yang berjumlah sekitar 570 juta adalah target pasar yang sangat menarik. Laporan terbaru dari Boston Consulting Group (BCG) mencatat bahwa Industri OTT (Over the Top Media Services/layanan media streaming) di India diharapkan tumbuh sebesar 27 persen per tahun, di mana pasar tersebut akan menyentuh angka 5 miliar dollar Amerika pada 2023.

Sacred Games 2 didukung oleh investasi sebesar USD14 juta dari Netflix.

Dengan latar belakangnya di dunia televisi, tidak seperti mereka yang ingin langsung menembus ke dunia film, Tanya setidaknya masih memiliki sumber pendapatan tetap. Hal ini juga didukung oleh etos kerjanya yang luar biasa. Dia mampu menyeimbangkan komitmen di layar kecil dengan sebuah serial web berjudul "Project Tank Man" serta peran kecil di franchise ketiga dari sebuah serial berjudul "Commando".

Selain mencari audisi untuk peran yang akan datang, Tanya sekarang bekerja untuk saluran TV Bollywood. Tugasnya melakukan wawancara dan laporan tentang berita industri terbaru. Ia juga membantu para pelajar di Sekolah Drama Nasional untuk merancang dan membangun struktur drama. Tanya juga masih bekerja lepas di stasiun olahraganya, mempresentasikan analisis mulai dari kriket hingga gulat profesional.

Namun, tentunya menjadi bintang film adalah tujuan utama Tanya. Di samping itu, terlihat cantik adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Tanya tertawa sambil menjelaskan, "Cowok-cowoknya punya perut six pack – mereka hanya boleh makan protein, ayam, dan putih telur! Dan kita cewek-cewek juga harus acting bareng mereka, jadi kita harus kurus juga."

"Kalau tidak begitu, nanti ada orang lain yang datang dan merebut pekerjaan kita. Saya tahu kerja saya bagus, namun saya juga tidak bisa membiarkan pekerjaan saya lepas begitu saja karena ada orang yang lebih cantik daripada saya."

Jadwal Tanya begitu padatnya, sampai-sampai ia kerapkali hanya bisa berolahraga larut malam, berjogging di tengah jalanan Adheri yang ramai pada jam satu pagi.
Ia menambahkan, "Mumbai itu tidak seperti Delhi. Di sini aman." Hal lain yang sangat membantu adalah suaminya, Deepak, seorang pembaca berita di stasiun teve, yang sangat mendukung ambisinya.

Menjadi bagian dari Bollywood membuat Tanya menyadari kejamnya dunia showbiz. Kehidupan seorang aktris di Mumbai sangatlah berat, terutama dalam urusan mengatur keuangan.

Sepertiga gaji Tanya habis untuk menyewa tempat tinggal. Ia juga harus membeli kosmetik dan baju sendiri untuk penampilannya di depan kamera: dia bisa terlihat jelek kalau menggunakan baju yang sama terus-menerus.

Meski begitu, Bollywood pun sebenarnya sudah beranjak dari kisah-kisah dramatis dan musik-musik yang megah. Belakangan, film “Article 15” tentang seorang polisi yang menghadapi kasus kekerasan berbasis kasta, berhasil menyita perhatian masyarakat India. Dalam sebuah negara di mana kasta dan agama memicu perdebatan hebat (dan bahkan kekerasan), fakta bahwa tema ini berhasil masuk layar perak –ketika semestinya film adalah bentuk terbaik dari eskapisme – memiliki dampak yang luar biasa.

Walhasil, Bollywood bukanlah Hollywood. Tidak seperti saingannya di Amerika, industri film Mumbai dan bintangnya hanya bekerja di dalam orbit Delhi. Kehadiran Narendra Modi yang makin hari makin otokratik, di jagat politik India, sangat berpengaruh.

Layanan streaming pun tidak kebal dari pengaruh kelompok konservatif. Contohnya, adegan-adegan dari serial “Sacred Games” mendapatkan komplain dari partai BJP (Bharatiya Janata Party) karena dianggap menghina kelompok Sikh.

Meski demikian, industri media dan hiburan di India terus berkembang – begitu pula orang-orang yang ingin sukses di dalamnya. Menurut Tanya, rata-rata, ada setidaknya 100 orang yang ikut audisi untuk peran tertentu dalam sebuah film. Tanya sendiri memiliki angka keberhasilan sebesar 25 persen dari setiap audisi.

Karena itulah, dari puluhan ribu penerus Shah Rukh Khan dan Aishwara Rai, bakat dan tampang hanyalah syarat minimal – itu pun kerapkali tidak cukup. Menurut Tanya, semuanya kembali pada keberuntungan, dan bahkan, pada kecocokan bentuk fisik seseorang dengan peran yang ia mainkan.

Meski demikian, dengan keyakinan seperti yang Tanya miliki, nampaknya ia memiliki segala kesempatan untuk ada di dalam “akhir sebuah film Bollywood.” (*)

------------------------------

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Berlatar belakang pendidikan hukum dari Universitas Cambridge, Inggris, ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang bisnis dan politik di wilayah Asia Tenggara, terutama Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam dan Myanmar.

Tulisan ini adalah bagian dari kolom CERITALAH yang telah dipublikasikan berbagai media dan bahasa dalam 25 tahun terakhir. Kolom ini membahas perkembangan situasi dan isu-isu sosial-politik di wilayah tersebut.

Format terbaru kolom ini bertajuk CERITALAH ASEAN, yang mengambil pendekatan awal untuk "menceritakan" dan diterbitkan secara online di tujuh negara dan tujuh bahasa.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya