Salah Langkah di Papua

Penulis

Rabu, 25 September 2019 07:40 WIB

Warga mengungsi di Mapolres Jayawijaya saat terjadi aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin, 23 September 2019. Seluruh jadwal penerbangan di Bandara Wamena dibatalkan akibat aksi tersebut. ANTARA

Presiden Joko Widodo harus segera mengubah pendekatan dalam menangani masalah Papua. Pertemuan dengan sejumlah tokoh Papua yang digelar pemerintah sejauh ini terkesan basa-basi dan tidak menyentuh inti persoalan. Pengerahan pasukan untuk meredam aksi rakyat Papua terbukti pula malah memperburuk situasi di sana.

Pendekatan pemerintah yang kurang pas dalam mengurus Papua menyebabkan kerusuhan kembali meletup di Wamena dan Jayapura, kemarin. Hingga hari ini tercatat sudah lebih dari 26 orang meninggal akibat bentrokan massa. Setidaknya seorang tentara juga tewas di lapangan.

Insiden itu tidak lepas dari kasus penghinaan rasial dan persekusi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, pertengahan Agustus lalu. Kegagalan menyelesaikan kasus ini berdampak buruk. Ratusan mahasiswa asal Papua di berbagai kota berbondong-bondong pulang kampung. Kepulangan mahasiswa itulah yang memicu bentrokan di kampus Universitas Cenderawasih di Abepura, Jayapura, kemarin. Rencana mahasiswa untuk mendirikan posko dihalangi petugas, lalu terjadilah bentrokan.

Sudah saatnya pemerintah menyadari bahwa yang dibutuhkan orang Papua adalah pengakuan atas hak dan tuntutan mereka. Kini orang Papua tidak butuh redistribusi ekonomi dan peningkatan pendapatan seperti yang dijanjikan pemerintah Jokowi. Meskipun kemiskinan di sana amat memprihatinkan, isu yang lebih urgen untuk orang Papua adalah pengembalian derajat dan martabat mereka sebagai pemilik sah tanah Papua.

Karena itu, janji manis soal pembangunan infrastruktur, pembagian triliunan rupiah dana otonomi khusus, dan gula-gula ekonomi lainnya tidak akan pernah menyelesaikan isu Papua. Begitu pula pembangunan istana presiden di Jayapura, penambahan jumlah pegawai negeri eselon satu dan dua dari Papua, serta rencana pembentukan provinsi baru di sana. Semuanya hanya menunjukkan tidak mampunya Jakarta memahami Papua.

Advertising
Advertising

Pertemuan Presiden Jokowi dengan puluhan orang yang disebut-sebut sebagai tokoh Papua, beberapa pekan lalu di Istana Negara, sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Belakangan, tokoh-tokoh itu bahkan tidak diakui oleh pemimpin Papua sendiri.

Presiden Jokowi semestinya segera menyadari kekeliruannya dalam menangani persoalan Papua. Pemerintah seharusnya meminta maaf kepada rakyat Papua secara tulus dan berjanji mengusut tuntas kasus penghinaan rasial serta pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Papua selama ini. Semua kisah pemberangusan, penganiayaan, dan pembungkaman orang Papua sejak era Orde Baru harus dibuka dan diselesaikan seadil-adilnya.

Pemerintah juga harus lebih tulus dan serius dalam berdialog dengan tokoh-tokoh Papua. Kita mesti mendengarkan aspirasi semua tokoh adat, agama, intelektual, pemimpin pemuda, dan semua tokoh yang memiliki basis massa di Papua. Jangan cuma mengundang kelompok yang pro-Jakarta. Hanya dengan sikap terbuka, jujur, dan menghormati martabat orang Papua-lah pemerintah akan bisa menyelesaikan masalah Papua.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya