Machiavelli

Selasa, 17 September 2019 12:30 WIB

Kendaraan hias membawa patung raksasa yang menggambarkan tokoh Charlie Chaplin saat diarak dalam memeriahkan parade Karnaval Nice ke-135 di Nice, Prancis, 16 Februari 2019. REUTERS/Eric Gaillard

Ternyata Machiavelli yang terkenal karena teorinya tentang kekuasaan juga menulis komedi.

Tapi tak mengherankan sebenarnya.

Komedi punya kaki yang ringan. Dalam proses yang penuh banyolan di panggung, peran dan kata-kata meloncat lincah dari satu posisi ke posisi lain. Tak jelas mana yang unggul. Kita tak anggap penting tujuan ceritanya. Kita terpulut oleh tiap adegan dan improvisasi yang melipur lara, dan kita tertawa di detik itu seakan-akan buat pertama kalinya seperti ketika kita menyaksikan Susilo di panggung Teater Gandrik atau Charlie Chaplin dalam film pendek. Kita tak bertanya, untuk apa, ke mana arahnya, apa pesan moralnya.

Ada adegan baru, tokoh baru, percakapan baru, langkah baru, lurus atau menyimpang tapi apa dasarnya?

Agaknya tentang kaki ringan itu pula Machiavelli menggubah Mandragola.

Advertising
Advertising

Syahdan, sejak tersingkir dari arena politik Firenze, Italia, pada 1512, ia menyendiri dan menulis. Di tahun 1513 bukunya yang termasyhur, Il Principe, beredar dalam bahasa Latin dengan judul De Principatibus.

Mandragola digubahnya setelah Il Principe, sekitar 1518. Komedi lima babak ini mengisahkan kejadian yang berlangsung cuma 24 jam. Callimaco, pemuda ganteng dan terpelajar yang pulang dari Paris, tergila-gila pada Lucrezia. Tapi perempuan yang membangkitkan berahinya ini istri Messer Nicia, seorang hakim setengah baya, kaya raya, dan terpandang. Callimaco tak tahu bagaimana cara menembus itu. Ia juga tak bisa merayu Lucrezia. Perempuan ini takut berdosa dan rajin berdoa di bawah asuhan Frater Timoteo.

Namun ada celah: Nicia tak sabar punya anak. Bertahun-tahun Lucrezia tak juga hamil.

Dari sini Ligurio, seorang pialang perkawinan yang cerdik, membantu Callimaco. Ia beri jalan: Callimaco harus pura-pura jadi dokter yang bisa meracik "mandragola", sebuah jamu yang harus dinyatakan bisa membuat perempuan subur dengan lekas. Meskipun juga harus disebut risikonya: lelaki pasangannya akan mati setelah seminggu.

Nicia, hakim yang agak tolol, tertarik. Tapi ia berpikir: Lucrezia mungkin mau minum jamu itu, tapi ia, suaminya, tak ingin mati seminggu setelah menyetubuhinya. Katakanlah, bisa pakai seorang lelaki lain sebagai pengganti. Tapi Lucrezia, yang tekun berdoa agar dikaruniai anak, tak akan mau berzina.

Ligurio pun siap dengan skenario tambahan: Timoteo bisa diminta membuat fatwa yang menghalalkan hubungan seks di luar nikah khusus dalam kasus ini. Diharapkan Lucrezia bisa tenang. Untuk fatwa itu sang Frater (Machiavelli menyebut tokoh ini sebagai "frater sesat") memang mau dibayar.

Nicia siap menyogok. Tapi mungkinkah ada lelaki yang bersedia meniduri Lucrezia dan seminggu setelah itu mati? Jalan keluar Ligurio: nanti malam akan diringkus seorang pemain musik jalanan dan akan dipaksa bersetubuh dengan istri Pak Hakim.

Yang pura-pura diringkus tentu saja Callimaco, dan cerita berakhir senang. Callimaco berhasil meniduri perempuan yang membangkitkan berahinya, Nicia bahagia karena yakin istrinya akan hamil, dan Lucrezia bisa menikmati zina dengan restu Gereja kapan saja....

Pendek kata, muslihat yang sukses dan Machiavelli menggubah sebuah syair setelah Babak Ketiga:

Tipu daya yang demikian halus

Dengan saksama dan berhasil mulus

Telah mengikis cemas dan galau

Dan rasa manis datang, rasa pahit terhalau

Hasil itulah nilai sebuah tindakan. Hasil yang baik menghapus sifat keji cara mencapainya. Tujuan menghalalkan cara.... Kita ingat Machiavelli sering dianggap sebagai perumus asas yang brutal itu, dan tampak komedi Mandragola menegaskan teori politik Il Principe. Penguasa sukses dalam bidangnya yakni mengukuhkan kekuasaan karena "sí suave è l’inganno...", begitu halus muslihatnya.

Machiavelli dikecam. Bukunya pernah dilarang dibaca oleh Gereja karena dianggap hendak memisahkan kekuasaan politik dari kebajikan moral dan tak melihat agama bisa jadi sumber akhlak yang baik. Dalam Mandragola Machiavelli kita ketemu Timoteo yang mudah disogok, dan dalam Il Principe kita dapatkan petuah-petuah seperti ini: "...seorang penguasa yang ingin menjaga otoritasnya harus belajar bagaimana agar tidak baik."

Tapi salahkah Machiavelli? Ia, mantan pejabat dan diplomat, sebenarnya hanya menyimpulkan pengalamannya. Ia lihat permainan politik adalah silat berkaki ringan. Tak ada ikatan batin dengan dasar nilai yang tertanam dalam. Malah tak ada batin. Penguasa membangun "batin" yang tak hanya satu, tak konsisten, berubah-ubah menuruti kalkulasi untuk berkuasa.

Althusser, pemikir Marxis terkemuka, memuji Machiavelli karena orang ini melihat sejarah bukan sebagai realisasi ide yang tunggal dan kekal, melainkan ekspresi materi yang berubah terus. Machiavelli, kata Althusser, bukan tak kenal moral, melainkan seorang "materialis", peka akan sifat acak perubahan, peka bahwa proses dunia materi tak punya arah. Machiavelli: seorang materialis aléatoire.

Mungkin sebab itu ia merisaukan. Orang takut mengakui sejarah adalah jutaan dadu yang dilempar dan tak dapat diarahkan lebih dulu.

Tapi apa jadinya andai sejarah tak seperti komedi, melainkan film laga yang para tokohnya tak pernah selip, tak pernah goblok, selalu lempang di tiap gebrakan?

Goenawan Mohamad

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

5 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

43 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya