Menanti Generasi Bebas

Sabtu, 18 Mei 2019 14:20 WIB

Sutradara, produser, dan beberapa pemain film Bebas (doc. Film Bebas)

Di sebuah rumah sakit di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, satu lantai rumah sakit tampak penuh oleh wajah-wajah bercahaya: Susan Bahtiar, Marsha Timothy, Indy Barends dan Baim Wong. Di ruangan lain , sutradara Riri Riza dan produser Miles Mira Lesmana ditemani Produser Eksekutif CJ Entertainment Justin Kim memperhatikan adegan yang akan direkam dari monitor.

“Indi tolong ulang, tangannya jangan menghalangi Marsha,” Riri mengarahkan yang menghampiri kamar sebelah, tempat para aktor dan aktris yang tengah berada dalam setting film.

Hari itu, adalah pekan kedua Miles Films dan CJ Entertainment tengah menyelenggarakan syuting film Bebas yang diadaptasi dari film Korea yang sangat populer Sunny ( Kang Hyoung-chul, 2011).

Mengapa mengadaptasi film Korea? Ini kali pertama Miles Films melakukan adaptasi dari sebuah film asing. “Saya suka sekali dengan ceritanya,” kata Mira. “Riri dan saya kemudian memutuskan cerita ini bisa kami adaptasikan dengan konteks Indonesia.”

Film Sunny adalah sebuah film drama komedi Korea yang berkisah tentang persahabatan tujuh remaja SMA Seoul di tahun-tahun menjelang pecahnya peristiwa Kwangju yang menyebabkan serangkaian demonstrasi di mana-mana dana anggota keamanan bertebaran pada setiap pojok kota Seoul. Tetapi film Sunny –yang diambil dari judul yang dinyanyikan lagu kelompok Boney M—sama sekali tak mengisahkan panasnya politik Korea Selatan saat itu,melainkan tentang tujuh remaja SMA dan reuni setelah 23 tahun.

Advertising
Advertising

Eun-kyung Shim, Min-yeong Kim, Hyo-Rin Min, So-ra Kang, Jin-joo Park, and Bo-ra Nam dalam film Sseo-ni atau Sunny (2011)

Film ini dibuka dengan tokoh utama Na-mi (You Ho-jeong), seorang ibu rumah tangga yang hidup berkecukupan yang merasa hidupnya terlalu rutin: mengurus suami yang sibuk bekerja dan puteri remaja yang cemberut melulu. Saat Na-mi mengunjungi ibunya di rumah sakit, Na-mi bertemu dengan kawan sesama satu geng di SMA, Chun-hwa (Jin Hee-kyung) yang tengah menghadapi penyakit yang siap merenggut nyawanya dalam waktu dua bulan. Kedua kawan yang sudah terpisah selama 23 tahun itu sepakat mencari lima kawannya yang lain untuk sebuah reuni sekaligus mengucapkan selamat jalan kepada Chun-hwa yang siap wafat.

Maka melalui bantuan seorang penyelidik professional untuk mencari kawan-kawannya yang tak terdeteksi posisinya (harus diingat, tahun 1980-an belum ada internet dan media sosial yang dengan mudah mempertemukan kita dengan kawan lama). Jang-mi (Koh Soo-hee), yang saat remaja terobsesi melakukan operasi plastik dan kini sudah menjadi agen asuransi yang kurang sukses plus tiga kawan lainnya seperti Jin-hee (Hong Jin-hee) yang kini menikah dengan seorang pengusaha kaya raya yang gemar berselingkuh; Geum-ok (Lee Yeon-kyung) menetap di sebuah rumah susun yang luar biasa sempit dan berdesakan dengan kakak iparnya yang dominan; Bok-hee (Kim Sun-kyung) yang salonnya bangkrut lantas terpaksa menjadi pelacur sehingga anaknyapun dititip di panti asuhan. Suji yang sejak SMA dikenal paling cantik dan misterius, tak bisa ditemui.

Hee-kyung Jin, Ho-jeong Yu, Su-hee Go, and Jin-hee Hong in Sseo-ni (2011)

Film sepanjang dua jam ini dengan mulus memperlihatkan dua setting: tahun 1980an dan tahun 2000-an; ketika ketujuh remaja masih duduk di SMA dan ketika mereka semua sudah menjadi ibu, isteri, pekerja paruh baya yang sudah mengalami berbagai kegagalan atau mencapai kesuksesan. Perpindahan antar kedua waktu itu terjadi dengan mulus dengan editing yang rapi. Perlahan-lahan kita mulai memahami apa yang menyebabkan persahabatan geng Sunny itu pecah setelah sebuah tragedi terjadi. Yang paling mengagumkan adalah skenario yang ditulis Kang Hyoung-chul dengan mulusnya bisa ‘menyatukan’ tokoh Na-mi remaja dan dewasa dalam satu adegan yang tentu saja hampir seperti sebuah mimpi.

Film ini bukan sekedar menceritakan persahabatan antara dua klik di sebuah sekolah SMA (geng ‘anak-anak biasa’ yang menamakan diri Sunny) dan geng anak populer yang kemudian terlibat perkelahian yang cukup berdarah-darah; tetapi juga soal cinta remaja, soal represi dalam pendidikan hingga soal politik yang mempengaruhi kehidupan keluarga Na-mi.

Suasana saat syuting film Bebas (Doc. Film Bebas)

Bagaimana Mira Lesmana dan Gina S.Noer sebagai penulis skenario akan mengadaptasi kisah yang sarat dengan elemen kultur Korea ini ke setting Indonesia? “Cerita persoalan remaja sebetulnya universal. Banyak yang sama dengan Indonesia,” kata Mira Lesmana, “sedangkan latar politiknya kami memilih tahun 1995-1996 setelah majalah Tempo dibredel,” katanya lagi.

Menurut sutradara Riri Riza, “kegelisahan di tahun 1995-96 juga sudah saat kegelisahan dan gerakan buruh dan mahasiswa. Tapi skenario tidak memilih utk berhubungan dengan satupun peristiwa politik yang spesifik terjadi pada tahun-tahun itu.”

Syuting film “Bebas” sudah selesai dan Miles Films pekan lalu sudah mengumumkan para pemeran para remaja dan dewasa. “Bedanya untuk versi Indonesia, para sahabat berjumlah enam orang, bukan tujuh. Dan dari enam orang itu, ada satu cowok,” kata Mira. Para pemain remaja antara lain adalah: Vina (Maizura), Kris ( Sheryl Sheinafia), Jessica (Agatha Pricilla), Suci (Lutesha), Gina (Zulfa Maharani) dan Jojo (Baskara Mahendra). Sementara para tokoh dewasa diperankan oleh Vina (Marsha Timothy), Kris (Susan Bachtiar), Jessica (Indy Barends), Gina (Widi Mulia), dan Jojo diperankan Baim Wong.

Belum lagi ada pemain-pemain pendukung seperti Amanda Rawles atau pemain dengan nama besar yang juga akan muncul seperti Oka Antara, Reza Rahadian dan Sarah Sechan, Cut Mini, Dea Panendra, Happy Salma dan Darius Sinathrya. Mira Lesmana mengaku bahwa ini kali pertama Miles menggunakan pemain sebanyak ini. “Heboh dan seru,” katanya tertawa.

Sutradara Riri Riza sedang memberi arahan kepada Marsha Timothy saat syuting film Bebas (Doc. Film Bebas)

Tetapi yang sudah jelas terasa asyik, seperti halnya film-fim produksi Miles umumnya adalah pilihan musiknya. Bahwa film ini sudah menggunakan lagu legendaris Iwa K Bebas yang kemudian dijadikan judul film menandakan bahwa aka nada beberapa lagu hits tahun 1990-an yang akan membawa penonton yang mengalami tahun 1990an itu kepada kenangan, pahit maupun manis.

Seperti juga film Sunny yang menggunakan lagu Sunny yang diledakkan Boney M dan Time After Time oleh Cyndy Lauper yang bukan saja berhasil membawa suasana hati para tokohnya sekaligus menyeret emosi penonton, tetapi lagu-lagu itu menjadi penanda jaman.

Bahwa film Sunny berhasil meraup tujuh penonton dan berhasil meraih begitu banyak penghargaan –terutama untuk aktris Kang Sora yang memerankan Chun Hwa remaja—tentu saja menjadi sebuah daya tarik besar untuk menyaksikan adaptasi arahan Riri Riza ini bulan Oktober mendatang.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

2 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

12 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya