Oasis Sepak Bola Indonesia

Penulis

Kamis, 28 Februari 2019 07:32 WIB

Pemain Timnas U-22 Bagas Adi Nugroho (tengah) mengangkat Piala AFF U-22 di Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 26 Februari 2019. ANTARA

Pencapaian tim nasional Indonesia U-22 menjuarai turnamen piala ASEAN Football Federation 2019 di Phnom Penh, Kamboja, patut diapresiasi di tengah paceklik prestasi dalam kompetisi internasional. Namun kemenangan pasukan Garuda Muda ini tak perlu dirayakan berlebihan karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

Dalam pertandingan final Selasa malam lalu, tim nasional usia di bawah 22 tahun besutan Indra Sjafri menang 2-1 atas tim Thailand. Cukup mengejutkan karena sebelumnya tim nasional ketinggalan oleh tim lawan. Di atas kertas, tim Thailand lebih diunggulkan karena langganan juara di pelbagai kompetisi sepak bola Asia Tenggara. Bahkan, pada awal kompetisi, penampilan tim nasional jauh dari mengesankan.

Prestasi ini semestinya menjadi tonggak pembenahan sepak bola nasional. Munculnya atlet yang berusia belia ini menunjukkan tanda kebangkitan sepak bola nasional sudah di depan mata. Mereka bisa menjadi tumpuan untuk meraih prestasi lebih tinggi pada masa depan dengan sistem pembinaan yang profesional.

Perolehan gemilang dalam Piala AFF U-22 tersebut bisa dijadikan momentum untuk membenahi pembinaan atlet sepak bola. Tak boleh puas hanya berprestasi di tingkat Asia Tenggara, kita perlu menunjukkan prestasi hebat dalam perhelatan sepak bola skala dunia. Saat ini, peringkat tim nasional kita berada di urutan ke-165 FIFA, jauh tertinggal dari Vietnam, yang beberapa tahun sebelumnya menjadi tim underdog di ASEAN.

Indonesia perlu menyiapkan secara serius tim nasional yang akan berlaga dalam kompetisi regional dan dunia. Pembinaan jangka panjang harus dilakukan dengan benar. Bibit pemain nasional harus disiapkan dan dilatih sedini mungkin atau sejak usia sekolah dasar. Model latihan dan kompetisi dalam negeri harus profesional dan dibuat berjenjang sesuai dengan kelompok umur. Fasilitas memadai hingga pelatih yang memantau para pemain muda juga sangat diperlukan untuk mendukung pembinaan yang maksimal.

Advertising
Advertising

Pembinaan sejak dini diperlukan karena prestasi sepak bola tak bisa diraih instan. Berbagai penelitian ilmiah menyimpulkan butuh waktu 8-10 tahun bagi seorang atlet untuk menghasilkan prestasi tinggi. Waktu rata-rata latihan atlet berprestasi umumnya sekitar 10 ribu jam atau rata-rata latihan tiga jam sehari selama sepuluh tahun.

Indonesia bisa belajar dari pengalaman Jepang dalam membangun sepak bola. Guna mengejar target menjadi juara dunia 2050, Jepang melakukan sejumlah hal. Antara lain menyelenggarakan kompetisi yang profesional, mendidik ribuan pelatih, membangun puluhan akademi sepak bola yang berafiliasi dengan kompetisi lokal, dan memproduksi para pemain yang memiliki kemampuan serta disiplin tinggi sehingga bisa bermain di liga-liga top dunia.

Perombakan radikal di tubuh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tak boleh dilupakan. Tanpa ini, mimpi meningkatkan prestasi sepak bola kita ke pentas dunia mustahil tercapai. Merancang roadmap sepak bola nasional menuju pentas dunia membutuhkan pengurus PSSI yang excellent, berkomitmen tinggi, dan bersih dari praktik korupsi. Sejumlah figur di PSSI yang namanya kini terseret kasus pengaturan pertandingan dan suap mafia bola di kepolisian tak pantas lagi mengurusi sepak bola negeri ini.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya