Sang Pemburu Bernama Eve

Senin, 14 Januari 2019 08:00 WIB

Killing Eve Film. theverge.com

Eve adalah Sang Pemburu.

Dan setelah beberapa saat, dia menjadi Sang Pemburu yang diburu. Jika anda memutuskan untuk menyaksikan serial baru yang baru saja diganjar Golden Globe untuk Sandra Oh sebagai Aktris Terbaik kategori Drama dalam serial ini, Anda harus siap untuk beberapa hal, termasuk secara diam-diam Anda akan menyukai si penjahat psikopat yang bercita-cita membunuh tokoh Eve.

Cerita awal serial ini dimulai dari perkenalan kita dengan Eve Polastri (Sandra Oh), seorang agen MI5 tingkat rendah yang lebih banyak bertugas di belakang meja sebagai analis daripada di lapangan. Tetapi di antara ‘kebosanan’ pekerjaannya, ada satu hal yang menunjukkan Eve adalah seorang agen yang cerdas yang lebih cocok di lapangan. Ketika terjadi serangkaian pembunuhan berantai di beberapa negara di Eropa, hanya Eve yang kemudian mendeteksi bahwa pembunuh berantai itu adalah seorang perempuan.

Meski analisanya tak dihiraukan oleh atasannya, kelak di kemudian hari seluruh MI-5, dan juga penonton, diburu ketegangan mengejar si pembunuh psikopat bernama Vilanelle. Eve memang benar. Dia kemudian direkrut oleh Carolyn Martens (Fiona Shaw, yang kita lebih kenal melalui perannya sebagai bibi Petunia dalam serial film Harry Potter), kepala Seksi Rusia di MI6 yang kemudian membentuk tim khusus tak resmi untuk mengejar Villanelle.

Episode demi episode, kita menyaksikan betapa gigih dan cerdasnya Eve sebagai seorang agen. Tapi tentu saja, sama seperti perempuan pekerja di mana saja yang selalu saja harus memilih: antara keluarga atau pekerjaan, Eve mulai menghadapi problem rumah-tangga. Suami Eve sebetulnya termasuk seorang suami yang mencoba memahami kesibukan sang isteri... hanya sampai tahap tertentu.

Advertising
Advertising

Tetapi urusan domestik ini pada beberapa episode awal bisa kita kesampingkan dulu, karena sesungguhnya fokus serial ini adalah kejar mengejar antara Eve dengan Villanelle, yang kemudian berakhir dengan Villanelle yang justru mengejar Eve.

Ada beberapa hal penting yang membuat serial ini menonjol dan lebih sukses daripada serial thriller intelijen serupa: pertama, kedua protagonis adalah perempuan. Ini bukan soal “empowerement” , tetapi faktanya memang dunia intelijen sebetulnya sudah lama tak hanya terdiri dari perempuan dan lelaki, hanya saja industri film selama puluhan tahun mempunyai ilusi bahwa peran utama lelaki selalu lebih menarik penonton.

Kedua, karakter Eve dan Villanelle ditampilkan sebagai tokoh-tokoh yang bukan saja kuat tetapi juga unik dan lucu. Eve yang selalu saja diremehkan atasannya selalu tahu cara mengatasinya. Ya, tentu saja para atasan Eve adalah seorang lelaki. Meski ini format yang klise, tapi apa boleh buat, bukankah di tempat kerja memang masih demikian? Atasan lelaki meremehkan bawahan perempuan?

Eve tak merasa harus memaki si atasan dungu itu. Buktikan saja bahwa yang diutarakan dalam rapat-rapat itu memang sebuah fakta. Bahwa pekerja perempuan selalu harus bekerja dua kali lipat daripada lelaki? Ya itu memang masih double-standard yang masih saja berlangsung hingga kini. Eve juga sosok yang bisa mengatasi itu semua dengan humor. Dan Villanelle adalah satu-satunya tokoh dalam serial ini yang bisa menandingi humor dan sarkasme Eve.

Jodie Comer yang berperan sebagai Villanelle –yang sebetulnya dalam serial novel adalah sang protagonis—tampil luar biasa. Dia mungil , liat dan penuh muslihat. Tetapi dia membunuh penuh humor hingga penonton belum sempat untuk emosional, karena adegan pembunuhan itu terjadi berkali-kali.

Ini juga menjadi titik kelemahan serial ini. Bahwa Villanelle adalah seorang psikopat itu tak pernah menjadi sebuah rahasia. Kita tak pernah menyaksikan dia sebagai sosok yang memiliki perasaan atau penyesalan. Lama-kelamaan, pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukannya tak lagi menjadi misteri karena Villanelle memperlakukannya sebagai aktivitas sehari-hari belaka.

Hal lain yang membuat serial ini istimewa karena para kreator menjaga suspense dengan rapi. Karena dunia intelijen segalanya serba rahasia, penuh manipulasi, maka kejutan demi kejutan sepanjang musim tayang satu ini tetap logis, tidak sekedar mengejar efek kejut belaka.

Obsesi antara Eve dan Villanelle ternyata bukan sekedar gairah untuk saling menangkap dan membunuh tapi terselip elemen erotika di antara keduanya. Perkembangan ini membuat serial “Killing Eve” menjadi semakin kompleks karena para creator memutuskan untuk mencoba memasuki psikis kedua tokoh.

Sandra Oh yang berhasil mengalahkan keempat lawannya pada penghargaan Golden Globe dua pekan lalu adalah aktris yang sudah waktunya memperoleh pengakuan. Killing Eve adalah langkah awal pengakuan terhadap bakatnya. Dan ini adalah serial yang layak ditonton sehari semalaman tanpa jeda.

KILLING EVE

Kreator: Phoebe Waller-Bridge

Skenario: Phoebe Waller-Bridge

Sutradara: Harry Bradbear, John East

Berdasarkan serial novel Codename Villanelle karya Luke Jennings

Pemain: Sandra Oh, Jodie Comer, Fiona Shaw, David Haig

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya