Pada 1987

Senin, 14 Mei 2018 18:14 WIB

Adegan film 1987: When the Day Comes. imdb.com

Di Asia, ada beberapa angka ‘keramat’. Untuk Filipina tahun 1986. Untuk Korea Selatan tahun 1987. Untuk Indonesia 1998. Dan mungkin Malaysia menganggap 2018 menjadi tahun penting.

Yang menyamakan tahun-tahun ini adalah karena seorang diktator runtuh dan seluruh masyarakat mempunyai harapan baru. Bagi para aktivis pro-demokrasi di negara-negara Asia, Korea Selatan adalah salah satu inspirasi ketika terjadi peristiwa Gwang Ju.

Sutradara Jang Joon-hwan dan penulis skenario Kim Kyung-chan menuangkan detik-detik jatuhnya diktator Chun Doo-hwan dengan peristiwa tewasnya mahasiswa Park Jong-chul di tangan para interogatornya.

Adegan film 1987: When the Day Comes. imdb.com

Advertising
Advertising

Menit-menit pertama adalah kepanikan tim dokter yang mencoba menyelamatkannya, namun gagal. Menit-menit berikutnya adalah upaya tim Anti Komunis yang dipimpin Komandan Park Cheo-won (Kim Yoon-seok) untuk menutup-nutupi tewasnya Jong-chul. Adalah Jaksa Choi Hwan (Ha Jung-woo) yang disodorkan surat oleh tim intelijen agar dia menandatangani ijin melakukan kremasi tanpa melakukan otopsi terhadap jenazah mahasiswa Park –yang jelas bakal menghilangkan bukti-bukti penyiksaan di sekujur tubuh Jong-chul.

Tak peduli dengan tekanan atasannya, Choi Hwan malah menjungkirbalikkan perintah atasannya. Tentu saja kebandelan Choi, yang terkesan lebih karena jengkel dengan institusi Anti Komunis yang sudah sangat berlebihan dan menangkapi siapa saja yang mengeritik Chun Doo-hwan itu, digebrak oleh sang Komandan yang bertubuh besar dan mengerikan itu.

Sementara Cho Hwan lantas diam-diam membocorkan beberapa dokumen yang membuktikan bahwa kematian Jong-chul memang akibat dari penyiksaan, kita juga juga berkenalan dengan seorang sipir penjara yang diam-diam menyelundupkan beberapa informasi melalui majalah kepada pimpinan oposisi

Kim Jung-nam (Sol Kyung-gu).

Film ini menyorot beberapa tokoh di beberapa pelosok Korea Selatan, dari kalangan elite hingga mahasiswa yang semuanya memperlihatkan perlawanan mereka dengan cara masing-masing. Sang diktator hanya muncul melalui foto resmi di dinding atau beri di televisi yang disaksikan oleh si raksasa keji Komandan Park Cheo-won yang mudah sekali naik darah dan tampaknya ditakuti seluruh negeri.

Adegan film 1987: When the Day Comes. imdb.com

Meski film ini mengambil gaya thriller, dengan ritme cepat dan terus menerus meringkus perhatian penonton dengan ketegangan demi ketegangan, kita juga tetap disajikan beberapa adegan yang kontepmplatif saat-saat orang tua Jong-chul mencoba mencerna berita bahwa tiba-tiba saja tubuh puteranya sudah tak bernyawa. Ketika sang Ayah mengucapkan kata-kata terakhirnya pada puteranya yang sudah menjadi debu di permukaan danau yang sudah membeku itu, maka lengkaplah film ini menjadi perkawinan genre thriller, drama sekaligus sejarah yang digambarkan dengan puitis dan menekan.

Karena sebagian besar cerita diinspirasikan oleh kisah nyata, maka tampaknya sulit bagi sutradara Jang Joon-hwan untuk tidak merekonstruksi berbagai adegan dari foto-foto legendaris. Beberapa adegan akhirnya nyaris seperti sebuah film dokumenter jika kisah cinta antar aktivis itu kita lupakan.

Para aktor tampil hebat, terutama si jahat komandan yang diperankan aktor terkemuka Kim Yoon-seok dan si jaksa idealis Choi howan yang diperankan Ha Jung-woo.

Film yang tengah beredar di berbagai negara ini –semoga bisa ditayangkan di Indonesia – menjadi sebuah film penting bukan saja karena temanya agar Korea Selatan tidak lagi jatuh ke tangan kumpulan serigala serakah dan keji tetapi juga karena sutradata Jang Joon-hwan berhasil menciptakannya menjadi film yang menggebrak.

1987, When the Day Comes

Sutradara: Jang Joon-hwan

Skenario: Kim Kyung-chan

Pemain: Kim Yoon-seok, Ha Jung-woo, Sol Kyung-gu

Produksi: CJ Entertainment

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya