Menuju Perdamaian di Afganistan

Penulis

Smith Alhadar

Selasa, 6 Maret 2018 06:30 WIB

Peta Afganistan. [Al Jazeera]

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) punya reputasi sebagai mediator perdamaian yang andal. Tak mengherankan, dalam upaya mewujudkan perdamaian di Afganistan, Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengundang JK bersama perwakilan 25 negara, tokoh, dan ulama dalam Konferensi Proses Kabul II di Istana Haram Sharai, Kabul, akhir Februari lalu.

Perang antara Taliban dan pemerintah Afganistan telah berlangsung selama 16 tahun pasca-invasi Amerika Serikat ke negeri itu pada 2001, yang menggusur pemerintah Taliban. Perundingan perdamaian telah berulang kali dilakukan di Pakistan, Turki, dan Qatar dengan sponsor Amerika, Cina, dan Pakistan. Namun hingga kini tidak membuahkan hasil. Sebab, Taliban menuntut pemberlakuan sistem Islam ultrakonservatif; pasukan Amerika bersama NATO harus ditarik dulu dari negara itu; Taliban tidak fleksibel dalam perundingan; serta Taliban dibantu oleh Pakistan, Rusia, dan Iran.

Taliban dibentuk oleh badan intelijen Pakistan (IIS) pada 1994 untuk menghadapi kelompok mujahidin dan membuka akses Pakistan ke Asia Tengah yang kaya minyak. Hanya dalam waktu dua tahun, Taliban berhasil menguasai sebagian besar Afganistan. Tapi perlindungan Taliban terhadap Al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin, yang menyerang Amerika pada 2001, membuat Amerika menghancurkan kelompok itu. Pakistan kembali membantu Taliban setelah Afganistan berada di bawah pemerintah Presiden Hamid Karzai maupun Ghani, yang memihak India, musuh Pakistan.

Kendati mendukung Afganistan, diam-diam Rusia membantu Taliban. Motifnya adalah menumpas Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)-lawan Taliban yang kian membesar-yang sebagian anggotanya berasal dari negara-negara Asia Tengah. ISIS hanya menjadikan Afganistan sebagai batu loncatan sebelum kembali ke negara masing-masing untuk melancarkan teror. Ini akan menggoyahkan Asia Tengah, wilayah pengaruh Rusia.

Selain itu, Rusia ingin ikut menentukan masa depan Afganistan guna mencegah pengalihan pipa-pipa minyak negara-negara Asia Tengah ke pelabuhan Karachi, Pakistan. Saat ini pipa-pipa minyak itu dialirkan ke Laut Hitam di Rusia. Motif yang tak kurang penting adalah upaya Presiden Vladimir Putin memproyeksikan kekuatan militer global Rusia untuk mengimbangi Amerika. Dengan bersekutu bersama Taliban, Rusia memperkuat posisi tawarnya dalam transaksi-transaksi yang lebih luas dengan Washington. Terutama terkait dengan aneksasi Rusia ke Crimea, Ukraina, dan perang proksinya di Suriah.

Advertising
Advertising

Iran dan Taliban sebenarnya tidak punya titik temu. Tapi, menyangkut Amerika, berlaku adagium "musuh dari musuh saya adalah teman saya". Maka, Teheran membantu Taliban guna mengikat Amerika di Afganistan. Iran memang menginginkan Amerika berdarah-darah di sana sebelum meninggalkan negeri itu.

Dalam situasi kompleks ini, di mana sebagian besar rakyat Afganistan menganggap perdamaian dengan Taliban hanyalah mimpi, JK yakin perdamaian antara pemerintah Afganistan dan Taliban dapat terjadi jika ada dukungan internasional dan negara tetangga. Untuk itu, Indonesia akan menindaklanjuti konferensi Proses Kabul II dengan menggelar forum tripartit antara ulama Indonesia, Pakistan, dan Afganistan di Jakarta pada Maret ini guna merangkul Taliban agar bersedia masuk ke dalam pemerintahan Afganistan.

Posisi Indonesia sudah diperingan oleh langkah pemerintah Ghani. Dalam pidato di konferensi itu, Presiden Ghani menyatakan akan mengakui Taliban sebagai partai politik dan dapat ikut pemilihan umum. Syaratnya, Taliban bersedia melakukan gencatan senjata untuk memulai proses membangun kepercayaan. Sebagai partai politik, Taliban dapat membuka kantor di Kabul. Selanjutnya, tawanan Taliban akan dibebaskan, pemilihan umum digelar, dan Taliban akan dihapus dari daftar teroris.

Sebagai imbalannya, Taliban harus mengakui pemerintah dan konstitusi Afganistan. Syarat inilah yang menjadi titik buntu dalam perundingan pada masa lalu. Kendala lain, Taliban memprioritaskan perundingan dengan Amerika tentang penarikan tentara Amerika dari Afganistan. Padahal Amerika tak akan mundur sebelum kepentingan ekonomi dan geopolitiknya di sana terjamin. Bahkan Presiden Donald Trump hendak meningkatkan jumlah pasukan agar daya tawar Amerika terhadap Taliban menguat. Memang tidak mudah menjadi juru damai di Afganistan. Mudah-mudahan saja JK bisa.

Smith Alhadar
Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya