Kartu Kuning buat Jokowi

Penulis

Rabu, 7 Februari 2018 06:30 WIB

Presiden Jokowi mengunjungi rumah sakit yang dikelola Indonesia di kamp pengungsian Rohingya Jamtoli di Cox's Bazar, Bangladesh, 28 Januari 2018. Presiden didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menlu Retno Marsudi, Mendag Enggartiasto Lukita, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. AP

Reaksi Presiden Joko Widodo terhadap "kartu kuning" dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Zaadit Taqwa amat berlebihan. Tak seharusnya Presiden menjawab kritik atas penanganan wabah campak dan gizi buruk di Asmat, Papua, itu dengan menimpakan beban pembuktian kepada Zaadit. Ucapan Presiden untuk mengirim BEM UI ke Asmat supaya bisa melihat medan menggambarkan sikap defensif sekaligus ketidakberdayaan pemerintah.


Zaadit meniup peluit dan mengacungkan map kuning-ia menirukan gaya wasit memberikan kartu kuning dalam pertandingan sepak bola-sesaat setelah Jokowi berpidato dalam Dies Natalis Ke-68 UI di kampus itu pada Jumat pekan lalu. Intinya, ia meminta pemerintah lekas mengatasi wabah campak dan gizi buruk di Asmat.


Kecaman itu semestinya ditanggapi dengan kepala dingin. Pemerintah memiliki sumber daya dan tangan hingga ke daerah untuk membenahi masalah. Bahwa lokasi Asmat terpencil jauh dari Jakarta dan minim tenaga medis, itu tantangan kebijakan. Tapi pokok persoalan di Asmat adalah buruknya pelayanan dasar. Inilah yang harus dibereskan Jokowi, bukan mengirim anggota BEM UI, yang bukan ahli kesehatan, ke sana.


Kritik BEM UI semestinya dipandang sebagai masukan dari warga negara kepada pemerintah dan tidak selalu dianggap sebagai serangan politik. Pembantu Presiden dan pendukung Jokowi semestinya menyadari hal ini. Hanya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani malah mengamini pernyataan Jokowi untuk mengirim BEM UI ke Asmat. Pendukung Jokowi di luar pemerintah bahkan ikut merisak pengkritik.


Data Kementerian Kesehatan jelas menunjukkan 646 anak terjangkit wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat hingga Januari lalu. Dalam empat bulan terakhir, ada 68 anak meninggal akibat campak dan menderita kekurangan gizi di kabupaten tersebut. Wabah diperkirakan menyebar ke Pegunungan Bintang, yang jaraknya 286 kilometer dari Asmat. Di kabupaten ini dilaporkan ada 28 orang meninggal, sebagian besar adalah anak-anak.

Advertising
Advertising


Bukan cuma soal Asmat yang dipersoalkan Zaadit dalam acara Dies Natalis UI itu, tapi juga rencana penunjukan perwira tinggi Polri sebagai pelaksana tugas gubernur dan rancangan peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi soal organisasi kemahasiswaan. Penunjukan perwira Polri ataupun TNI sebagai pelaksana tugas dikhawatirkan bisa menghidupkan dwifungsi ABRI. Sedangkan draf peraturan menteri dianggap memberikan legitimasi kepada universitas untuk mencampuri organisasi mahasiswa di kampus.


Semua kritik itu kini tenggelam dalam riuh-rendah cemooh terhadap Zaadit. Sebagian orang malah menyerang pribadi pengkritik. Sikap tak elok yang dipicu oleh reaksi Presiden Jokowi itu tidak menyelesaikan masalah, melainkan hanya membenamkan sederet persoalan yang semestinya diselesaikan pemerintah.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya