Ramalan

Penulis

Sabtu, 30 Desember 2017 01:49 WIB

Ilustrasi kartu tarot/ramalan. Pixabay

Seorang wanita, dosen di sebuah perguruan tinggi, menghampiri saya. Dia senyum sejenak, lalu berbisik: "Tolong dong diramal nasib saya tahun 2018." Saya membalas senyumnya dan memberi petuah. "Banyaklah menabung. Beri kasih sayang yang cukup untuk anak-anak. Jangan suka keluar malam. Rajinlah bersembahyang." Dia mengangguk.


Saya lupa nasihat apa yang saya berikan kalau saja dia tak mengirimkan WhatsApp malam-malam. "Betul saya agak boros dan sering sakit kalau pulang kemalaman. Ya Tuhan, saya jarang bersembahyang," demikian ia menulis di WA. Langsung saya balas: "Ah itu kan nasihat yang umum." Dia balas lagi: "Saya terlalu sibuk di luar, kurang berkomunikasi dengan anak-anak. Akan saya perbaiki di 2018."


Saya membatin, bukankah nasihat itu bisa disampaikan oleh siapa saja? Apakah saya sudah menjadi peramal? Di YouTube, ada wanita anggun yang mempermainkan kartu nyaris tanpa senyum. Mama Ella, begitu namanya, nyerocos tentang apa yang akan terjadi di tahun 2018. Ada artis yang meninggal dunia di awal tahun. Ada yang rumah tangganya retak sampai terjadi perceraian. Tapi ada kabar baik, ada pernikahan besar yang menghebohkan.


Ada kekaguman berbaur heran ketika disebutkan ada yang meninggal dunia. Kematian sebagai suatu proses alami pastilah terjadi di tahun 2018, bahkan di sembarang tahun. Dua tahun lalu ada peramal terkenal di Bali yang menyebutkan bahwa akan ada tokoh yang meninggal dunia secara mendadak. Ketika tahun yang diramal itu berjalan, memang ada beberapa tokoh yang meninggal dunia, tapi siapa yang dimaksudkan? Di situlah saya kagum karena peramal bisa meyakinkan beberapa orang bahwa dia memang betul peramal. Yang saya herankan, ternyata peramal itu sendiri juga meninggal dunia. Kenapa tidak itu yang diramalkan?


Kepercayaan orang pada ramalan sudah nyaris menjadi budaya purba. Banyak orang yang begitu yakin ada ramalan Jayabaya. Terutama mengenai pemimpin Indonesia di masa depan dengan mengaitkan nama seseorang yang berakhir dengan aksara no-to-na-go-ro. Yang dimaksudkan nama seperti Sukarno, lalu Suharto. Bukan Habibie atau Abdurrahman Wahid dan karenanya kedua presiden ini tak berlama-lama. Menjelang pemilihan presiden, ramalan ini selalu dihidup-hidupkan. Sebagian orang sulit mempercayai ramalan itu, tapi sebagian yang lain tak rela mengabaikannya. Ramalan Prabu Jayabaya itu konon ditulis dalam Kitab Musasar. Tapi dua pujangga terkenal di zaman itu, Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, tak tahu-menahu ada kitab seperti itu. Apakah "pemalsuan sejarah" sudah ada sejak berabad-abad lalu?

Advertising
Advertising


Ada teman bertanya, apakah saya percaya pada ramalan? Saya menjawabnya dengan "bersilat lidah". Saya katakan, kalau kematian, kemujuran, bencana alam, dan apa pun bisa kita ramalkan, lalu di mana kekuasaan Tuhan sebagai Pencipta Alam dan Yang Maha Tahu? Janganlah mencoba-coba mengambil alih job Tuhan.


Astaga, teman saya itu ternyata takut pada ramalan yang menyebutkan tahun 2018 terjadi gempa dahsyat yang menghancurkan bumi ini. Dia sebutkan ini penelitian ilmiah yang sudah dibicarakan dalam pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika. Gempa disebabkan oleh pelambatan rotasi bumi dalam hitungan sepersekian detik. Karena disebut "ramalan yang ilmiah", saya katakan: "Percayalah pada Mbah Surono, ahli gunung api yang kita miliki. Jangankan gempa, Gunung Agung yang kawahnya tiap hari dipantau tak bisa dipastikan akan meletus atau tidak. Biarkan itu jadi pekerjaan Tuhan yang sangat rahasia." Semoga teman saya tak lagi takut pada ramalan.

PUTU SETIA

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

10 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

39 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya