Wajah Kusam Penegakan Hukum

Penulis

Senin, 20 November 2023 09:00 WIB

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto

Editorial Tempo.co

---

PENANGKAPAN dua jaksa di Bondowoso, Jawa Timur, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak hanya mencoreng korps Adhyaksa, tapi juga membuat semakin suram wajah dan nasib penegakan hukum di Indonesia. Mereka yang menjadi garda paling depan dalam penegakan hukum justru menggergaji pilar-pilar keadilan.

KPK menangkap tangan Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Bondowoso Puji Triasmoro dan Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso Alexander Kristian Diliyanto Silaen, Rabu, 15 November 2023. Keduanya menerima duit ratusan juta rupiah dari pihak beperkara agar penyelidikan kasusnya disetop.

Kasus bermula dari Kejari Bondowoso yang menerima laporan masyarakat terkait dugaan korupsi proyek pengadaan peningkatan produksi dan nilai tambah holtikultura. Proyek itu dimenangkan CV Wijaya Gemilang milik Yossy S Setiawan dan Andhika Imam Wijaya. Keduanya pun telah diamankan dalam operasi tangkap tangan KPK.

Advertising
Advertising

Penangkapan Puji memperpanjang daftar korupsi oleh aparat penegak hukum. Agustus 2023 lalu, Kejaksaan Agung menahan mantan Kajari Buleleng, Bali, Fahrur Rozi, dan Direktur Utama CV Aneka Ilmu Suswanto terkait kasus suap. Tidak tanggung-tanggung, Jaksa Fahrur Rozi diduga menerima gratifikasi dari perusahaan tersebut selama 13 tahun, sejak 2006 hingga 2019.

Fahrur diduga mengarahkan agar desa-desa di Kabupaten Buleleng membeli buku CV Aneka Ilmu dalam proyek pengadaan buku perpustakaan desa di Kabupaten Buleleng. Sebagai imbalan, Fahrur mendapatkan fee total senilai hampir Rp 24,5 miliar.

Kasus suap juga menyeret Hakim Agung Gazalba Saleh dalam kasus pengurusan perkara di Mahkamah Agung. KPK menahannya, Desember 2022 lalu, lantaran diduga menerima suap Rp 2,2 miliar. Celakanya, ia diputus bebas oleh pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung, 1 Agustus 2023 lalu. Tapi jaksa mengajukan kasasi.

Kasus korupsi menara BTS 4G juga sempat menyeret institusi kejaksaan. Duit rasuah diduga untuk menghentikan proses penyelidikan di Kejaksaan Agung, yang hingga kini belum ada kejelasan soal ini. Dana mengalir hingga ke anggota Badan Pemeriksa Keuangan Achsanul Qosasih. Sungguh ironi, BPK sebagai lembaga yang seharusnya mendukung aparat penegak hukum, mengawasi dan mengaudit penggunaan uang negara, justru menilapnya.

Yang paling menggegerkan adalah drama ‘Mahkamah Keluarga’, di mana Ketua Mahkamah Konstitusi –saat itu dijabat Anwar Usman, ipar Presiden Joko Widodo-- mengabulkan gugatan tentang syarat usia calon wakil presiden. Dengan putusan itu, terbuka pintu bagi Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi yang berarti keponakan Anwar, untuk maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2024 nanti. Gibran belakangan maju sebagai kandidat wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.

Kasus-kasus tersebut semakin membuktikan betapa penegakan hukum di Indonesia sedang berada titik terendah. Hukum telah menjadi alat untuk membela kepentingan para penegaknya, para pemilik modal, juga kepentingan pribadi dan penguasa.

Sulit berharap pembenahan terjadi jika rezim yang tengah berkuasa masih cawe-cawe dalam penegakan hukum dan keadilan. Oleh karena itu, agar penegakan hukum semakin tidak rusak, pada Pemilu 2024 nanti, publik harus memilih pemimpin yang bukan bagian dari penguasa saat ini yang terbukti kinerjanya jeblok dalam urusan tersebut.

Tak mungkin juga berharap kepada orang yang jelas-jelas maju dalam kontestasi nasional dengan cara mengakali hukum seperti putusan Mahkamah Konstitusi. Penegakan hukum bisa memberikan keadilan bagi masyarakat jika penimpin yang terpilih benar-benar mereka yang patuh dan menghormati hukum itu sendiri.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

13 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

23 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

43 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

52 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

55 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya