Ketua KPK Firli Bahuri menyampaikan laporan Kinerja Tahun 2021 KPK di Gedung Penunjang KPK, Jakarta, Rabu, 29 Desember 2021. KPK selama tahun 2021 telah melakukan upaya penindakan korupsi berupa 127 perkara penyelidikan. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Editorial Tempo.co
---
Pembuatan mars dan himne Komisi Pemberantasan Korupsi tak perlu dicaci. Barangkali Ketua KPK Firli Bahuri membutuhkannya untuk menegaskan bahwa KPK di eranya tak berbeda dengan lembaga pemerintah yang biasanya punya mars dan himne. Setelah undang-undangnya direvisi oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, KPK menjadi bagian dari rumpun eksekutif.
Kini, pegawainya pun berstatus aparatur sipil negara. Agar tak kepalang tanggung menjadi lembaga pemerintah, sekalian saja Firli mewajibkan para pegawainya mengenakan seragam. Ini mungkin akan mendongkrak kebanggaan pegawai KPK yang luntur karena tempat bekerjanya loyo memberantas korupsi.
Karena itu pula, Firli tak perlu ragu menjadikan istrinya, Ardina Fitri alias Dina, sebagai Ketua Dharma Wanita KPK atau apa pun namanya. Dengan begitu, Dina bisa berkiprah lebih jauh dari sekadar menciptakan mars dan himne KPK. Misalnya, dia bisa menggalang keluarga pegawai KPK agar suami atau istri mereka tak mengkritik atasan karena sekarang telah menjadi ASN. Dia juga bisa mengasah bakat menyanyi pegawai KPK yang sekarang terkesan punya waktu lebih luang sejak komisi antikorupsi tak lagi getol mengusut kasus korupsi. Tapi pertama-tama dia bisa memilihkan warna seragam pegawai KPK jika Firli menerapkan kebijakan ini.
Dengan jasanya yang begitu besar, Dina bisa dipertimbangkan untuk diberi penghargaan lagi. Firli tak usah khawatir dengan tuduhan konflik kepentingan atau bahkan nepotisme, serta mencederai etika pejabat publik. Penghargaan Firli untuk Dina sebagai pencipta mars dan himne KPK mendobrak tradisi lama. Firli melakukan apa yang pemimpin KPK era sebelumnya tak berani lakukan.
Jika perlu, Firli bisa lebih banyak memberikan penghargaan kepada orang-orang dekatnya. Ini untuk menyiratkan pesan bahwa jika ingin diberi penghargaan, masyarakat harus dekat dengan Firli. Tapi Firli jangan memberikan penghargaan kepada dirinya sendiri sebagai koki nasi goreng terbaik di KPK, misalnya. Publik akan menganggap ini berlebihan.
Sepak terjang tersebut bisa membuat Firli makin populer. Sekiranya belum cukup, Firli bisa lebih banyak muncul di baliho. Tentu reklame tak hanya menampilkan wajah dia, melainkan juga slogan antikorupsi. Setelah kinerja KPK redup, menebar peringatan melalui baliho agar orang tak korupsi karena bisa ditangkap KPK mungkin bisa kembali meningkatkan citra lembaga tersebut. Kalaupun kemudian orang tetap melupakan KPK, setidaknya mereka akan mengingat Firli.
Setelah betul-betul kondang, Firli bisa lebih gampang merambah berbagai bidang. Dari politik hingga pertunjukan. Jangan heran jika kelak dia dan istrinya tak hanya muncul di berita, tapi juga tayangan hiburan. Ramai gosip soal mereka bisa menutupi kenyataan bahwa KPK tidak baik-baik saja.