Nahdlatul Ulama di Bawah Yahya Cholil Staquf

Penulis

Senin, 27 Desember 2021 09:30 WIB

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026 Yahya Cholil Staquf memberikan sambutan saat penutupan Muktamar NU ke-34 di UIN Raden Intan, Lampung, Jumat 24 Desember 2021. Pada Muktamar NU ke-34 itu terpilih Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU dan Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam PBNU. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Editorial Tempo.co

--

Godaan politik praktis bisa menjadi tantangan berat yang akan dihadapi Nahdlatul Ulama pada masa kepemimpinan Yahya Cholil Staquf. Sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, NU rentan ditarik-tarik dalam kontestasi politik, seperti pemilihan umum 2024. Kekukuhan Yahya menjaga independensi dan marwah NU akan menjadi kunci organisasi ini melewati tantangan tersebut.

Yahya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Muktamar ke-34 NU yang digelar di Pondok Pesantren Darussa’adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, pekan lalu. Persaingan antara Yahya dengan Said Aqil Siroj sempat memanas sebelum acara digelar. Kedua kubu saling mengklaim dukungan dan saling menyindir. Sempat beredar pula isu politik uang.

Kita patut bersyukur kekhawatiran akan perpecahan di tubuh NU tidak terbukti. Kedua kubu mengakhiri muktamar dengan damai. Namun ujian sebenarnya justru baru akan dimulai. Sebagai organisasi yang disebut memiliki anggota sekitar 60 juta, NU selalu menjadi incaran kepentingan politik.

Politik memang tidak bisa dilepaskan dari NU. Organisasi yang berdiri sejak 31 Januari 1926 itu pernah menjadi partai politik pada 1952. Namun posisi NU sebagai partai politik justru mendegradasi peran organisasi ini dalam memperjuangkan aspirasi umat. Hal itu pula yang menjadi alasan NU meninggalkan bentuknya sebagai partai politik, kembali menjadi organisasi kemasyarakatan yang berfokus mengurus umat.

Meskipun sudah mantap memilih jalan ini, godaan politik selalu membayangi NU. Tiap kali ada pemilihan umum, NU selalu dibetot ke medan laga. Ini pula yang akan selalu menjadi tantangan sekaligus godaan bagi NU. Hanya dorongan dari dalam dan kepemimpinan yang kuat yang bisa memastikan NU mampu menjaga khitahnya sebagai gerakan masyarakat sipil keagamaan yang membawa faedah, bukan kepanjangan partai politik atau kekuasaan.

Pada masa kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, NU berhasil menjadi organisasi sosial keagamaan yang teguh membela rakyat sekaligus menjadi penyeimbang kekuasaan pemerintahan Soeharto. Kita berharap Yahya Staquf juga sanggup merawat NU untuk menjalankan khitahnya. Lebih dari itu, bukan sekadar memastikan tidak ada pengurus NU yang menjadi calon presiden dan wakil presiden pada 2024 seperti janji Yahya Staquf, tapi memastikan khitah diterapkan dengan sungguh-sungguh.

Fakta bahwa NU memiliki keterikatan dengan Partai Kebangkitan Bangsa tak bisa dimungkiri. Kita atau Yahya Staquf sekali pun tak bisa melarang warga NU untuk menyalurkan aspirasi politiknya melalui partai tertentu, termasuk PKB. Tapi Yahya Staquf bisa menegakkan aturan organisasi bahwa semua pengurus NU dilarang memiliki jabatan politik dan bukan kader partai setidaknya selama lima tahun terakhir. Ini penting ditegaskan lagi oleh Yahya Staquf agar NU tak mudah ditarik-tarik oleh kepentingan politik.

Baca juga: Yahya Cholil Staquf Terpilih sebagai Ketua Umum PBNU 2021-2026

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya