Afghanistan Masih Akan Membara

Senin, 23 Agustus 2021 12:46 WIB

Para militan Taliban Afghanistan berjaga-jaga di Kabul, ibu kota Afghanistan, 16 Agustus 2021. Taliban mengharapkan negara-negara tetangga untuk mengembalikan pesawat yang telah mendarat di wilayah mereka Xinhua/Str

Sudah banyak para ahli membahas terkait masa depan Afghanistan pasca dikuasai kembali oleh Taliban. Namun bagaimana sebenarnya Afghanistan ke depan masih merupakan hal yang menarik untuk terus dibahas. Akankah Afghanistan akan terus membara? Dari semula sebenarnya cukup mudah dibaca strategi besar Taliban. Pertama, mereka memrioritaskan penguasaan daerah pedesaan. Data yang saya terima sebelum Taliban memasuki Kabul, setidaknya sudah 85% wilayah pedesaan dikuasai oleh Taliban. Kedua, kemudian Taliban akan berjuang mengontrol pos-pos pemeriksaan perbatasan utama, seperti dengan Tajikistan, Turkmenistan, Iran dan Spin Boldak dan Balochistan di Pakistan.

Semua langkah tersebut adalah tentang pengepungan (encirclement), yang secara metodis mengambil alih ibu kota-ibu kota provinsi secara bertahap. Babak terakhirnya adalah pertempuran puncak untuk menguasai Kabul, ibukota negara. Langkah tersebut, tanpa berpretensi menyamakan, memang persis seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan Salahudin atas Jerusalem atau Sultan Mehmed II atas Konstatinople, yakni encirclement.

Pada awalnya saya menduga isi kepala para pimpinan Taliban, bahwa mereka akan berusaha menjadualkan “the last battle” pada awal September 2021, dan melakukan “perayaan kemenangan” pas di tanggal 20 tahun peristiwa 9/11. Dengan begitu, Amerika Serikat tentu akan tersakiti sekali. Tapi belakangan terlihat bahwa Taliban ternyata bergerak lebih cepat di satu sisi dan memang tidak ingin mencari perkara dengan Amerika di sisi lain. Dengan kata lain, Taliban memang tak memilih tanggal 11 September itu sebagai aksi simbolik untuk melukai Amerika.

Sementara itu, dan tak lama setelah penaklukan Naranj dua minggu lalu, pembicaraan kelompok Troika soal Afghanistan digelar di Doha, antara Amerika Serikat, Rusia, China, dan Pakistan. Kurang lebih seminggu sebelumnya, pemimpin Taliban berbicara dengan China di Shanghai dan sebulan sebelumnya dengan Rusia di Moskow, yang membuat posisi Rusia dan China semakin kokoh dibanding Amerika.

Antara Rusia dan China, ada Road and Belt Initiative (BRI) dan Eurosia Economic Corridor (EEC) yang terkait dengan wilayah Afghanistan. BRI dan EEC bertemu muka di dalam Shanghai Corporation Organisation (SCO), yang menjadi wadah antara China dan Rusia untuk membicarakan masalah Afghanistan dan Eurosia, terserah siapapun penguasa Afghanistan nantinya.

Advertising
Advertising

BRI memerlukan Afghanistan untuk merealisasikan Big Project Silk Road-nya menuju Tehran, lalu ke Turki, dan ke Eropa, yang akan disambungkan dengan proyek China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). EEC (Rusia) memerlukan stabilitas dan kepastian karena anggotanya berbatasan langsung dengan Afghanistan seperti Tajikistan dan Turkmenistan. Dan selain urusan proyek, China dan Rusia berkepentingan dengan Taliban terkait pemberantasan sempalan teroris seperti East Turkestan Islamic Movement (ETIM) dan IS Khorasan.

Di sisi lain, ada Pakistan, patron lama Taliban, yang dibatasi oleh Afghanistan menuju India, musuh bebuyutan Pakistan. Pakistan memerlukan Taliban untuk berhadapan dengan India di Khasmir. India pun sama, menjadi musuh potensial China sedari dulu. India sudah lama berkeberatan dengan Proyek BRI China yang melalui Khasmir. India sampai saat ini masih mendukung pemerintahan Ghani alias anti Taliban karena menyadari bahwa Taliban adalah Aset Intelijen Pakistan (ISI)

Jadi, awalnya China dan Rusia mendua, tidak menolak pemerintahan Ghani dan tidak terang-terangan menyatakan dukungan pada Taliban. Sementara Pakistan hampir pasti Pro Taliban. Ada juga pemain baru, Turki yang tak mau ketinggalan. Sebagai sekutu Amerika di NATO, Turki dititipi penjagaan bandara Kabul sebelum Taliban memasuki Kabul, yang berarti juga pro Kabul.

Jadi kalkulasi sederhananya di awal, ada Amerika, India, dan Turki di sisi Ghani, lalu ada China dan Rusia yang satu kakinya di Taliban. Bahkan, bisa jadi awalnya kaki China 2/3 ada di Taliban, sebagai bentuk dukungan politik kepada sekondannya, Pakistan, yang makin mesra sejak proyek BRI China-Pakistan Coridor bernilai miliaran dollar disepakati. Relasi yang komplek ini akan mengerucut ke dalam regional great game ke depannya, setelah Amerika Serikat keluar total dari Afghanistan.

Afghanistan, sebagaimana dikenal dengan istilah tenarnya, adalah Graveyard of Empires, kuburan imperium-imperium. Negara ini mengusir imperium British Raya di abad 19, menendang Uni Soviet di tahun 1989, lalu ambruk di 1991. Pun di abad 21, Afghanistan baru saja mempermalukan Amerika Serikat yang terjebak selama 20 tahun tak jelas juntrungannya dengan biaya lebih dari 2 triliun dollar.

Meski Taliban sudah menguasai Kabul, Afghanistan nampaknya akan kembali bersiap-siap menjadi lahan segitiga great game penguasa regional, India vs Pakistan, India vs China, Iran dan Turki vs Taliban, Rusia menonton cantik di perbatasan, dengan senjata lengkap di gudang perbatasan, untuk siapapun yang membutuhkan tambahan suplai persenjataan.

Karena nantinya, yang berperang tentu hanya Taliban dan musuh lamanya yang berada di belakang pemerintahan Ghani, yakni kekuatan Nothern Alliance bentukan Almarhum The Lion of Panshir, Ahmad Shah Massoud. Kedua kubu akan diperlengkapi oleh backing-nya masing-masing. Bukan isapan jempol semata. Terbukti Amirullah Saleh, wakil presiden Ashraf Ghani sekaligus mantan orang kepercayaan almarhum Ahmad Shah Massoud, sudah menyatakan perang kepada Taliban. Sehari kemudian, Ahmad Massoud yunior, alumni master “war studies” King College Inggris yang belum pernah berperang, juga menyatakan keikutsertaanya di dalam perlawanan anti Taliban.

De Javu. Inilah situasi setelah tahun 1996 Taliban berkuasa. Nothern Alliance Afghanistan bukan kekuatan sembarangan juga. Selama Almarhum Ahmad Massoud minggir ke Dushanbe, Tajikistan tahun 1996-2001, Massoud tetap menjaga jaringannya dengan Iran, India, pun CIA dan M16. Jaringan ini sampai saat ini masih dipegang oleh Amrullah Saleh, orang kepercayaan Almarhum The Lion of Panshir. Dan perlu dicatat, bukan Amerika Serikat yang berperang mengusir Taliban dan Al Qaeda di tahun 2001, tapi Nothern Alliance Afghanistan. Amerika hanya memberikan dukungan intelijen dan perlindungan udara. Setelah Taliban minggir, barulah Amerika benar-benar masuk. Pendeknya, Afghanistan masih akan membara ke depannya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

2 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

11 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

32 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

40 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

44 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

59 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya