Apa Guna Marah-marah

Penulis

Jumat, 10 Juli 2020 11:25 WIB

Jokowi Marah

JIKA hanya ingin mengganti menterinya, Presiden Joko Widodo sebetulnya tak perlu marah dan mengancam. Menteri yang tak becus bekerja, terutama dalam menangani pandemi corona, sudah selayaknya dicopot. Apalagi mengocok ulang kabinet merupakan hak prerogatif presiden.

Kemarahan Jokowi justru menunjukkan ketidakmampuan dia mengendalikan organisasi. Kemungkinan lain: ia sedang melakukan playing victim mencari simpati publik dengan memotretkan diri sebagai pemimpin yang tak didukung pembantu yang mumpuni. Tapi publik tak lupa: para pembantu itu dipilih Jokowi sendiri. Dengan demikian, Presiden sesungguhnya tengah menepuk air di dulang.

Dengan kata lain, omelan Presiden dalam sidang kabinet 18 Juni 2020 yang videonya dirilis sepuluh hari kemudian itu sia-sia belaka: tak berdampak dalam mempercepat penanganan pandemi. Kemarahan Presiden justru meneguhkan kritik publik pada proses penetapan anggota kabinet akhir tahun lalu yang dituding sarat kepentingan politik.

Ketika itu, Jokowi memilih figur-figur yang tak punya pengalaman dan ilmu yang mumpuni. Para menteri ekonomi, misalnya, lebih banyak datang dari kalangan partai politik. Jadi wajar kalau kinerja kementerian menjadi ala kadarnya. Kemarahan itu seyogianya ditelan sendiri oleh Jokowi sebagai konsekuensi kesalahannya memilih orang.

Salah satu kementerian yang disebut Presiden dalam “rapat tegangan tinggi” itu adalah Kementerian Kesehatan. Menjadi ujung tombak menangani Covid-19, kementerian yang dipimpin Terawan Agus Putranto ini baru membelanjakan 1,53 persen dari ­Rp 75 triliun dana yang dianggarkan. Kita tahu, di awal Covid-19 melanda, Terawan adalah salah satu menteri yang memberikan pernyataan ngawur dan tak berbasis sains tentang pandemi.

Advertising
Advertising

Kemarahan Jokowi itu sebetulnya datang terlambat. Rakyat sudah sejak Maret lalu murka karena pemerintah lamban bertindak. Pernyataan pejabat yang meremehkan virus dan rencana membuka tempat wisata di tengah wabah adalah sederet kebijakan pemerintah yang tak mempedulikan kesehatan dan nyawa masyarakat.

Penanganan pandemi membutuhkan manajemen dan koordinasi yang bagus. Juga konsep yang solid dan sikap tegas dalam menjalankan konsep itu. Banyak negara yang sukses menekan penyebaran virus kini bersiap melonggarkan pengetatan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang mandek. Cina sebagai negara yang diterpa pandemi pertama kali sudah menggeliat. Produksi emisi dari pabrik-pabrik di Cina pada bulan lalu sudah dua kali lipat dibanding empat bulan pada masa karantina.

Indonesia masih jauh panggang dari api dan kini harus bersiap menghadapi reaksi negatif dunia. Indonesia, misalnya, tidak termasuk 17 negara yang penduduknya dibukakan pintu untuk masuk Uni Eropa. Dengan kata lain, Indonesia tidak termasuk negara yang pemerintahnya dianggap becus menangani wabah.

Jadi, jika ingin memperbaiki keadaan, segeralah ganti menteri yang tak genah bekerja. Tak perlu tersandera partai politik: beranikanlah diri untuk mengambil pembantu dari luar partai. Jangan terlalu sibuk mencari keseimbangan—merangkul politikus kiri-kanan, depan-belakang, atas-bawah—agar tercipta harmoni untuk mencapai stabilitas politik Presiden. Di masa yang sulit ini, pilih orang yang trengginas, mau bekerja keras, dan berani mengambil keputusan.

Berita terkait

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

11 hari lalu

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

Warga yang mencari lowongan kerja atau pelatihan meningkatkan keahlian dapat melihat informasi di laman milik dinas yang mengurusi ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

28 hari lalu

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

elaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan mayoritas kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat memiliki potensi terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA.

Baca Selengkapnya

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

40 hari lalu

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

Sebagai sebuah pembahasan, buku ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh dalam kebijakan pengembangan industri pesawat terbang nasional.

Baca Selengkapnya

Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

58 hari lalu

Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

30 Mei 2024

Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.

Baca Selengkapnya

Pimpin Ambon, Wattimena Berhasil Lantik Sejumlah Raja Defenitif

22 Mei 2024

Pimpin Ambon, Wattimena Berhasil Lantik Sejumlah Raja Defenitif

Pemkot tidak melakukan intervensi dalam proses penetapan raja.

Baca Selengkapnya

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 Mei 2024

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

24 April 2024

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya