Otoritarianisme di Tengah Wabah

Penulis

Jumat, 24 April 2020 07:30 WIB

Jajaran Mapolresta Malang Kota-Jawa Timur mengamankan tiga pemuda yang melakukan aksi perusakan properti dengan mencoret dinding bernada provokatif di sejumlah lokasi di Kota dan Kabupaten Malang. ANTARA

Hari-hari ini kita patut waswas akan bangkitnya otoritarianisme di negeri ini. Ketika semua pihak tengah berjibaku menangani wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19, berbagai perilaku antidemokrasi malah bermunculan.

Penangkapan Ravio Patra pada Rabu malam lalu adalah salah satu contohnya. Kepolisian Daerah Metro Jaya menahan pegiat prodemokrasi itu dengan dalih ia menyiarkan berita yang bisa membuat onar dan ujaran kebencian. Alasan tersebut terkesan dibuat-buat. Ravio membantah melakukannya. Selain itu, polisi mengabaikan fakta bahwa akun WhatsApp milik Ravio sempat diretas dan pesan-pesan yang mengajak masyarakat melakukan kerusuhan itu dikirim pada saat akun tersebut dikendalikan oleh orang lain.

Yang juga mencurigakan, sebelum akun WhatsApp-nya dibobol, Ravio menerima panggilan dari nomor tak dikenal. Belakangan diketahui, nomor itu milik seorang perwira polisi dan tentara.

Dari situ saja, penangkapan Ravio sudah selayaknya kita persoalkan. Apalagi bila benar dia ditangkap lantaran suka mengkritik pemerintah. Salah satunya, mengenai penanganan dan penyajian data kematian Covid-19 yang ia nilai menyesatkan. Sebagai wakil Indonesia dalam Steering Committee Open Government Partnership (SC OGP), Ravio mendorong pemerintah agar lebih terbuka dan transparan. Bila betul penangkapan itu untuk membungkam Ravio, polisi jelas mencederai prinsip demokrasi.

Kekuasaan otoriter di tengah wabah, yang ditandai dengan tindakan represi polisi, juga terjadi di Sumenep, Jawa Timur. Polisi memukul Faiqul Khair, Koordinator Relawan Gusdurian Peduli Sumenep, setelah ia mengantar makanan ke posko Covid-19 dan mengambil sejumlah foto untuk dokumentasi. Di Yogyakarta, polisi memata-matai dan mencurigai kegiatan Solidaritas Pangan Jogja (SPJ), terutama perihal sumber donasi kegiatan tersebut. Selain melemahkan kredibiltas pemerintah, sikap aparat itu menyulitkan masyarakat dalam mewujudkan solidaritas di tengah wabah.

Advertising
Advertising

Ancaman otoritarianisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Selain mengguncang sistem kesehatan dan perekonomian, krisis akibat penyebaran virus corona juga mulai mengoyak demokrasi dan tata kelola pemerintahan di seluruh dunia. Atas nama pengendalian wabah, sejumlah rezim mengkonsolidasikan kekuasaan eksekutif dan mengekang hak-hak sipil.

Pilar-pilar pemerintahan demokratis lain juga terkikis, di antaranya melemahnya kontrol sipil terhadap militer, terkekangnya perlawanan masyarakat sipil, serta mengendurnya gerakan antikorupsi.

Jika gejala ini tak segera dihentikan, bukan tidak mungkin demokrasi di banyak negara akan ambruk pada saat pandemi berakhir. Soalnya, menurut catatan Freedom House, kemerosotan demokrasi sudah mulai terjadi pada 2006, di mana negara yang tingkat demokrasinya menurun lebih banyak ketimbang yang meningkat. Tahun lalu, lembaga yang sama mencatat negara yang menjadi kurang demokratis ada 64, sedangkan yang lebih demokratis hanya 37.

Kita tentu tak ingin demokrasi di negeri ini ikut-ikutan merosot dan tergelincir ke jurang otoritarianisme. Jangan sampai setelah pandemi berakhir, ekonomi bisa berangsur pulih tapi demokrasi kita hilang. Bila itu terjadi, sungguh mahal ongkos yang meski kita bayar.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

10 jam lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

30 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

42 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

58 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya