Detoksifikasi Ekonomi Dunia

Penulis

Kiki Verico

Selasa, 14 April 2020 07:30 WIB

Detoksifikasi Ekonomi Dunia

Kiki Verico
Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional serta Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Semua negara masih berjuang menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Berdasarkan grafik yang disediakan Johns Hopkins University & Medicine, terlihat bahwa negara yang lebih dulu terkena wabah, seperti Cina dan Korea Selatan, mampu menahan laju penambahan jumlah pasien dalam waktu sekitar satu kuartal. Harapan ini bisa ada dengan dua model yakni, menerapkan lockdown atau menutup sekolah dan bekerja dari rumah yang dilengkapi dengan tiga "mantra": lacak, tes, dan rawat.

Seperti Korea Selatan, Indonesia memilih model kedua yang dilengkapi dengan intervensi pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kepala daerah, setelah daerahnya memenuhi kriteria, dapat mengajukan permohonan PSBB kepada menteri kesehatan. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang besar, kondisi setiap daerah akan berbeda-beda, sehingga penetapan PSBB bergantung pada kondisi daerah masing-masing.

Setelah pandemi flu Spanyol (1918-1920), dunia mengalami lima serangan virus walau tidak semuanya bersifat pandemi. Kelimanya adalah flu Asia (1957-1958), flu Hong Kong (1968-1969), sindrom saluran pernapasan akut (SARS) pada 2002-2003, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) pada 2012, dan ebola (2014-2016). Sama seperti wabah-wabah sebelumnya, dunia berharap wabah Covid-19 dapat diatasi dalam kurun waktu yang sama. Untuk menahan penyebaran virus, setiap negara menggeser fokus ekonomi dari sisi permintaan ke inti sisi suplai, yaitu menyelamatkan manusia. Ketika penyebaran virus dapat diatasi, ekonomi akan mulai bergerak, seperti terlihat pada Cina dan Korea Selatan. Indonesia menempuh langkah serupa dengan fokus jangka pendek pada penanganan pandemi, yang didukung penyediaan jaring pengaman sosial serta penyelamatan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan mencapai titik terendah pada periode April-Juni. Bila setiap negara mampu mengatasi Covid-19 pada kuartal kedua, ekonomi dunia akan perlahan bangkit pada pengujung 2020 hingga kuartal pertama 2021 (Hausmann, Baldwin dan Mauro, 2020). Pandemi ini membuat jaringan produksi dunia berhenti tapi tidak total karena penyebaran tidak terjadi bersamaan. Misalnya, di Asia, saat wabah merebak di Cina dan Korea Selatan pada kuartal pertama, jaringan produksi Asia Tenggara masih berjalan. Ketika itu, banyak orang berpikir bahwa Asia Tenggara akan menerima limpahan investasi dari Cina karena industri di sana mulai tutup.

Advertising
Advertising

Situasi berubah total pada kuartal II ketika jaringan produksi Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Indonesia, dan Filipina, turun, sementara mesin manufaktur Cina dan Korea Selatan mulai bergerak. Bila jaringan produksi Asia Tenggara mulai bergerak, titik temu jaringan produksi Asia dan Asia Tenggara diperkirakan akan mulai menyatu pada pengujung 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Asia dan Asia Tenggara, pada tahun ini akan lebih rendah dibanding tahun lalu.

Bila kebijakan kesehatan masyarakat di tiap negara di Asia Tenggara efektif, seperti yang terlihat di Cina dan Korea Selatan, dalam tiga bulan sejak wabah merebak, penambahan jumlah pasien akan dapat ditahan tetap. Ketika penambahan jumlah pasien baru mendekati nol, ketersediaan alat dan jasa medis akan memadai dengan sendirinya. Kondisi ini akan meningkatkan probabilitas jumlah pasien sembuh dan menurunkan jumlah pasien wafat. Kebijakan kesehatan masyarakat di Singapura dan Thailand terlihat efektif menahan rasio kematian pada tingkat yang rendah, yaitu 0,3 dan 1,3 persen. Indonesia dengan kebijakan PSBB diharapkan dapat menurunkan mobilitas orang sehingga penambahan pasien baru juga dapat ditahan.

Studi terbaru yang terbit di jurnal terkemuka, The Lancet, menunjukkan pembatasan pergerakan manusia dapat menurunkan jumlah pasien baru hingga 90 persen karena Covid-19 tidak dapat bertahan lama tanpa sel sehat manusia (Remuzzi & Remuzzi, 2020). Studi Anzai dkk (2020) dalam Journal of Clinical Medicine menunjukkan penurunan pergerakan orang berdampak pada penurunan pandemi secara linier sekitar 7 persen dalam dua hari, bergantung pada efektivitas skenario pembatasan pergerakan orang. Ketika PSBB efektif karena semua elemen konsisten, penambahan jumlah pasien baru dapat ditahan tetap hingga turun.

Dunia memang tengah menjalani detoksifikasi. Wabah Covid-19 berdampak pada lingkungan karena jaringan produksi dunia bergantian istirahat hingga langit dan laut tampak lebih biru. Manusia dipaksa "merenungkan" hidupnya dari dalam rumah. Ketika semua negara mampu bertahan, dunia akan terlahir kembali dengan harapan manusia semakin kuat dan bersahabat dengan alam. Meminjam ungkapan Profesor Sadli, "Kondisi sulit sesungguhnya adalah sebuah kesempatan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan terbaik, termasuk dalam ekonomi dan pembangunan."

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya