Lebih Bijak Soal Corona

Kamis, 12 Maret 2020 07:30 WIB

Lebih Bijak Soal Corona

Teguh Prawiro
Dosen UIN Jakarta dan Ketua Rukun Tetangga Corona

Indonesia memang negeri yang lucu. Bukan hanya masyarakatnya, melainkan juga pemerintahnya. Tepat setelah Presiden Joko Widodo menyampaikan informasi resmi tentang pasien positif corona Covid-19 pertama di Indonesia, mungkin baru kali ini ketua rukun tetangga menjadi rujukan sumber informasi bagi pemerintah di daerah, yang semestinya menjadi kepanjangan tangan pemerintah pusat. Terkesan ada rangkaian sanad informasi Presiden yang terputus, sehingga koordinasi di lapangan terkesan kedodoran dan babak belur.

Pada hari itu, media massa, berbagai macam dinas, hingga tim gegana tumpah ruah di perumahan lokasi tempat tinggal pasien. Warga perumahan dibuat tercekam dan saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengikuti peristiwa itu merasakan hal yang sama. Seakan-akan kiamat sudah menghampiri kita semua. Dan perumahan kami menjadi awal dari kiamat di Indonesia.

Para pejabat banyak berbicara di hadapan publik, yang mungkin kita tidak pernah tahu signifikansinya atau memang jangan-jangan pernyataan mereka tak ada manfaatnya. Tapi, bagi kami, jelas pernyataan-pernyataan mereka secara langsung berdampak buruk bagi masyarakat yang sudah kadung dianggap potensial terjangkit corona. Sepertinya mereka suka berbicara tentang kami hanya dari kejauhan. Pak Menteri Kesehatan mungkin lupa bahwa pernyataannya tentang pasien corona yang terus bertambah bukan sekadar angka, melainkan manusia yang punya hati dan perasaan. Mereka juga punya keluarga, punya anak-anak kecil yang masih dalam buaian.

Hal serupa dialami oleh pasien pertama positif corona. Tak ada informasi resmi yang menghampirinya, hanya dari media massa yang banyak memberitakan pernyataan Presiden tentangnya. Padahal dampak dari ucapan Presiden semestinya dapat diantisipasi secara nasional, minimal bagi pasien dan anggota keluarganya. Terlebih lagi banyak berita yang berseliweran dan terus-menerus mengabarkan hal yang menyeramkan daripada yang menenteramkan masyarakat. Hanya karena komunikasi yang terus terjalin dengan pasien yang membuat kami lebih tenang menghadapi semua ini.

Advertising
Advertising

Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang religius. Seperti biasa, semua masalah selalu dikait-kaitkan dengan agama meskipun tak berkaitan. Tak terkecuali corona, yang konon sempat dianggap sebagai "pasukan ilahi". Pendekatan agama yang cenderung naif dan dogmatis sering diterima sebagai solusi ampuh mengatasi corona dan sudah dapat ditebak hasilnya. Kemudian muncul-lah para juru bicara Tuhan yang menawarkan solusi cara Tuhan menghadapi corona. Banyak doa dan japa yang mesti dihafal dan diamalkan untuk menangkal virus ini agar tidak menjadi bumerang bagi mereka yang mengaku religius tersebut.

Agama selalu dianggap sebagai satu-satunya jawaban. Bila tidak segera kita akhiri cara pandang demikian, kita semua akan terus terjebak dalam waham beragama yang menjerumuskan kita dalam lumpur kebodohan dan celaka. Kita mesti berani jujur bahwa agama tidak selalu dapat menjawab setiap masalah, termasuk soal corona. Mari kita sudahi perilaku bodoh kita dalam beragama selama ini. Kita perlu segera melakukan ijtihad agar segera mampu menyelesaikan masalah corona.

Setelah lebih dari seminggu Presiden mengumumkan soal corona, belum tampak ada upaya pemerintah yang mencerdaskan. Saya tidak tahu apakah ini ada hubungannya dengan visi Menteri Pendidikan yang terlalu jenius sehingga tidak segera tampil para ilmuwan dan peneliti untuk memberikan penjelasan yang logis dan ilmiah tentang virus corona.

Tolong, Pak Presiden, beri ruang kepada para ilmuwan dan peneliti seluas-luasnya agar masyarakat melek dan memiliki pengetahuan yang cukup soal virus corona. Jangan jerat mereka dengan beban administrasi akademi yang dapat menumpulkan nalar mereka sebagai ilmuwan dan peneliti. Beri kesempatan bagi mereka untuk berdialektika, menguji setiap argumen yang dihadirkan. Saya yakin bangsa ini tidak kekurangan orang-orang pintar. Tapi saya tidak yakin mereka yang pintar mendapat tempat dan habitat yang semestinya di negeri ini.

Setelah dijejali berita tentang corona yang banyak negatifnya dan protokol penanganan yang menambah ketakutan, akhirnya kami me mbuka ruang dialog dengan peneliti virus yang secara sukarela datang ke perumahan kami. Paparan dan penjelasan peneliti itu soal virus corona menjadi ilmu bagi kami untuk mengenal dan bagaimana menghadapi virus corona.

Kami menjadi lebih tenang dengan bekal ilmu tersebut setelah menerima begitu banyak hoaks soal virus corona. Tak ada yang perlu ditakutkan secara berlebihan soal virus corona karena tubuh kita punya mekanisme untuk melawannya. Kita akan terus hidup berdampingan dengan berbagai macam virus sebagai sesama organisme hidup.

Pada akhirnya, kami harus segera sadar bahwa tak ada gunanya menunggu kehadiran presiden, menteri kesehatan, atau wali kota untuk menyapa dan merangkul kami sebagai wujud empati mereka. Yang mesti kami lakukan adalah memulihkan kehidupan yang sempat berantakan karena pemberitaan dan kebijakan pemerintah yang tidak bijak. Kami harus bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak mungkin terus-menerus kami rela menjadi obyek dan tersandera oleh arus pemberitaan dan kebijakan soal virus corona. Maka mari kita semua lebih bijak menghadapinya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

5 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

35 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

43 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

47 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya