Saat Pesawat Tempur MiG-17 Menyerang Istana

Penulis

Eduard Lukman

Selasa, 10 Maret 2020 14:07 WIB

Pesawat tempur MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan MiG-21, merupakan pesawat andalan Uni Soviet untuk mencegat dan menjatuhkan pesawat asing yang menyusup, pada era Perang Dingin. Pesawat-pesawat tempur itu buatan Mikoyan-Gurevich. wikipedia.org

Hari Rabu siang, 9 Maret 1960, saya baru saja selesai sekolah.

Sebagai murid kelas 2 Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) GIKI, di Jalan Cilamaya, Petojo, Jakarta Pusat, kegiatan belajar selesai pukul 11.00. Cuaca cukup cerah hari itu. Ayah saya menjemput dengan sepeda motor. Di depan sekolah, kami menunggu bubarnya kelas Abang saya yang duduk di kelas 4. Kelas 4 baru akan usai sekitar pukul 12.30.

Kurang lebih pukul 12.00, terdengar dentuman menggelegar, disusul deru suara pesawat jet. Saya dan ayah serentak mendongak ke arah asal dentuman tersebut. Sekejap kemudian sebuah pesawat jet tempur berwarna metalik terlihat melesat menanjak dengan posisi miring ke kiri, dari arah daerah Gambir (dari sebelah kanan tempat saya dan ayah menunggu). Seingat saya, pesawat itu terbang melintas, mungkin di atas sekitar daerah Roxy atau Jalan Biak, Petojo, Jakarta Pusat), lalu melintas di atas banjir kanal Tomang, kemudian tampak menghilang ke arah selatan.

Saya lalu bertanya: "Suara apa itu, Yah?" Ayah saya menjelaskan bahwa itu mungkin dentuman "sonic boom" yang ditimbulkan pesawat jet yang terbang melampaui kecepatan suara (Mach 1.0, sekitar 1.100 km/jam). Ayah saya menambahkan: "Kalau itu tadi MiG-17, maka mungkin dentuman tadi berasal dari pesawat tersebut." Beliau juga menjelaskan dengan ringkas bahwa walau pun belum tergolong pesawat tempur supersonik, saat manuver menukik, MiG-17 mampu mencapai kecepatan melebihi suara. Ayah mengatakan ini mungkin latihan AURI (sekarang TNI AU).

Perlu saya jelaskan, bahwa walau pun ayah saya bukan militer, di masa itu ayah saya sudah cukup banyak membaca buku terkait aviasi. Salah seorang adik ayah, adalah perwira penerbang Kepolisian. Beliau pernah sekolah di Amerika Serikat, antara lain di firma pembuat pesawat helikopter Bell. Selesai belajar di AS, paman saya membawa banyak buku mengenai pesawat dan penerbangan. Beberapa buku beliau, masih tersimpan dalam koleksi saya saat ini.

Setelah pukul 12.30, Abang saya keluar dari sekolah, kami lalu pulang ke rumah nenek di Jalan Cideng Timur no 76, Petojo, Jakarta Pusat. Ternyata manuver hebat pesawat tempur yg kami kira latihan itu, menimbulkan kehebohan besar. Siang atau sore hari itu juga, saya tidak ingat jam berapa tepatnya, melalui Radio Republik Indonesia, publik mendapat berita mengejutkan bahwa Istana Merdeka Jakarta diserang dengan tembakan meriam pesawat tempur MiG-17 milik AURI! Niatnya membunuh Presiden Sukarno.

Posisi sekolah saya, jika ditarik garis lurus, jaraknya sekitar dua kilometer dari Istana Merdeka di sisi utara Lapangan Gambir (sekarang lapangan Monumen Nasional). Sehingga dentuman meriam pesawat tersebut (atau mungkin juga "sonic boom"nya) bisa terdengar jelas oleh saya.

Surat kabar ramai memberitakannya (waktu itu siaran televisi belum ada di negeri kita). Sebagai siswa kelas 2 sekolah rakyat, tentu banyak informasi dan cerita yang tidak saya pahami. Saya hanya mencoba mengikuti pembicaraan orang tua dan saudara yang lebih senior. Itu pun juga tidak mampu saya cerna. Berhari-hari topik ini menjadi pembahasan masyarakat, termasuk di sekolah saya. Tentu tidak lepas dari aneka macam bumbunya.

Terungkap bahwa tanggal 9 Maret 1960, Istana Merdeka diberondong sebuah MiG-17 dengan sedikitnya 2 pucuk meriam otomatik Nudelmann-Rikhter kaliber 23mm. Pesawat dari Skadron Udara 11 Kemayoran itu dikendalikan Letnan Udara Dua Penerbang Daniel Alexander Maukar.

Setelah menyerang Istana Merdeka Jakarta, Letnan Udara Dua Maukar mengarahkan pesawatnya ke Bogor, sempat juga menembaki Istana Bogor, kali ini dengan meriam yang lebih besar, ukuran 37mm. Dia lalu melesat ke arah Bandung, dan akhirnya karena kehabisan bahan bakar, mendarat darurat di persawahan, di daerah Leles, Garut, Jawa Barat. Maukar selamat dalam pendaratan tersebut, MiG-17 sendiri relatif utuh, ia akhirnya ditangkap pihak militer.

Letnan Udara Dua Penerbang Maukar, kemudian diadili pengadilan militer. Rupanya Maukar dihasut oleh kalangan anti Presiden Sukarno yang saat itu dirongrong berbagai pemberontakan di daerah. Atas perbuatan makar tersebut, Maukar dijatuhi hukuman mati. Presiden Sukarno kemudian mengampuni Maukar dari hukuman tersebut. Bulan Maret 1968, di era Soeharto, Maukar yg sudah dipecat dari AURI, dibebaskan.

Sudah lama sekali peristiwa kelam itu terjadi. Persis 60 tahun yang silam! Dari tahun ke tahun, tentulah banyak detil yang sudah pupus dari ingatan saya. Namun masih lekat dalam benak saya dentuman hebat pesawat, boleh jadi kombinasi "sonic boom" dan ledakan tembakan meriam MiG-17 yang diterbangkan Letnan Udara Dua Penerbang Daniel Alexander Maukar.

Suatu kebetulan jika saya melihat sendiri bagaimana pesawat tersebut melesat miring menanjak setelah menembaki Istana Merdeka Jakarta. Masih terbayang jelas warnanya yang metalik mengkilat diterpa sinar matahari siang kota Jakarta di bulan Maret 1960 itu.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya