Sebuah Piala (yang Terlambat) untuk Judy

Selasa, 3 Maret 2020 02:59 WIB

Renee Zellweger dalam Judy (2019)

Bagi Hollywood Judy Garland adalah segaris pelangi penuh warna yang memberi harapan. Persis seperti yang dinyanyikan Garland di masa remajanya melalui lagu “Over the Rainbow” dalam film klasik “Wizard of Oz”. Bagi dunia, Judy Garland adalah ledakan gunung api yang suara emasnya tak tertandingkan.

Di dalam film “Judy” , sutradara Rupert Goold memilih untuk memotret pekan-pekan terakhir aktris/penyanyi legendaris ini. Diawali dengan pertunjukan Judy Garland (Renee Zellweger) di atas panggung yang melibatkan kedua anaknya dari suaminya ketiga, Sydney Luft, kita seolah melihat kehidupan Judy yang gemerlap. Usai pertunjukan, mereka kembali ke hotel mewah yang ternyata sudah mendepaknya. Dan kita menyadari, Judy Garland, bintang film yang namanya lekat dengan studio besar MGM itu; yang pernah menjadi aktris kaya raya itu; bukan saja sudah bangkrut, tetapi juga sedang dienyahkan oleh Hollywood. Dia terpaksa menitipkan kedua anaknya kepada suaminya Luft (Rufus Sewell), yang sudah berpisah dengannya, sementara Judy yang tak punya rumah itu lantas menghadiri sebuah pesta untuk kemudian berkenalan dengan lelaki berikut yang akan menjadi suaminya.

Film ini mengambil format biopik yang sudah sangat dikenal formula Hollywood. Ambillah bagian tragis sang aikon, pusatkan pada perjuangan dia untuk tetap hidup. Meski si aikon akhirnya tewas (oleh virus ataupun narkoba), jangan perlihatkan kematian itu, karena penonton ingin mengenang sinarnya, bukan gelapnya. Itulah formula yang digunakan film seperti “Bohemian Rhapsody” (Bryan Singer, 2018) dan “Rocket Man” (Dexter Fletcher, 2019).

Tetapi bercerita tentang Judy Garland (lahir tahun 1922 dengan nama asli Frances Ethel Gum) tak bisa tak melibatkan kegelapan. Sejak usia balita, Judy dan kakak-kakaknya sudah disorong ke atas panggung untuk bernyanyi. Karena sejak kecil suara Judy memang terbalut emas, dialah yang paling menonjol dan sudah disamber oleh studio MGM. Sejak masih belajar membaca itu pula si kecil Judy sudah dicekoki berbagai pil agar dia bisa bertahan untuk akting di dalam film-film produksi MGM termasuk film “Wizard of Oz” di mana nama Judy Garland remaja kemudian melekat selamanya dengan tokoh Dorothy Gale.

Sutradara Goold jelas memihak pada Judy Garland. Dalam film ini, Goold menunjukkan bahwa kerusakan tubuh dan jiwa Judy adalah akibat rakusnya studio dan juga para suami yang betul-betul memperlakukan sang aktris sebagai komoditi. Bos MGM diperlihatkan sebagai sosok yang keji dan tidak manusiawi pada si remaja Garland.Tentu saja ada satu dua suaminya yang betul mencintai Judy, tetapi sutradara Goold memfokuskan pada suaminya yang terakhir yang sangat memanfaatkan sosok aikon Garland untuk duit.

Sementara itu, film ini juga memperlihatkan bagaimana nama Garland yang meteorik karena suaranya yang menaklukkan panggung dunia itu juga identik dengan sikap diva: Judy selalu terlambat, temperamental (karena diguncang candu obat) dan kehidupan pribadi yang mengganggu pekerjaan. Begitu banyak kritikus yang memujanya dalam film “A Star is Born” namun tak juga membuat anggota Academy menggamjarnya sebagai Aktris Terbaik adalah ‘utang’ Hollywood pada aikon ini.

Judy sangat mencintai anak-anaknya dan sangat terluka karena harus meninggalkan mereka saat mencari duit di London adalah adegan yang menusuk. “Mari kita bayangkan hidup di dalam lemari ini seolah ini rumah kita,” katanya masuk ke dalam lemari pakaian dan memeluk kedua anaknya. Garland kehilangan rumah karena utang pajak dan utang-utang lainnya, sehingga dia merelakan kedua anaknya menetap (sementara) dengan bapak mereka. Liza Minneli, puterinya dari sutradara Vincent Minnelli sudah dewasa dan mulai menempuh karir seperti ibunya.

Jika Renee Zellweger terus menerus diganjar penghargaan pada musim festival awal tahun 2020, termasuk Golden Globe, BAFTA dan Academy Awards, tentu saja karena dia berhasil memerankan sang aikon dengan baik. Dia menggunakan suara sendiri (meski tetap tak bisa mencapai vibrasi Garland); dia juga sama sekali tak menggunakan bahan prosthetic untuk menambal wajahnya. Tentu saja Garland versi Zellweger terkadang seperti Zellweger yang memiliki ciri khas memainkan raut wajah; sementara Garland di atas panggung dan di hadapan kamera dikenal sangat ekspresif. Tetapi Zelwegger berhasil menampilkan Garland yang penuh lebam biru dalam jiwanya, seorang ibu yang dijauhkan dari anak-anaknya tetapi terus menerus mengharapkan kebahagiaan dari satu suami ke suami berikutnya.

Adegan akhir yang sungguh mencekam ketika Garland yang tengah menyanyi mendadak terhenti di tengah bait “Over the Rainbow” karena tak tahan oleh kepedihannya. Bahwa kemudian penonton memberi tanggapan yang mengharukan dengan meneruskan sisa lagu itu bersama-sama tentu saja formula gaya Hollywood untuk membuat kita merasa lega seusai film, dan kematian Garland akibat overdosis obat cukup dituliskan saja dengan teks di layar.

Piala untuk Renee Zellweger tahun ini, seperti yang diutarakan sang aktris, adalah piala (yang terlambat diberikan) untuk Judy Garland.

JUDY

Sutradara: Rupert Goold

Skenario: Tom Edge

Pemain: Renee Zellweger, Jessie Buckley, Finn Wittrock, Rufus Sewell, Michael Gambon, Richard Cordery, Royce Pierreson, Darci Shaw, Andy Nyman

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya