Sia-sia Tutupi Corona

Penulis

Senin, 2 Maret 2020 07:00 WIB

Orang-orang yang memakai masker pelindung berjalan ketika mereka tiba di bandara Charles de Gaulle dekat Paris, Prancis, ketika wabah virus Corona terus berkembang, 29 Februari 2020. [REUTERS / Gonzalo Fuentes]

PERINGATAN dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu bahwa tak boleh ada negara yang berasumsi bebas dari virus corona harus disikapi pemerintah Indonesia secara jujur dan terbuka. Pemerintah harus menjawab keraguan banyak kalangan atas klaim Indonesia bebas corona dengan langkah konkret untuk mencegah wabah akibat virus mematikan itu.

Hingga Jumat pekan lalu, pemerintah Indonesia mengklaim bahwa negeri ini masih bebas dari corona. Pemerintah bahkan menyatakan negatif hasil pemeriksaan sejumlah pasien dengan gejala mirip infeksi corona. Klaim pemerintah itu wajar dipertanyakan. Sebab, sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019, wabah corona telah menjalar ke 64 negara, termasuk negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Per 1 Maret 2020, sebanyak 86.993 orang terjangkiti corona, 2.979 jiwa di antaranya meninggal.

Dengan posisi "dikepung" oleh negara-negara tetangga yang terkena wabah corona, pemerintah Indonesia tak boleh terlalu percaya diri atas hasil uji sampel selama ini. Masalahnya, di tengah keraguan pelbagai kalangan, sejumlah pejabat malah membuat pernyataan tak logis. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putrantoyang berlatar belakang dokter militermisalnya, mengatakan doa menjadi salah satu faktor yang membuat Indonesia menjadi negara zero case virus corona. Wakil Presiden Ma’ruf Amin belakangan juga menyatakan doa kunut efektif menangkal virus corona agar tak mampir ke Indonesia.

Indonesia tak perlu malu meniru negara lain yang menunjukkan kewaspadaan tinggi serta bertindak lebih cepat. Mereka mengontrol ketat lalu lintas manusia antarnegara dan interaksi sesama penduduk negerinya. Pemerintah Arab Saudi menolak jemaah umrah dari 23 negaratermasuk Indonesiayang mereka curigai terkena wabah corona. Pemerintah Iran juga melarang warganya salat Jumat berjemaah. Sejumlah negara bahkan melarang penduduknya berjabat tangan untuk sementara.

Ketika banyak negara membatasi pergerakan manusia, langkah pemerintah Joko Widodo membuka lebar-lebar pintu masuk wisatawan dengan berbagai insentif jelas mengundang pertanyaan besar. Ketimbang mengobral insentif dengan anggaran Rp 10,3 triliuntermasuk membayar mahal para influencer untuk mengantisipasi dampak corona melalui media sosialpemerintah seharusnya mengambil langkah nyata untuk mencegah 270 juta rakyatnya terinfeksi virus tersebut.

Advertising
Advertising

Di pintu masuk seperti pelabuhan dan bandara, pemerintah harus memperketat pemeriksaan terhadap mereka yang datang atau pernah singgah di 64 negara yang terkena wabah corona. Di rumah sakit, tenaga medis harus lebih proaktif memeriksa dan melaporkan pasien dengan gejala mirip infeksi corona. Pemerintah tak cukup menunggu masyarakat sukarela memeriksakan diri karena takut terjangkiti virus itu. Pemeriksaan secara berkala dengan sampel yang representatif juga harus dilakukan untuk mendeteksi penyebaran virus corona di seluruh Indonesia.

Untuk menjawab keraguan banyak pihak, juga demi meningkatkan kewaspadaan seluruh warga negara, pemerintah harus mengumumkan semua langkah pencegahan serta hasil pemeriksaan kasus corona secara transparan. Hal ini penting agar langkah Indonesia bisa ditiru atau diuji silang. Menutupi bahaya wabah corona hanyalah upaya sia-sia.

Catatan:

Ini merupakan artikel tajuk koran tempo edisi 2 maret 2020

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya