Gaya Olivia Colman sebagai Ratu Elizabeth II

Sabtu, 18 Januari 2020 14:13 WIB

Poster serial The Crown. instagram.com/thecrownnetflix

Gaya Olivia Colman sebagai Ratu Elizabeth II

Seorang pemegang piala Oscar menjadi Ratu Elizabeth di serial Netflix? Tentu saja dengan mudah dia meraih Golden Globes tahun ini.

THE CROWN

(MUSIM TAYANG 3)

Kreator : Peter Morgan

Advertising
Advertising

Sutradara : Benyamin Caron, Christian Schwochow, Sam Donovan, Jessica Hobbs

Skenario : Peter Morgan

Pemain : Olivia Colman, Tobias Menzies, Helena Bonham Carter, Charles Dance Geraldine Chaplin

Ketika para penonton Netflix sudah terlanjur jatuh cinta pada Claire Foy sebagai Elizabeth II muda, kreator Peter Morgan mengumumkan sesuatu yang mengejutkan. Peter Morgan dan timnya sudah sejak awal memutuskan akan mengganti para pemeran utama setiap dua musim tayang. Mereka tidak ingin bergantung pada bahan prosthetic yang mampu menambah kerutan pada wajah aktor. Mereka memilih mengganti para peran utama dengan pemain yang usianya sesuai dengan tokoh-tokoh yang diperankannya, meski itu berarti akan mengorbankan persamaan atau presisi kemiripan wajah antara aktor dan tokoh nyata.

Bisa dibayangkan ketika Peter Morgan mengumumkan pemeran Ratu Elizabeth II di musim tayang tiga adalah Olivia Colman, para penonton Netflix yang sudah melekat erat dengan serial ini tercenung. Sebentar! Coleman memang aktris yang luar biasa. Di dalam mini seri The Night Manager (2016) , dia menjadi intelijen Inggris yang meyakinkan. Apalagi di dalam film The Favourite (Yorgos Lanthimos, 2018) di mana Coleman berhasil mengalahkan para nominasi Oscar yang dahsyat tahun lalu itu dan menempatkan namanya sejajar dengan para aktris kelas A lainnya.

Tapi, seperti biasa, wartawan, kritikus, komentator yang tak sabar untuk menanti musim tayang ketiga, buru-buru berkomentar tak berkesudahan. Mereka tak rela Claire Foy yang bermata bintang penuh cahaya, mungil dan sekaligus tegas itu digusur oleh seorang aktris yang wajahnya terlanjur dianggap “cocok untuk memerankan tokoh yang “kekiri-kirian” oleh kolumnis Inggris The Telegraph, apapun artinya itu.

Ketika akhirnya serial ini mulai ditayangkan, para pecinta serial ini berkerumun menyaksikan dan ternyata mereka sama sekali tidak kecewa. Olivia Coleman yang wajahnya memang cukup berbeda dengan tokoh nyata Elizabeth II tetap tampil meyakinkan, dingin, berjarak sekaligus mampu menjadi seorang kakak yang manusiawi pada adiknya Margaret (kali ini diperankan oleh Helena Carter Bonham). Sang adik pada periode ini, semakin berumur malah semakin jumpalitan.

Serial terbaru ini meliputi periode tahun 1964 hingga 1977 saat Inggris baru saja memilih Harold Wilson sebagai Perdana Menteri baru. Berbagai peristiwa terjadi di dalam periode ini yang menantang Elizabeth II sebagai Ratu. Misalnya peristiwa tragedi Aberfan di selatan Wales yang memakan korban 116 anak-anak sekolah dan 28 orang dewasa. Bahwa sang menantu Lord Snowden dan juga belakangan Pangeran Philip mengunjungi dan ikut upacara pemakaman adalah satu hal. Tetapi Ratu Elizabeth sebagai simbol negara selama beberapa hari pertama masih berjarak dan tak kunjung muncul. Meski PM Wilson sudah mendorongnya untuk datang, Ratu tetap menjaga jarak dan tak membuat inisatif untuk datang menghibur keluarga korban. Ini salah satu episode terbaik di mana Olivia Colman berhasil menunjukkan seorang ratu yang rapuh ketika sendirian dan penuh dilemma sehingga akhirnya memutuskan untuk datang.

Tantangan lain adalah ketika Lord Mounbatten (Charles Dance, yang kita kenal dari serial Game of Thrones) , paman Pangeran Philip yang ambisius yang baru saja dipensiunkan dari jabatannya. Tak nyaman untuk menganggur dan terbiasa sebagai panglima, Mounbatten mencoba-coba untuk menyingkirkan posisi PM Wilson. Pada saat ini, Ratu Elizabeth yang selalu paling patuh untuk selalu netral dalam politik tentu saja mengomeli pamannya itu. Suka atau tak suka pada PM, demikian sang Ratu dengan tegas, Wilson tetap perdana menteri yang sah.

Tetapi dari seluruh tantangan dan gerunjal kasak kusuk politik dan istana, yang selalu menarik dan merebut hati adalah ketika Elizabeth dihadapkan persoalan pribadi. Dari persoalan sang adik Margaret yang perkawinannya hancur dan berladida dengan berondong kesana kemari hingga fotonya tersiar dari ujung ke ujung; hingga percobaan bunuh diri Margaret. Dari tekanan PM Wilson agar Pangeran Charles menempuh pendidikan di Wales agar hubungan Wales dan pusat menjadi lebih mulus dan nyaman, hingga hubungan Charles dengan Camilla Shand (kelak dikenal sebagai Camilla Parker-Bowles) yang tidak direstui para sepuh istana.

Kreator Peter Morgan dan tim sutradara tampak menentukan sikap dalam musim tayang ini untuk menguak sisi lain dari anggota keluarga Windsor. Pangeran Charles lazimnya bukanlah anggota keluarga yang populer, terutama setelah terkuak penderitaan isterinya, Puteri Diana. Namun dalam film ini, Morgan mencoba memberikan konteks bagaimana Pangeran Philip yang selalu sangat keras kepada Charles –yang dia anggap tidak jantan dan tegas seperti dirinya—menyebabkan Charles tumbuh menjadi seorang lelaki yang tertekan sepanjang hidupnya, termasuk ketika hubungannya dengan Camilla diobrak abrik istana Buckingham.

Pada satu titik, Charles yang belajar bahasa Welsh dan memberi pidato dalam bahasa tersebut diam-diam memberi pernyataan simpati pada orang Welsh, bukan saja sekedar pemberontakan pada Ibunya dan istana Buckingham, tetapi Charles seperti ingin membebaskan dirinya sendiri.

Serial musim tayang yang berhasil membawa Olivia Colman sebagai Aktris Terbaik untuk serial TV kategori Drama Golden Globes ini membuktikan Coleman bisa memerankan apa saja , apakah tokoh “kekirian” atau tokoh ningrat, karena dia adalah aktris sejati.

Leila S.Chudori

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya