500 Tahun yang Lalu

Penulis

Putu Setia

Rabu, 8 Januari 2020 13:25 WIB

Tidore, laut, benteng Eropa tua: ada yang tak terhapus dari pulau kecil yang bersih dan tenang ini. Di sini, 500 tahun yang lalu, sejarah dan peta bumi saling membentuk, saling mengecoh.

Di Tidore riwayat ini bisa dimulai pada 8 November 1521. Tiga jam setelah matahari terbenam, dua kapal Portugis memasuki pelabuhan. Para awaknya bukan lagi pasukan perkasa. Mereka sisa-sisa rombongan manusia pertama yang-dengan perjalanan laut yang amat lama dari Spanyol, dan dengan korban jiwa yang besar-menjadi saksi yang letih tapi tangguh bahwa bumi memang bulat dan pulau rempah-rempah memang ada.

Di bandar itu mereka melego jangkar, memberi salam ke Kerajaan Tidore dengan tembakan meriam.

Tapi ini hanya bagian cerita yang panjang.

Sudah lama, seorang penjelajah Portugis, Magellan, atau Fernão de Magalhães, ingin menemukan pulau pala, merica, dan cengkih di Timur yang masih antah-berantah. Ia, yang pernah ikut pasukan Portugis menyerang Malaka, beberapa ratus mil dari Sumatera, sebenarnya bisa bertolak dari sebuah pelabuhan di Asia untuk mencapai Maluku. Tapi ketegangan hubungan internasional waktu itu mendorongnya ke rencana besar yang berbeda-dan cocok: Magellan adalah segumpal baja dengan ambisi untuk menjelajah, menemukan, menaklukkan.

Advertising
Advertising

Ia yakin bumi bulat, mengikuti theori Columbus. Maka seperti Columbus yang bermaksud ke Tiongkok, ia berlayar ke arah barat, melalui Lautan Atlantik. Dengan lima kapal yang kemudian dikenal sebagai "Armada de las Molucas" (Armada Maluku), Magellan, pada usia 39 tahun, angkat sauh dari Sevilla, Spanyol. Tapi berbeda dengan Columbus, ia tak berhenti di tepi Benua Amerika. Ia menyusuri-sampai jauh ke selatan-daratan yang waktu itu belum jelas ujungnya.

Akhirnya ia temukan apa yang didesas-desuskan para pengelana selama ini: sebuah celah di selatan wilayah Cile dan Argentina yang menghubungkan Atlantik dengan sesuatu (diduga laut) di bagian sana bumi.

Selama 36 hari sang penjelajah menembus celah yang rumit sepanjang 600 kilometer itu. Di ujung selat yang kemudian disebut "Selat Magellan" itu tampak apa yang ia namakan, dengan lega, "Laut Teduh".

Ia tahu, bila ia lintasi laut itu, ia akan sampai ke tujuannya: Maluku. Tapi ia tak tahu bahwa yang harus diarunginya sebenarnya sebuah lautan yang tak teduh yang nyaris tak bertepi: sebuah samudra yang kemudian disebut "Pasifik". Dengan awak kapal yang kelaparan dan berjatuhan mati, ia bertahan maju di tengah gelombang, dengan disiplin yang brutal.

Tiga bulan kemudian baru ia temukan sebuah daratan. Ia bersua dengan manusia....

Lima ratus tahun yang lalu, dunia diubah dari Eropa. Dengan ambisi dan keberanian, dengan iman kepada Tuhan dan keserakahan.

Ketika itu Amerika belum dipastikan bentuknya di atas peta, Tiongkok hanya rumor, dan rempah-rempah adalah benda berharga yang datang entah dari pojok timur mana. Dari Lisabon dan Madrid, dua pusat negara adikuasa di abad ke-15, geografi hanya tampak sebagai rute penaklukan sebuah dunia yang tak jelas.

Pada 18 Juni 1452, Paus Nikolas V mengeluarkan bulla atau "fatwa" Dum Diversas yang memberikan wewenang kepada Raja Portugal, Alfonso V, untuk memperbudak "muslim, orang kafir, dan musuh Kristus", Sarracenos et paganos aliosque Christi inimicos, selama-lamanya. Semula cuma di Afrika. Empat tahun kemudian, fatwa Inter Caetera menganugerahi Pangeran Henrique seluruh tanah dan penduduk yang ditemukan. Pada Juni 1494, Paus Aleksander VI dengan "Traktat Tordesillas" membagi bola dunia jadi dua: sebelah barat buat Spanyol, sebelah timur buat Portugis.

Agaknya itulah pikiran takhta Vatikan tentang planet bumi di abad ke-15: jemawa dan keliru. Di luar Takhta Suci, sejarah penuh tikungan yang tak bisa dibaca fatwa dan geografi.

Ketika Magellan akhirnya sampai di pulau-pulau yang kini disebut "Filipina", ia disambut penduduk setempat dengan bersahabat. Bahkan di Pulau Cebu hampir tanpa kesulitan laksamana Portugis yang bekerja buat Raja Spanyol itu berhasil membuat penduduk "kafir" itu beramai-ramai memeluk Kristen. Tapi tak mudah mengetahui sejauh mana iman baru itu diterima.

Jika kita baca terjemahan Relazione del primo viaggio intorno al mondo yang disusun Pigafetta (orang Italia yang merekam penjelajahan Armada Maluku mengelilingi bumi), upacara "masuk-Kristen" itu lebih mengesankan sebagai keramaian menyambut tamu yang menawarkan hal-hal menarik. Magellan mungkin terkecoh. Ia tampak menerima saudara seimannya yang baru itu dengan antusias; ia bersedia bertempur membela mereka dalam konflik dengan suku lain. Tapi orang Eropa ini salah memperkirakan kemampuan diri dan anak buahnya. Dalam pertempuran dengan pasukan musuh, ia terbunuh. Tentaranya kalah.

Magellan wafat. Itu tiga tahun setelah ia memulai misinya yang panjang. Pigafetta kemudian bercerita, persinggahan mereka di Cebu ditutup dengan jebakan: pada suatu hari, sisa-sisa warga kapal Spanyol diundang ke perjamuan. Mereka datang. Mereka dibantai.

Yang tersisa, setengah rombeng, melanjutkan perjalanan menuju tujuan: ke Maluku.

Dan mereka sampai di Tidore.

Tidore amat ramah. Sultan Almansur menyambut sendiri orang-orang asing itu dengan naik ke kapal. Ia, seorang muslim, yang dalam fatwa Paus harus dijadikan budak, adalah tuan rumah yang demikian antusias hingga-dalam ingatan Pigafetta-ingin menyebut Tidore "Castiglia", sebagai tanda pertalian dengan Raja Spanyol.

Tapi Almansur bukan tanpa perhitungan politik. Kepulauan Rempah-rempah, buku sejarah Ternate-Tidore yang disusun M. Adnan Amal, menggambarkan dengan jelas bagaimana Kerajaan Tidore ingin menggunakan Spanyol buat mengimbangi pengaruh politik dan ekonomi Portugis di Maluku. Di sini tak ada Christi inimicos, "musuh Kristus"; yang ada hanya manusia yang punya iman dan desain kekuasaan yang berbeda.

Roma, Lisabon, Madrid, siapa saja, akhirnya terbentur: peta dunia bisa diubah sejarah, tapi sejarah bukan peta yang rata. Di Pulau Tidore, laut yang cantik dan benteng yang kini kehilangan keangkeran itu seakan-akan saling mengingatkan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

30 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

58 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya