Tabiat Buruk Partai Beringin

Penulis

Kamis, 12 Desember 2019 07:30 WIB

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan pidato saat penutupan Musyawarah Nasional (Munas) partai berlogo pohon beringin itu di Jakarta, Kamis 5 Desember 2019 malam. Munas Partai Golkar 2019 ini memutuskan Airlangga Hartarto kembali terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum untuk periode 2019-2024. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Partai Golkar ternyata belum sembuh dari kebiasaan lamanya: merapat pada kekuasaan bagaimanapun caranya. Tabiat buruk warisan Orde Baru ini membuat Golkar tak akan pernah menjadi sebuah partai politik modern yang sepenuhnya demokratis.

Ketidakmampuan Golkar meninggalkan pola-pola patronase dengan elite kekuasaan jelas berdampak pada rendahnya mutu demokrasi di Indonesia. Sebagai partai dengan perolehan kursi parlemen terbesar nomor dua pada pemilihan umum lalu, sikap oportunistis beringin membuat sistem politik kita tak kunjung beranjak dari level pemula-atau meminjam istilah Presiden Abdurrahman Wahid: "politik taman kanak-kanak".

Jauh sebelum Musyawarah Nasional Partai Golkar digelar pada 3-5 Desember lalu, sejumlah politikus Golkar sudah gencar melobi lingkaran dekat Presiden Joko Widodo untuk memperoleh restu politik bagi dua kandidat ketua umum: Bambang Soesatyo dan Airlangga Hartarto. Keduanya tampak tak percaya diri maju ke gelanggang pemilihan tanpa mengantongi persetujuan Istana.

Walhasil, tak terlalu mengejutkan ketika beredar kabar sejumlah utusan Istana ikut campur dalam pelaksanaan Munas Golkar. Melalui sejumlah orang dekatnya, Presiden Jokowi menegaskan dukungannya kepada inkumben Airlangga Hartarto dan berusaha mencegah Bambang Soesatyo berkompetisi. Intervensi semacam itu hanya bisa terjadi atas undangan elite Partai Golkar sendiri.

Di sisi lain, upaya Istana menyokong kandidat yang paling menguntungkan tak sepenuhnya keliru. Jokowi tentu berkepentingan mendapatkan garansi dukungan sepanjang masa pemerintahannya. Hanya cara Istana memainkan kartunya yang perlu dikritik karena terlampau terbuka.

Advertising
Advertising

Namun, lagi-lagi, semua itu dimungkinkan oleh elite Golkar sendiri. Lobi politik dua calon ketua umum membuka jalan bagi intervensi pemerintah. Motivasinya apa lagi kalau bukan transaksional. Golkar ingin mempertahankan posisinya di pemerintahan agar tetap punya akses pada sumber daya finansial. Patronase semacam itulah yang selama bertahun-tahun menghidupi partai beringin dan kini ditiru hampir semua partai politik lain.

Itulah salah satu faktor yang membuat kartel politik merajalela di negeri ini. Ketika partai dibangun tanpa ideologi yang kokoh dan keberpihakan yang jelas, ia dengan mudah menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan. Oligarki pun gampang memanfaatkan partai untuk kepentingannya sendiri.

Partai politik modern dibangun dengan gagasan dan cita-cita besar untuk memajukan negeri. Jajaran elite dan pendukungnya punya pemahaman yang jernih mengenai bangunan nilai yang seharusnya menjadi patokan dalam proses menuju cita-cita itu. Tanpa visi dan nilai, partai politik menjadi kendaraan politik belaka. Ia bisa diperdagangkan dengan harga tertentu.

Selama bertahun-tahun di era Orde Baru, Golkar menikmati posisi dominan di pemerintahan. Beringin bisa seenaknya mengintervensi partai politik lain yang tak sejalan dengan rezim Soeharto. Semua ketua umum partai harus tunduk pada keinginan pemerintah. Sistem itu membuat oposisi mustahil ada di parlemen.

Kini, 20 tahun setelah reformasi, kita kembali menyaksikan gejala serupa. Kepentingan segelintir elite bisa amat berpengaruh dalam pengelolaan negara. Partai menyediakan diri untuk diintervensi penguasa, pemimpin partai harus mendapat restu Istana, dan kekuatan oposisi di Senayan makin kecil. Golkar tampaknya memang tak pernah benar-benar berubah.

Berita terkait

Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

2 hari lalu

Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

Terowongan silaturahmi yang dikunjungi Paus Fransiskus bukan sekadar untuk penyeberangan, melainkan juga simbol toleransi antarumat beragama

Baca Selengkapnya

Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

9 hari lalu

Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

Kelompok rentan disabilitas, lanjut usia, juga ibu hamil bisa menikmati layanan antar-jemput Benteng Vredeburg Yogyakarta mulai awal Agustus 2024

Baca Selengkapnya

Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

10 hari lalu

Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

Kedua pria tersebut mendorong bongkahan formasi batuan kuno ke tepi tebing dekat Redstone Dunes Trail di Area Rekreasi Nasional Danau Mead Nevada.

Baca Selengkapnya

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

11 hari lalu

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

Warga yang mencari lowongan kerja atau pelatihan meningkatkan keahlian dapat melihat informasi di laman milik dinas yang mengurusi ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

13 hari lalu

PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

Cak Imin merespon peluang pencalonan Anies oleh PDIP untuk Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

28 hari lalu

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

elaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan mayoritas kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat memiliki potensi terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA.

Baca Selengkapnya

Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

38 hari lalu

Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

Dalam sidang PK Saka Tatal, Liga Akbar mencabut seluruh BAP yang ia berikan dalam kasus Vina Cirebon. Merasa lebih tenang.

Baca Selengkapnya

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

40 hari lalu

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

Sebagai sebuah pembahasan, buku ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh dalam kebijakan pengembangan industri pesawat terbang nasional.

Baca Selengkapnya

Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

52 hari lalu

Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Baca Selengkapnya