Selamat Tinggal Ujian Nasional

Penulis

Jumat, 29 November 2019 07:30 WIB

Seorang guru pedamping membacakan soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) kepada murid berkebutuhan khusus di SD Inklusi Betet I, Kota Kediri, Jawa Timur, 3 Mei 2018. USBN yang wajib diikuti oleh siswa reguler dan juga siswa berkebutuhan khusus tersebut sebagai syarat tamat belajar. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Rencana pemerintah menghapus ujian nasional patut diapresiasi. Ujian nasional selama ini sulit dijadikan ukuran bagi kemajuan pendidikan. Siswa, guru, hingga orang tua selalu sibuk menghadapi tes nasional itu, seolah-olah sudah menjadi tujuan pendidikan, bukan lagi sekadar alat ukur. Padahal tujuan pendidikan seharusnya adalah membentuk cara berpikir kritis.

Demi mendapatkan nilai bagus dalam ujian nasional, segala cara pun dilakukan. Menjelang masa ujian nasional 2019, misalnya, beredar bocoran soal ujian nasional matematika di grup sebuah media sosial. Kementerian Pendidikan juga mengungkap adanya ratusan peserta ujian nasional di 25 provinsi memotret soal ujian nasional dan menyebarkannya ke media sosial. Kebocoran soal ujian pun terjadi di banyak provinsi.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018, ujian nasional bertujuan mengukur capaian kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu. Namun, melihat begitu banyaknya kecurangan, tujuan ujian itu jelas sulit dicapai. Kita tidak bisa memastikan apakah nilai baik dalam ujian nasional diperoleh dengan cara jujur ataukah curang.

Realitas juga menunjukkan bahwa ujian nasional selalu bikin repot, meskipun tidak lagi menjadi penentu kelulusan. Peserta didik, guru, dan orang tua tetap terpenjara oleh tes nasional ini. Pihak sekolah malu jika nilai siswanya jeblok, sebaliknya mereka akan bangga jika nilai ujian nasional para siswanya tinggi. Sekilas hal ini bisa mendorong mereka untuk maju, namun yang muncul justru sikap pragmatis, bahkan curang, dalam mengejar nilai.

Persoalan lainnya menyangkut ketimpangan fasilitas pendidikan serta kualitas dan kuantitas guru di negara kita. Hal ini menyebabkan adanya tolok ukur tunggal seperti ujian nasional menjadi kurang adil bagi siswa-siswa di sebagian daerah. Maka, menghapus ujian nasional merupakan kebijakan yang cukup baik.

Advertising
Advertising

Pemerintah harus menjadikan pendidikan sebagai jalan mencerdaskan bangsa. Jika tidak, mutu pendidikan kita tetap berada di bawah negara-negara tetangga. Posisi Indonesia berada di urutan ketujuh di ASEAN dalam indeks pendidikan yang dikeluarkan Human Development Reports pada 2017. Negara kita berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memastikan pula tes pengganti ujian nasional tidak menjadi momok baru. Tolok ukur yang lain sekarang sedang disiapkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan. Bentuknya berupa tes assessment kompetensi siswa yang tidak lagi berbasis mata pelajaran. Tes itu digelar di tengah masa studi, sehingga siswa berkesempatan memperbaiki hasilnya.

Apa pun bentuk tes yang diterapkan haruslah tetap mempertimbangkan minat dan bakat, serta tidak mendorong siswa sekadar menghafal, melainkan merangsang kreativitas dan berpikir kritis. Siswa jangan sampai kembali terjebak untuk sekadar mengejar nilai sehingga mengaburkan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Catatan:

Ini merupakan artikel tajuk koran tempo edisi 1 Desember 2019

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

10 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

31 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

39 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

43 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

58 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

59 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya