Gesekan Dini Kabinet Jokowi

Penulis

Rabu, 6 November 2019 12:45 WIB

Presiden Joko Widodo melantik wakil-wakil menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019. Pelantikan ini juga dihadiri para menteri kabinet Indonesia Kerja. ANTARA

SEPERTI sudah diprediksi, Presiden Joko Widodo akhirnya melibatkan banyak partai politik dalam kabinetnya. Langkah yang bertujuan membentuk pemerintah yang kuat sekaligus efektif ini justru menimbulkan banyak mudarat. Koalisi yang terlalu besar cenderung tidak solid dan rawan gesekan politik, yang akan mengganggu kinerja kabinet.

Gejala itu langsung mencuat begitu Jokowi mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju. Sejumlah partai politik kecewa lantaran tidak mendapat kursi menteri sesuai dengan harapan mereka. Ada juga partai pendukung Jokowi yang tidak memperoleh jatah sama sekali, baik kursi menteri maupun wakil menteri. Riak-riak kekecewaan itu bisa memicu langkah politik yang mengusik soliditas koalisi pendukung pemerintah.

Manuver Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh cuma salah satu contoh. Ia tiba-tiba menemui Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman di kantornya, akhir Oktober lalu. Sehabis pertemuan itu, Paloh menyatakan membuka opsi menjadi "penyeimbang" pemerintah seperti PKS. Ia juga berencana berkomunikasi dengan partai lain di luar kabinet, yakni Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.

Langkah Paloh berpotensi merepotkan Jokowi karena NasDem berada di dalam pemerintah. NasDem mendapat tiga kursi menteri, seperti pada kabinet periode lalu. Hanya, partai ini sekarang kehilangan posisi yang penting, yakni Jaksa Agung. Pos yang semula dipegang kader NasDem, M. Prasetyo, tersebut kini ditempati St. Burhanuddin, jaksa senior yang dikenal dekat dengan kalangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Masuknya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke kabinet dikabarkan pula membikin Partai NasDem gerah. Prabowo, yang dikenal cukup akrab dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, diangkat menjadi Menteri Pertahanan. Situasi ini membuat posisi NasDem jadi kurang dominan di koalisi. Partai ini makin tidak nyaman lantaran hubungan Paloh dan Megawati telah renggang karena sejumlah kepala daerah yang diusung PDIP pindah ke NasDem.

Advertising
Advertising

Keputusan Jokowi membuat kabinet gemuk sesungguhnya didasari dua asumsi yang salah. Pertama, Jokowi menganggap pemerintahnya akan kuat jika disokong banyak partai. Ia lupa bahwa di Dewan Perwakilan Rakyat peta dukungan sangat dipengaruhi isu yang dibahas. Jika isu itu dianggap tak menguntungkan, bahkan partai koalisi pun bisa membelot. Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, PDIP pernah tidak menyokong kebijakan pemerintah.

Asumsi keliru kedua adalah Jokowi menganggap koalisi gemuk akan memudahkannya mengambil pelbagai kebijakanumumnya yang berorientasi pembangunan. Ia menganggap selama ini banyak "rencana baik" pemerintah terhambat oleh proses politik di parlemen. Ia lupa bahwa tidak pernah ada rencana baik jika tidak diuji lewat proses checks and balances. Setiap rencana pasti mengandung daifnya.

Kini Jokowi juga mengakomodasi delapan partai politik, termasuk Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Persatuan Indonesia. Sikap akomodatif ini telah mengundang kecemburuan Partai Hati Nurani Rakyat serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Dua partai yang sejak periode lalu menyokong Jokowi ini tidak kebagian kursi menteri atau wakil menteri.

Rasa kecewa juga diungkapkan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi keagamaan yang biasanya mendapat jatah kursi Menteri Agama. Sejak era Presiden Abdurrahman Wahid, orang NU selalu menempati pos itu. Pada kabinet periode pertama, Jokowi pun masih mengangkat tokoh NU, Lukman Hakim Saifuddin. Tapi kali ini ia mengabaikan tradisi itu dengan menempatkan Jenderal Purnawirawan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama.

Jokowi mengangkat Fachrul dengan penugasan khusus, yakni menghadang radikalisme. Strategi mirip gaya Orde Baru ini sebetulnya berlebihan. Apalagi ia juga menitipkan urusan serupa kepada mantan Kepala Kepolisian RI, Jenderal Tito Karnavian, yang diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri. Urusan radikalisme sebenarnya cukup diatasi dengan cara memperkuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Pengangkatan sejumlah menteri lain tampak pula tidak didasari pertimbangan yang benar-benar matang. Rekrutmen tokoh muda, Nadiem Makarim, misalnya, sebetulnya cukup bagus. Hanya, banyak orang menyayangkan penempatannya yang kurang pas. Pendiri Gojek ini harus memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, urusan yang baru sama sekali bagi dia.

Melihat banyaknya masalah pada kabinet baru, jangan heran jika beberapa pengamat politik memprediksi akan ada perombakan kabinet pada tahun depan. Bongkar-pasang seperti ini semestinya bisa dihindari bila Presiden lebih cermat dalam membangun koalisi dan menyusun kabinet.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

4 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

46 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya