Radikal

Penulis

Putu Setia

Sabtu, 2 November 2019 07:30 WIB

Presiden Jokowi melantik menteri-menteri anggota kabinet periode kedua pemerintahannya. Ia merangkul sebagian besar partai dan hanya menyisakan Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat, serta Partai Amanat Nasional di luar pemerintahan. Kekuatan koalisi pemerintah menguasai tiga perempat jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat.

Putu Setia
@mpujayaprema

Istilah "radikal" menjadi kata yang menakutkan. Kabinet jilid 2 yang dibentuk Presiden Joko Widodo menempatkan urusan radikal sebagai hal serius yang harus diselesaikan. Tapi orang bisa liar mengartikan kata radikal itu. Radikal sebagai perbuatan kriminal, radikal sebagai pemahaman keyakinan yang berbeda, dan radikal sebagai bentuk ekspresi perbedaan pendapat menjadi campur aduk.

Ada pernyataan bahwa sepuluh kampus di Indonesia terpapar radikalisme. Sebelum ada pernyataan itu, bahkan hasil survei Badan Intelijen Nasional menyatakan bahwa 39 persen mahasiswa di 15 provinsi terpapar paham radikal. Ketika Wiranto, yang saat itu menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, ditusuk seseorang di Banten, kasusnya dikaitkan dengan radikalisme. Pelakunya kaum radikal yang tergabung dalam gerakan yang sudah lama diintai aparat keamanan. Apakah itu berarti ribuan mahasiswa yang terpapar radikalisme juga datang ke kampus membawa pisau? Atau orang yang datang ke masjid membawa senjata tajam disebut sudah terpapar radikalisme? Presiden Jokowi pun menempatkan seorang jenderal sebagai Menteri Agama untuk memangkas radikalisme.

Radikal itu yang mana? Apakah pelaku kriminal serta-merta bisa disebut radikal? Apakah penceramah agama yang berbeda dengan penceramah lain tergolong radikal? Apakah mahasiswa yang turun ke jalan menyalurkan pendapatnya bisa disebut radikal? Perlu ada perumusan yang lebih jelas, sehingga jika ada bocah berkelahi, tidak serta-merta orang tuanya khawatir anaknya terpapar radikalisme.

Di dalam kamus, kata radikal tak selalu berarti negatif. Ada arti yang menyebutkan "maju dalam berpikir dan bertindak". Radikal adalah serapan dari bahasa Belanda, yaitu "radicaal", yang artinya mendalam sampai ke akar-akarnya. Jadi, kalau ada orang yang berpikir secara mendalam sampai ke akar permasalahan dan bertindak mewujudkan pemikiran itu untuk kebaikan bangsa, bisa disebut kaum radikal.

Advertising
Advertising

Yang menarik, Jokowi tiba-tiba mengusulkan istilah baru sebagai pengganti radikal. Mungkin Pak Jokowi mulai sadar bahwa kata radikal terlalu jauh digunakan. Beliau mengusulkan radikalisme diganti "manipulator agama". Dari pernyataan ini, terkesan bahwa kehebohan radikal itu hanya urusan agama. Jangan-jangan memang ini yang dimaksudkan sejak dulu. Jadi, kalau ada dosen yang menyiapkan bom untuk mengacaukan negeri, lebih pas disebut teroris karena tujuannya membuat teror.

Sejumlah budayawan dan tokoh adat Nusantara yang terhimpun dalam Mufakat Budaya Indonesia (MBI) bertemu di Jakarta selama tiga hari sampai Kamis lalu. Salah satu yang dibahas juga soal radikalisme. Mereka menemukan kenyataan bahwa program pemerintah dalam mencegah radikalisme fisik maupun mental dalam bentuk kebijakan deradikalisasi justru menciptakan represi yang mematikan daya kritis dan praktik-praktik ekspresional serta aktualisasi publik. Itu terjadi karena tidak jelasnya rumusan apa yang dimaksudkan dengan radikalisme.

Solusi yang diberikan adalah pemerintah wajib mengubah cara berpikir hingga pengambilan kebijakan dalam menghadapi radikalisme, sehingga tidak lagi menerapkan program deradikalisasi yang justru membunuh pikiran-pikiran kreatif dan inovatif. Artinya, pemerintah tidak boleh merasa memiliki hak untuk mengendalikan pikiran dan gagasan. Biarkan radikalisme yang mengarah pada masalah kriminal diproses secara hukum. Program deradikalisasi yang membunuh daya nalar atau pikiran kritis publik diganti dengan pembukaan ruang-ruang ekspresional dalam mengutarakan gagasan, baik secara intelektual maupun mental.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya