Bujet Janggal Pemerintah Jakarta

Penulis

Jumat, 1 November 2019 07:30 WIB

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan keterangan di Balai Kota Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2019. Dalam konferensi pers tersebut, ia menyampaikan hasil kerja selama 2 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. TEMPO/Muhammad Hidayat

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus mengevaluasi skema perencanaan dan kinerja para kuasa pemegang anggaran di bawah kendalinya, agar pos-pos belanja janggal tak ada lagi. Terungkapnya sejumlah rencana belanja bernilai besar namun tak sesuai dengan kebutuhan menjadi cermin buruknya administrasi dan tata kelola pemerintahan.

Kasus anggaran janggal terungkap setelah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Aditya Sarana, berceloteh di Twitter mempertanyakan anggaran Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk membeli lem merek tertentu senilai Rp 82,8 miliar. Bukan cuma lem, ada temuan belanja pulpen senilai Rp 123,8 miliar, pembelian peranti penyimpanan data komputer dan server hingga Rp 65,9 miliar, dan pengadaan ratusan komputer dengan harga Rp 15 juta per unit.

Nilai belanja barang-barang tak penting tapi dengan bujet ekstra-besar itu menimbulkan pertanyaan, terutama mengenai aspek kewajarannya. Terbukti, belakangan kepala dinas yang berwenang mengatakan ada kesalahan saat mengisi data untuk dokumen rancangan Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020. Yang mengejutkan adalah pengakuan dari pejabat administrasi, yang menyatakan dirinya asal memilih komponen belanja agar segera memenuhi pagu anggaran.

Menghadapi kondisi tersebut, Gubernur Anies tak boleh berdiam diri atau hanya berkelit dengan menyebutkan E-budgeting, sistem pengisian anggaran secara online, tidak sempurna karena masih mengandalkan manusia yang rawan kealpaan. Dia seharusnya bertindak tegas menegur atau memberikan sanksi kepada pejabat ataupun pengunggah data yang bekerja asal-asalan, tak memiliki komitmen untuk menjalankan tata kelola administrasi dengan baik.

Jika sadar ada kelemahan dalam sistem E-budgeting, Anies tak sepantasnya hanya mengeluh dan menyalahkan pejabat sebelumnya. Segeralah perbaiki, agar sistem yang dirancang untuk memudahkan pekerjaan itu juga memiliki perangkat pengawasan atau peringatan tatkala ada mata anggaran atau nilai belanja yang tidak wajar. Sebagai gubernur, Anies juga bisa melecut para kepala dinas dan pejabat di bawahnya untuk terus memelototi pencatatan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Advertising
Advertising

Sikap Anies yang menyatakan tidak akan membuka rancangan KUA-PPAS 2020 juga menimbulkan pertanyaan ihwal komitmennya terhadap transparansi anggaran. Tertutupnya akses publik menimbulkan peluang besar timbulnya kesalahan dan terutama penyelewengan anggaran. Sebagai kepala daerah, tak sepatutnya dia khawatir akan kontroversi yang muncul jika mekanisme penyusunan anggaran dibuka kepada publik. Anies justru harus membuktikan kepada publik jika prosedur penyusunan anggaran di lembaganya andal dan bisa dipertanggungjawabkan.

Kasus yang terjadi di Jakarta sangat mengkhawatirkan, mengingat sistem dan tata kerja yang diterapkan pemerintah Ibu Kota seharusnya lebih baik dibanding daerah lain. Jika sistem digital saja memiliki celah untuk kesalahan, atau bahkan penyelewengan seperti korupsi dan penggelembungan anggaran, bagaimana dengan daerah yang masih menerapkan administrasi konvensional?

Catatan:

Ini merupakan artikel tajuk koran tempo edisi 01 November 2019

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya