Potret Buram Lembaga Tinggi Negara

Penulis

Kamis, 3 Oktober 2019 07:30 WIB

La Nyalla Mahmud Mattalitti resmi menjadi ketua DPD RI periode 2019-2024.

Terpilihnya La Nyalla Mattalitti sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menunjukkan ada yang salah pada lembaga tinggi negara Indonesia.

Terpilih lewat voting pada 1 Oktober lalu, La Nyalla punya pengalaman segudang. Ia pernah aktif di Pemuda Pancasila, Kosgoro, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ia juga memiliki pengalaman yang cukup panjang di bidang politik. Ia pernah menjadi pengurus Golkar Jawa Timur, Partai Patriot, dan Partai Bulan Bintang, juga menjadi kader Partai Gerindra.

Namun La Nyalla punya banyak kontroversi. Pada 2016, ia diadili karena terlibat korupsi dana hibah Pemerintah Provinsi Jawa Timur saat menjadi Ketua Kadin Jawa Timur pada 2011-2014. Sempat buron, ia dideportasi pemerintah Singapura, lalu diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, meski pada Desember 2016iadivonis bebas.

Dalam politik, iamenapaki jalan yang lancung.Ia pernah mengakumenyebarhoaks soal Joko Widodo menjelang pemilihan presiden 2014, termasuk menyebut Jokowi sebagai komunis. Pengakuan kontroversial itu ia sampaikan secara terbuka menjelang pilpres 2019 setelah meninggalkan kubu Prabowo.

Sosok seperti La Nyalla dapat menimbulkan persoalansebagai kepala lembaga tinggi negara. Publik tentu berharap melihat lembaga negara dipimpin sosok yang bebas dari persoalan hukum dan etika.

Advertising
Advertising

Didirikan pada 1 Oktober 2004 sebagai bagian dari semangat penguatan otonomi daerah, DPD saat ini tengah berjuang menguatkan eksistensinya. Meski anggotanya dipilih secara langsung dalam pemilu, DPD tak memiliki banyak kewenangan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Saat ini DPDtengah berusaha menambah wewenang lewatupaya amendemen UUD 1945. Lembaga ini, antara lain, menginginkan wewenang untuk menyusun dan menetapkan rancangan undang-undang, tidak seperti saat ini, mereka hanya dapat memberi pertimbangan. Dengan pelbagai kelemahan, DPD kini dipimpin sosok kontroversial.

Terpilihnya politikus seperti La Nyalla memperlemah posisi DPD. Sebagai lembaga perwakilan daerah, DPD hendaknya tidak diisi orang yang terafiliasi denganpartai politik. Ketimbang menjadi penampung aspirasi daerah, mereka telah menjadikepanjangan tangan partai.

Masuknya orang partai tak hanya terjadi di DPD. Badan PemeriksaKeuangan juga diisi banyak bekas politikus Senayan, beberapa di antaranya bahkan pernah dililit kasus korupsi.

Saat ini, apa yang terjadi pada DPD, DPR, dan BPK mengindikasikan kemerosotanmutu pimpinan dan anggotalembaga-lembaga tinggi negara.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya