Semangat Keagamaan Moderat

Selasa, 1 Oktober 2019 07:00 WIB

Umat Islam berdoa di Masjidil Haram selama melaksanakan ibadah haji di kota suci Mekah, Arab Saudi 6 Agustus 2019. REUTERS/Umit Bektas

Rizky Alif Alvian
Mahasiswa Master of International Relations di School of Political Science and International Studies, University of Queensland, Australia

Label Islam "radikal" dan "moderat" semakin sering digunakan secara kurang cermat di Indonesia. Alih-alih digunakan sebagai kerangka analisis untuk mendorong praktik keagamaan yang moderat di Indonesia, label radikal dan moderat justru kerap digunakan demi kepentingan politik yang sempit. Sikap gegabah ini berbahaya bagi semangat kampanye keagamaan moderat.

Sikap gegabah dalam menggunakan label radikal tampak dalam sejumlah kasus. Dalam kasus revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), misalnya, KPK dituduh telah disusupi oleh kelompok Islam garis keras. Demonstrasi yang dimotori mahasiswa di berbagai kota di Indonesia pada beberapa pekan terakhir juga disebut ditunggangi oleh kalangan radikal.

Dalam kasus-kasus ini, label radikal telah digunakan secara strategis untuk melemahkan legitimasi dari kelompok-kelompok yang memiliki aspirasi yang bertentangan dengan kelas politik berkuasa di Indonesia. Praktik ini dapat ditemui di berbagai negara. Berbagai penelitian tentang strategi kontra-radikalisasi telah menunjukkan bahwa istilah "radikal" sering disematkan bukan pada kelompok-kelompok yang percaya terhadap tafsir keagamaan yang intoleran dan mendukung kekerasan, melainkan pada kelompok-kelompok yang berusaha mendorong perubahan politik yang substantif dan progresif (Schwedler, 2011). Dalam konteks ini, pemberian label radikal sebetulnya mencerminkan usaha kelas politik berkuasa untuk mempertahankan kekuasaannya dari upaya-upaya reformasi yang mungkin akan mengancam posisinya.

Penggunaan label radikal untuk kepentingan politik yang demikian sempit sebetulnya mengancam semangat kampanye moderasi keagamaan. Tulisan ini menyorot tiga aspek krusial.

Advertising
Advertising

Pertama, menyempitnya ruang demokrasi. Salah satu tujuan utama dari kampanye moderasi keagamaan adalah untuk mencari titik temu antara praktik keagamaan dan demokrasi. Dalam konteks ini, moderasi keagamaan bisa dipahami sebagai upaya mendorong umat beragama untuk saling berdialog dalam kerangka demokrasi tanpa melepaskan keyakinan masing-masing. Penggunaan label radikal sebagai strategi untuk melemahkan pandangan politik alternatif karena bertentangan dengan semangat moderasi.

Kedua, melemahnya ikatan sosial dalam masyarakat. Kampanye moderasi keagamaan bertujuan untuk menciptakan masyarakat multikultur yang rukun dan solider. Ini dilakukan dengan melawan dan mentransformasi pandangan keagamaan yang eksklusif menjadi lebih inklusif. Sayangnya, misi ini akan terhambat oleh penggunaan label radikal yang sembarangan. Pasalnya, strategi labelisasi semacam itu akan membangkitkan rasa curiga yang berlebihan di antara sesama warga negara. Ini bisa berujung pada meningkatnya ketegangan atau bahkan aksi persekusi.

Ketiga, melemahnya kepercayaan publik pada kampanye moderasi. Proses ini terpantik ketika publik yang sebetulnya mendukung tujuan-tujuan moderasi keagamaan justru dicurigai sebagai kelompok yang radikal atau kurang moderat. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk berpikir bahwa kampanye moderasi keagamaan menyimpan kepentingan-kepentingan tertentu yang merugikan mereka. Imbasnya, dukungan terhadap kampanye moderasi keagamaan bisa jadi bakal melemah.

Kampanye moderasi keagamaan masih dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang demokratis, rukun, dan solider di Indonesia. Berbagai pihak hendaknya tidak menggunakan narasi moderasi sebagai alat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya