Waspadai Kebocoran Stok Ikan

Penulis

Yonvitner

Jumat, 13 September 2019 07:30 WIB

Ilustrasi ikan bandeng (Pixabay.com)

Yonvitner
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Potensi stok ikan yang kini mencapai 12,5 juta ton harus dimaknai sebagai sebuah kekayaan yang luar biasa dalam perairan laut kita. Banyak harapan bisa disandarkan pada angka tersebut, dari potensi tenaga kerja sektor penangkapan hingga industri pengolahan, yang menandai tumbuhnya investasi perikanan. Kenaikan stok yang ditengarai berkaitan dengan aksi penenggelaman kapal semakin memperkuat hegemoni kesuksesan usaha perikanan.

Matematika sederhananya seperti itu. Namun sektor perikanan bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. Itu sebabnya kalkulasi stok ikan ditempatkan sebagai bagian dari kajian dinamika stok. Artinya, estimasi potensi stok lebih-kurang sejumlah angka yang diumumkan, tapi kadang-kadang bisa lebih, juga bisa kurang.

Apakah kita akan membiarkan stok ikan itu tak diambil dan akan tetap sama? Kita mengenal kematian alami ikan, persaingan, dan kematian penangkapan. Kematian alami terjadi secara alamiah apabila ikan mencapai suatu periode biologis tertentu. Kematian juga terjadi karena pemangsaan dan persaingan. Ikan-ikan kecil atau larva menjadi rentan dan berisiko tinggi mati dimangsa ikan-ikan lebih besar. Dalam kasus lobster, penghentian penangkapan stok lobster tidak otomatis akan meningkatkan populasi stok di alam karena larva adalah fase kritis dan banyak larva lobster dimakan ikan karang.

Potensi perubahan stok berikutnya adalah kegiatan penangkapan. Ikan-ikan dewasa harus segera ditangkap. Ada pandangan akan terjadi penumpukan ikan di perairan jika penangkapan dihentikan. Logika ini harus dikoreksi. Apabila tidak dilakukan penangkapan, ikan di perairan akan mengalami kesetimbangan dinamis sendiri. Jika kelimpahan stok ikan kecil tinggi, beberapa waktu kemudian akan tumbuh stok pemangsa sesuai dengan model Lotka-Volterra. Akibatnya, ikan kecil juga akan kembali berkurang karena terus dimangsa. Jika terjadi pemangsaan dalam jumlah besar, seperti larva lobster, akan berpotensi menyebabkan hilangnya stok ikan.

Advertising
Advertising

Potensi kebocoran stok yang kini fenomenal adalah efek dari gejala El Nino. Peningkatan suhu di bumi bagian utara yang menyebabkan terjadinya pencairan es telah mendorong terjadinya pencampuran massa air. Dalam terminologi Indonesia, kita mengenal yang namanya arlindo (Indonesian through flow). Dalam perjalanannya, massa air di perairan Indonesia akan mendorong terjadinya vertical mixing dan dapat menyebabkan terjadinya upwelling.

Massa air yang bergerak ke permukaan membawa material organik yang berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan kesuburan perairan. Penelitian Johnson LG (2019), yang menggunakan satelit untuk menentukan potensi chlorophyll-a sebagai dasar penetapan daerah penangkapan, menunjukkan tanda-tanda potensi terjadinya upwelling di selatan Jawa. Kesetaraan analisis di antara produksi lemuru yang tinggi pada 2007 diawali dengan informasi upwelling dan peningkatan konsentrasi chlorophyll serta gejala Indian Ocean Dipole (IOD) atau El Nino Samudra Hindia, Southern Oscilation Index (SOI).

Dampaknya, biasanya produksi ikan akan meningkat dalam waktu tertentu kemudian kembali normal. Kejadian pada 2007 dan 2010 menjadi catatan bagi kita karena potensi upwelling di beberapa wilayah kita juga terlihat. Jika data tahunan sejak 1998 dianalisis, dengan interval sembilan tahun, yaitu pada 2007, terjadi fase produksi ikan lemuru yang tinggi. Bukan tidak mungkin pada 2019 ini akan terjadi fase tinggi produksi dengan mempertimbangkan siklus sembilan tahunan tersebut (patokan produksi 2010).

Jika terjadi peningkatan potensi upwelling, kelimpahan stok ikan kecil dan besar akan cenderung mengalami peningkatan, terutama di selatan Jawa atau Pasifik. Maka, Indonesia harus menyiapkan armada perikanan yang baik, yang mampu menjangkau zona ekonomi eksklusif, jika tidak ingin kehilangan stok ikan.

Ketika kita tidak dapat memanfaatkan stok tersebut, otomatis akan menjadi incaran masyarakat internasional. Kondisi ini yang kemudian kita kenal sebagai rugi berkali-kali.

Momentum 2019 sebagai kebangkitan perikanan harus terus digaungkan, terutama dengan kondisi saat ini. Ada beberapa langkah yang harus segera dilakukan agar kita tidak kehilangan kesempatan, yakni mempercepat investasi perikanan nasional, mengadaptasikan ilmu pengetahuan dalam pengambilan keputusan, membenahi data statistik perikanan, dan mendorong usaha perikanan berbasis sumber daya lokal.

Disrupsi kebijakan harus dihindari demi kepentingan bangsa dan masyarakat perikanan. Investasi yang selama ini terganggu karena mispersepsi tentang kapal eks-asing dan mafia perikanan harus dihentikan untuk kemajuan perikanan. Jika hal tersebut ada, jangan mengorbankan sektor perikanan.

Penting pula untuk menerapkan informasi dan ilmu pengetahuan dalam perencanaan perikanan. Fenomena El Nino dan potensi upwelling adalah kelengkapan ilmu dan teknologi yang harus diakomodasi untuk perencanaan investasi usaha penangkapan. Statistik perikanan ke depan tidak lagi berbasis sampling, tapi harus real time.

Nelayan dan pengusaha lokal diberi peluang sebesar-besarnya untuk memanfaatkan potensi dan sumber daya yang melimpah tersebut. Dengan cara itu, nelayan dan pengusaha kita akan dapat berpartisipasi dalam memacu perikanan yang lebih maju, berkualitas, dan berdaya saing.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

27 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

55 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya