Keledai

Penulis

Putu Setia

Sabtu, 10 Agustus 2019 07:30 WIB

Bulan purnama terlihat dari balik menara sutet pada malam Natal di Ottawa, Kanada, 24 Desember 2015. Fenomena bulan purnama saat Natal ini pernah terjadi pada 1977 dan akan terjadi lagi pada 2034. REUTERS/Blair Gable

Putu Setia
@mpujayaprema

Hanya keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali.

Pepatah ini, dulu, sangatlah populer. Keledai itu binatang bodoh namun keras kepala. Yang pertama mempopulerkan kebodohan keledai adalah penulis Yunani pada era sebelum Masehi, Homer dan Aesop. Pepatah ini mau berpesan, janganlah seperti keledai yang tidak mau belajar dari kesalahan yang sama sehingga terulang kembali.

Sejumlah ahli hewan pun mendiskusikan hal ini di London pada akhir abad ke-20, apa betul keledai itu binatang paling bodoh? Kesimpulannya, terjadi kesalahpahaman, keledai tidaklah bodoh-bodoh amat. Maka pepatah pun dimutakhirkan (istilah ini baru saja dipakai untuk meralat kekuatan gempa di Banten) dan bunyinya menjadi: "Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali". Maksudnya, sebodoh-bodohnya orang, ia tak akan mengulang kesalahan sebelumnya.

Saya bukan dokter hewan dan tak pernah memelihara keledai, jadi tak tahu seberapa bodohnya binatang mirip domba bertelinga panjang itu. Tapi urusan mengulangi kesalahan yang sama bukankah banyak dilakukan orang? Apakah dia tersindir oleh peribahasa itu? Sebut contoh Bupati Kudus Muhammad Tamzil yang kembali dicokok KPK karena kasus jual-beli jabatan. Tamzil sudah pernah dihukum penjara karena kasus korupsi pula. Keluar penjara, ikut lagi pemilihan dan memenangi jabatan bupati itu. Lalu dilantik dan korupsi lagi. Siapa yang bodoh bak keledai? Apakah bupatinya atau KPU yang meloloskan narapidana menjadi calon bupati? Dan rakyat yang memilihnya apakah tergolong bodoh pula? Kok, memberi kesempatan kepada orang untuk tercebur di lubang yang sama?

Advertising
Advertising

Coba telisik kasus lebih besar yang melibatkan negara. Kebakaran hutan setiap tahun berulang kembali. Setiap tahun pula alasan kebakaran hutan itu disengaja untuk pembukaan lahan. Asapnya menyebar ke negara tetangga sampai membuat Presiden Jokowi malu besar. Nah, Presiden mengancam akan mencopot panglima tentara dan kepala kepolisian di daerah yang hutannya masih terbakar. Kasihan tentara dan polisi ini harus bertanggung jawab untuk pekerjaan yang bukan tugas utamanya. Kenapa tidak mencopot Menteri Kehutanan? Jika kasus ini dihubungkan dengan keledai, siapa yang layak disebut bodoh? Tidak belajar dari kebakaran hutan pada 2015 yang merugikan negara Rp 221 triliun.

Yang lagi ramai adalah kasus listrik padam di sejumlah kota besar Jawa, termasuk Jakarta. Kerugian disebut-sebut Rp 1 triliun. Penyebab awalnya hanya karena pohon sengon yang rantingnya berada di kawasan magnet SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi) jalur Ungaran-Pemalang. SUTET di jalur utara ini ambruk. Ada satu SUTET di jalur tengah yang seharusnya bisa dipakai sebagai cadangan untuk mengirim setrum. Kok, pas sedang dalam perbaikan.

Lho, bukankah kasus yang mirip begini pernah terjadi pada tahun-tahun lalu meski "tersangka" bukan sengon? Bukankah pelajaran berharga yang diambil adalah menyediakan selalu pembangkit cadangan, kok sekarang cadangan itu juga bermasalah? Siapa yang layak dijadikan simbol keledai di sini yang tak belajar dari kesalahan sebelumnya? Yang jelas bukan pohon sengon.

Kini, konsumen menuntut ganti rugi dan pemimpin PLN akan memotong pendapatan karyawannya untuk membayar kompensasi. Kasihan pegawai PLN yang tak tahu urusan itu. Kenapa bukan pemimpin PLN yang disuruh mundur karena jelas lalai membuat sistem keamanan menyalurkan listrik meski sengon itu penyebab awal? Atau sekalian Menteri BUMN dicopot karena banyak kasus buruk di sejumlah perusahaan negara.

Nah, di sinilah keledainya harus ditetapkan dulu.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya