Asal Tunjuk Bos PLN

Penulis

Rabu, 7 Agustus 2019 07:30 WIB

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) PT PLN Sripeni Inten Cahyani memberikan keterangan pers seusai memenuhi pemanggilan Komisi VII DPR terkait pemadaman listrik massal di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2019. Komisi VII DPR memanggil Plt Dirut PLN dan Direksi PLN. TEMPO/M Taufan Rengganis

LELETNYA penanganan mati setrum bisa jadi merupakan akibat kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang perombakan direksi perusahaan negara hingga Oktober 2019-waktu pergantian pemerintahan. Maka, ketika Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir sebagai tersangka korupsi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Riau-1, pemerintah hanya menunjuk pelaksana tugas sebagai penggantinya.

Pelaksana tugas tentu berbeda dengan pemimpin definitif. Sebagai Plt Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani tak bisa mengambil keputusan strategis dan penting pada saat genting. Ia bahkan baru menjabat selama tiga hari menggantikan Djoko Rahardjo Abumanan, pelaksana tugas sebelumnya. Sripeni tampak gelagapan memaparkan penyebab utama mati listrik itu di hadapan Presiden. Ia juga tak mampu memberi penjelasan yang bisa menenangkan masyarakat selama masa krisis itu.

Alasan mati listrik pun berubah-ubah sejak Minggu pagi hingga Senin malam. Kita hanya membaca pesan yang berseliweran di pelbagai media sosial tentang penanganan kerusakan secara parsial, disertai permintaan maaf direksi PLN atas kekacauan itu. Sripeni dan para anggota direksi seperti orang awam dalam menangani setrum, tak siap dengan situasi darurat.

Problemnya bisa ditarik lebih jauh dari sekadar bos PLN yang gagap. Kekacauan ini memperlihatkan pula kegagalan pemerintah dalam menerapkan sistem merit di perusahaan negara. Tentu, menangani krisis seperti di PLN tak akan selesai hanya dengan menunjuk pemimpin definitif, melainkan ia yang cakap dan mumpuni menangani perusahaan negara sebesar PLN.

Jadi, seharusnya Presiden Jokowi tak perlu marah ataupun heran terhadap direksi PLN yang kurang sigap menyelesaikan krisis ini. Sebab, masalahnya justru ada pada mutu kepemimpinan dan buruknya manajemen perusahaan negara, yang berada dalam kontrol pemerintah. Selama ini penentuan jabatan penting di perusahaan negara kerap ditunggangi kepentingan penguasa dan partai politik.

Advertising
Advertising

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kursi direksi PLN merupakan jabatan panas karena pemilihannya acap ditunggangi kepentingan politik. Dengan aset mencapai Rp 1.500 triliun, menjadi darah dan penopang ekonomi Indonesia, PLN selalu menjadi perusahaan negara yang diincar banyak pihak.

Kekacauan di PLN seharusnya mendorong pemerintah untuk benar-benar menerapkan sistem merit dalam penunjukan direksi perusahaan negara. Indonesia tak kekurangan orang yang mumpuni dan berintegritas. Tugas pemerintah adalah menemukan mereka untuk ditempatkan pada posisi yang tepat.

Meminjam apa yang dinyatakan Presiden Jokowi kepada direksi PLN bahwa mereka "orang-orang pintar" yang seharusnya bisa mengantisipasi krisis ini, kalimat serupa bisa kita tunjukkan kepadanya. Pemerintah semestinya tidak main-main pula dalam menunjuk direksi PLN-perusahaan yang melayani hajat hidup orang banyak.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

5 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

35 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

43 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

47 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya