Listrik Bukan Logistik Politik

Penulis

Selasa, 6 Agustus 2019 07:30 WIB

Mati Lampu Massal Listrik Padam

Padamnya listrik di hampir separuh Pulau Jawa pada Ahad lalu menunjukkan betapa tidak siapnya manajemen PT PLN (Persero) menghadapi situasi darurat. Tak hanya gagal mengatasi masalah dengan sigap, selama seharian, manajemen PLN gelagapan menjelaskan mengapa listrik mati total hampir 8 jam di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten itu.

Direksi PLN akhirnya menjelaskan bahwa krisis terjadi lantaran sistem transmisi listrik bagian timur dan barat Pulau Jawa terputus. Pemicunya adalah gangguan jaringan sirkuit Ungaran-Pemalang, Jawa Tengah, yang segera merembet ke sirkuit lainnya. Kurang meyakinkan, penjelasan yang terlambat itu tak bisa memulihkan reputasi PLN yang rontok dalam hitungan jam.

Sebagai perusahaan negara dengan aset sekitar Rp 1.302 triliun, PLN seharusnya memiliki sistem mitigasi yang komprehensif untuk menanggulangi situasi krisis. Apalagi, yang dikelola PLN adalah energi listrik yang merupakan energi primer, sekaligus "darah" yang menggerakkan perekonomian negara. Setiap kali layanan PLN terganggu, efeknya adalah rantai kekacauan yang panjang.

Permintaan maaf berulang dari direksi PLN tidaklah cukup. Konsumen PLN berhak memperoleh kepastian kapan gangguan itu akan teratasi. Lebih dari kepantasan dalam relasi produsen-konsumen, ada konsekuensi hukum seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Pasal 29 undang-undang itu menyebutkan konsumen berhak mendapat tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan keadaan yang baik. Apabila terjadi pemadaman akibat kesalahan penyedia tenaga listrik, konsumen berhak mendapat ganti rugi. Bila selama ini PLN tegas memutus aliran listrik konsumen yang menunggak, tak berlebihan bila konsumen kini menuntut balik PLN.

Memulihkan dengan segera pasokan listrik, seperti yang diminta Presiden Joko Widodo, merupakan tanggung jawab jangka pendek PLN. Lebih penting lagi, dalam jangka panjang, gangguan yang tak terkontrol seperti kali ini jangan terulang. Untuk itu, perlu pembenahan radikal dalam manajemen PLN.

Advertising
Advertising

Ketidaksiapan PLN menghadapi situasi darurat tak bisa dipisahkan dari karut-marutnya manajemen perusahaan pelat merah ini. PLN merupakan perusahaan negara yang direkturnya paling banyak terjerat kasus korupsi. Terakhir, PLN kehilangan direktur utamanya setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menahan Sofyan Basir pada Mei lalu.

Bukan rahasia lagi, selama ini jabatan direksi PLN kerap diisi orang-orang yang diangkat karena pertimbangan politis, bukan karena rekam jejak profesionalnya. Pada setiap periode pemerintahan, partai yang berkuasa pun kerap menjadikan PLN sebagai sapi perah. Intervensi yang hampir menjadi tradisi itu harus segera diakhiri.

Pada periode kedua jabatannya, Presiden Joko Widodo mesti membuktikan bahwa energi listrik bukanlah logistik politik. Karena itu, dalam pengisian jabatan direksi PLN, kepentingan politik praktis harus dijauhi. Direksi PLN semestinya diisi orang yang ahli, profesional, tidak korup, serta tidak membebek pada kepentingan politik jangka pendek.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya