Setelah Perang Besar Itu

Senin, 17 Juni 2019 18:37 WIB

The Aftermath. imdb.com

Hamburg September 1946 adalah lidah neraka yang menjilat bumi. Sebuah peristiwa yang kemudian disebut sebagai “The Hiroshina of Germany” telah menghajar Jerman, terutama kota Hamburg, akibat oleh serangan udara “Operation Gomorrah” tiga tahun sebelumnya. Hamburg luluh lantak. Semua bangunan, semua sekolah, rumah sakit, museum dan terutama penduduk.

Pada saat itulah Rachael Morgan (Keira Knightley) tiba di Hamburg yang sudah terdiri dari debu, tengkorak dan darah kering. Dari jendela mobil, Rachael menyaksikan bagaimana sisa penduduk Hamburg yang mengais-ngais puing-puing yang bercampur dengan tulang belulang dan tengkorak. Rachael bergabung dengan suaminya Kolonel Lewis Morgan (Jason Clarke) yang bertugas mengawasi pembangunan kembali kota Hamburg, sekaligus bersama timnya melakuan interogasi pada sisa-sisa penduduk Hamburg tentang ‘seberapa jauh’ atau ‘seberapa dekat’ mereka atau keluarga mereaka dengan Nazi.

Tentu saja ini bukan film politik. Di rumah mewah yang ditempati pasangan yang tengah tegang ini –karena putera tunggal mereka tewas kena bom Jerman—mereka berkenalan dengan pemilik rumah, arsitek ganteng Stefan Lubert (Alexander Skarsgård) dan puteri remajanya yang juga kehilangan sang ibu yang kena bom sekutu. Dan hanya pada adegan awal pertemuan pertama, sudah tergambar ketegangan erotika antara Lubert dan Rachael.

Film yang diangkat dari novel karya Rhidian Brook ini jelas sejak awal ingin mengisahkan bahwa kedua pihak sama-sama memiliki korban. Lebih jauh lagi , Lubert yang diinterogasi oleh para kolega Kolonel Lewis yang ingin mengulik hubungannya dengan Nazi memperlihatkan bahwa bahkan warga Jermanpun (ada yang) membenci tindakan Nazi dan Hitler. Tetapi politik-politikan ini kemudian beralih pada kisah cinta terlarang antara Lubert dengan Rachael. Sejak awal sutradara James Kent sudah memperlihatkan bagaimana hubungan suami-istri yang sudah bermasalah dan berjarak karena kematian sang putera. Dengan demikian penonton seakan memberi ‘permakluman’ bagi Rachael yang ingin memulai hidup baru (“perkawinan kita sudah mati sejak kematian anak kita,” demikian kata Rachael pada suaminya). Sejak awal pula, Rachael justru tak setuju bapak anak Jerman itu diizinkan tinggal bersama di rumah milik Lubert yang sudah diakuisisi pihak Inggris itu.

Advertising
Advertising

Di atas kertas, sebetulnya film ini cukup berani untuk mengangkat tema yang mencoba menyatakan betapa tidak hitam putihnya situasi saat Perang Dunia II; bahwa masyarakat Jerman yang ‘terpaksa’ memasang foto Fuuhrer tak berarti memujanya, melainkan karena di bawah rasa gentar. Keinginan untuk adil itu memang penting, tetapi tak cukup diselesaikan dengan plot yang simplistik: jatuh cinta. Dan problemnya, soal asmara inilah yang ternyata menjadi pusat cerita.

Meski Keira Knightley dan Alexander Skarsgård tampil meyakinkan, tema cinta terlarang yang menjadi titik berat film tak berhasil membuat film ini menghasilkan sebuah wacana pemikiran. Banyak subplot lain , misalnya soal puteri Lubert yang berkencan dengan anggota kaum ekstrimis, yang tak sempat dijelajahi. Sosok Kolonel Lewis Morgan yang diperankan Jason Clarke justru menjadi satu-satunya karakter yang berhasil tampil lengkap dengan kompleksitasnya. Seorang ayah yang kehilangan, yang mengubur rasa duka dan tak mampu membangun hubungannya kembali dengan sang isteri.

Akhir film juga terasa terburu-buru dan dipaksakan. Ada problem sutradara dan penulis skenario yang tak menyadari—atau tak berhasil—mengenal bahwa novel Brook ini sebetulnya sebuah novel psikologis.

THE AFTERMATH

Sutradara: James Kent

Skenario: Joe Shrapnel dan Anna Waterhouse

Berdasarkan “The Aftermath” karya Rhidian Brook

Pemain: Keira Knightley, Jason Clarke, Alexander Skarsgård

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya