Inspirasi dari Perempuan Peneliti

Penulis

Rabu, 22 Mei 2019 07:30 WIB

Sastia Prama Putri di laboratoriumnya di Jepang, 9 Mei 2019. (Dok. Anjaritha Parijadi)

JIKA ingin melihat kemajuan suatu bangsa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, lihatlah jumlah penelitinya. Tengok pula kualitas dan kuantitas karya mereka. Kondisi negara kita dalam hal ini amat memprihatinkan: tertinggal jauh dari negara maju, kalah dibanding negara tetangga.

Sesuai dengan data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2015, negara kita memiliki 269.956 peneliti dari total populasi atau 1.071 peneliti per sejuta penduduk. Angka ini tak sampai separuh dari Malaysia, yang memiliki rasio 2.590 peneliti per sejuta penduduk. Singapura bahkan mencapai rasio 7.000 peneliti per sejuta penduduk.

Di tengah bidang riset yang terpuruk tersebut, Tempo melihat sisi positif: munculnya sejumlah perempuan peneliti yang berprestasi. Mereka adalah Athanasia Amanda Septevani, Korri Elvanita El Khobar, Ratih Damayanti, Indri Badria Adilina, Dewi Nur Aisyah, dan Sastia Prama Putri. Prestasi keenam peneliti itu dipaparkan dalam liputan khusus Tempo pekan ini untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Mereka berperan menemukan alat, skema, atau metode baru bagi dunia sains dan teknologi.

Kisah Athanasia Amanda dan kawan-kawan bisa menjadi inspirasi kita dalam mengembangkan sains, teknologi, keteknikan, dan matematikabidang yang selama ini didominasi kaum Adam. UNESCO menyebutkan rata-rata di dunia porsi perempuan peneliti hanya 30 persen dari total peneliti. Dibandingkan dengan rasio umum ini, komposisi perempuan peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia cukup menggembirakan pula, yakni 41 persen. Pada 2017, jumlah perempuan peneliti di LIPI sebanyak 4.017 orang dan jumlah laki-laki peneliti sebanyak 5.644 orang.

Kabar menyenangkan lain datang dari Presiden Joko Widodo, yang hampir dipastikan memenangi pemilihan umum kali ini. Ia berjanji di depan peserta Rembuk Nasional Pendidikan Kebudayaan di Depok, Jawa Barat, Februari lalu, mengubah fokus penganggaran dari pembangunan infrastruktur ke pengembangan sumber daya manusia. Jokowi harus segera mewujudkan janji itu, antara lain, dengan memperbanyak jumlah peneliti dan memperbesar anggaran riset agar tidak makin tertinggal dari negara lain.

Advertising
Advertising

Menurut portal SCImago Journal & Country Ranking, Indonesia menempati posisi ke-52 di dunia dalam jumlah publikasi ilmiah yang diacu peneliti lain. Selama 1996-2017, peneliti kita mempublikasikan 75.220 makalah. Sedangkan peneliti Thailand (peringkat ke-42 dunia) menerbitkan 156.829 makalah dan Malaysia (peringkat ke-34) mempublikasikan 248.457 makalah.

Dalam soal paten, kita juga jauh tertinggal. Menurut Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, jumlah paten Indonesia yang terdaftar di kantor paten Amerika Serikat sampai 2015 hanya 312. Malaysia, misalnya, mencapai lebih dari 2.400 paten dan Singapura lebih dari 9.000 paten.

Saat ini anggaran belanja riset dan pengembangan kita sekitar 0,25 persen dari produk domestik bruto. Angka ini jauh di bawah negara-negara maju. Anggaran riset Finlandia, misalnya, 3,3 persen dari PDB; Jepang 3,5 persen; dan Korea Selatan 4,1 persen.

Kisah Athanasia Amanda dan kawan-kawan semestinya mengilhami kita semua, terutama pemerintah, dalam mengembangkan riset. Mereka tetap bisa menunjukkan prestasi di tengah keterbatasan fasilitas. Pemerintah harus segera memperbanyak fasilitas dan anggaran riset demi mempercepat kemajuan bangsa.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya