Kendalikan Harga Tiket Pesawat

Penulis

Senin, 13 Mei 2019 07:30 WIB

Pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 737 Max 8 yang terparkir di Garuda Maintenance Facility AeroAsia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, 13 Maret 2019. Garuda memesan 50 unit Boeing 737 Max 8 hingga 2024. REUTERS/Willy Kurniawan

Pemerintah tak perlu ragu untuk menurunkan tarif batas atas agar harga tiket pesawat lebih realistis. Langkah ini perlu dilakukan untuk melindungi konsumen dari penetapan harga yang eksesif. Turunnya harga tiket juga akan menolong jasa pengiriman kargo dan bisnis pariwisata kita yang kini sempoyongan.

Lonjakan harga tiket pesawat memang menjadi sumber keresahan publik dalam lima bulan terakhir. Kementerian Perhubungan sesungguhnya telah berulang kali meminta maskapai menurunkan harga lewat penetapan varian tarif layanan (subprice). Melalui Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), operator pesawat berjanji menurutinya. Tapi janji itu tak pernah ditepati. Kenyataannya, harga tiket tetap melambung tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan tarif angkutan udara masih terjadi hingga April 2019. Kenaikan ini menjadi salah satu pemicu inflasi pada April 2019. Kenaikan harga tiket yang terjadi di 39 kota itu memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok ini menjadi komponen pembentuk inflasi nomor dua di bawah bahan makanan.

Kenaikan tarif angkutan udara juga memicu kemerosotan jumlah penumpang pada Maret 2019. BPS mencatat jumlah penumpang penerbangan domestik pada bulan itu hanya 6,03 juta atau merosot 21,94 persen ketimbang pada Maret 2018 yang mencapai 7,73 juta.

Tak cuma itu, tingkat hunian kamar hotel berbintang pada saat yang sama ikut jeblok. Rata-rata okupansi hotel hanya 52,89 persen, turun dari 57,1 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat hunian kamar di Lombok bahkan hanya 34,11 persen. Padahal, tingkat okupansi di Lombok pada Maret tahun lalu mencapai 51,32 persen. Sejak harga tiket tak kunjung turun, BPS mencatat penurunan okupansi terjadi di 17 kota.

Advertising
Advertising

Mahalnya tiket pesawat tak terlepas dari praktik duopoli yang terjadi pada industri penerbangan. Jika dicermati, penerbangan domestik kini praktis hanya dikuasai dua grup besar: Garuda Indonesia dan Lion Air. Pengambilalihan operasi Sriwijaya Air oleh PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda, membuat penguasaan pasar maskapai milik negara itu meningkat menjadi 42,9 persen. Adapun Lion Airtermasuk Batik Air dan Wings Airmenguasai 50 persen. Kondisi ini menyebabkan seragamnya harga penjualan tiket pesawat.

Struktur bisnis duopoli ini menyuburkan praktik kartel di industri penerbangan. Ada dugaan dua grup penguasa pasar itu telah menjalin kesepakatan sebelum harga serentak melonjak. Saat ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha sedang menelusuri dugaan tersebut.

Sambil menunggu hasil penyelidikan KPPU, pemerintah sudah selayaknya turun tangan. Sebagai regulator, pemerintah memang tidak bisa mengintervensi harga secara langsung. Tapi Undang-Undang Penerbangan menyebutkan pemerintah bisa melakukan fungsi kontrol terhadap formula penghitungan tarif batas atas maupun batas bawah.

Rencana pemerintah menurunkan tarif batas atas sebesar 15 persen, yang akan ditentukan hari ini, merupakan jalan tengah agar maskapai tidak semena-mena menetapkan harga. Langkah ini sekaligus untuk melecut maskapai memaksimalkan ruang inovasi agar industri aviasi lebih efisien menjalankan operasi.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya