Isa

Rabu, 24 April 2019 07:30 WIB

Umat kristen menyalakan lilin saat misa malam Natal di gereja Taman Cibunut, Bandung, Jawa Barat, Senin, 24 Desember 2018. Pihak gereja mengusung tema jalan cinta dalam peringatan Natal 2018. TEMPO/Prima Mulia

Puisi menggugah kita ketika ia menyentuh iman dan kematian. Ada sebuah sajak Chairil Anwar yang selalu diam-diam mengingatkan pembacanya akan Hari Paskah:

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh

patah
mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

Advertising
Advertising

mengatup luka

aku bersuka

Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah.

Sajak ini, “Isa”, tak ditulis seorang Kristen. Tak ada kata “salib” dan “penyaliban”, tak juga berbicara tentang dosa yang ditebus. Kata “tubuh” ditulis dengan “T”, tapi kita tak tahu adakah sajak ini berangkat dengan iman bahwa “Isa” adalah Tuhan.

Yang hadir dalam imajinasi kita adalah darah yang mengucur, luka pada tubuh, tubuh yang “rubuh” tak berdaya.

Kita hanya tertegun ketika muncul tanya: “aku salah?”.

Adegan kekerasan yang mengerikan itu agaknya membuat kita melihat ke diri sendiri-“aku berkaca dalam darah”-dan ragu: benarkah kita tak terlibat dalam dosa dan kesalahan ketika Tubuh itu menderita? Tak ada jawab. Adegan dengan cepat berpindah: “rupa” bertukar, cahaya jadi “terang”, dan “luka” yang mengucurkan darah itu “mengatup”. Dan rasa gembira datang….

Mungkin seorang Kristen akan melihat bahwa di sana yang tampak adalah kebangkitan kembali dari kematian, seperti dinujum: “Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”

Tapi harus segera saya akui, saya tak menemukan latar theologi Kristen dalam sajak Chairil ini. Yang lebih terasa adalah pengungkapan empati dengan Tubuh yang dianiaya. Adegan penyaliban, bagi sajak ini, adalah kisah antarmanusia. Tuhan tak disebut-sebut.

Meskipun demikian, Chairil mengemukakan “Tubuh”-dari kesakitan yang sangat, dari darah yang mengucur-jadi sesuatu yang transendental. Di bagian tengah sajak, Tubuh yang berlumuran darah itu mampu memberi terang, “terbayang terang di mata masa”, dan seakan-akan membawa sebuah mukjizat: melahirkan diri yang baru, “bertukar rupa ini segera”.

Kita dipertemukan dengan kemampuan Isa melintasi apa yang terbatas. Horor dan kemurungan jadi sebuah harapan.

Dalam sebuah renungannya tentang penyaliban, G.K. Chesterton juga mengatakan, di saat itu, Yesus menerobos ketakutan kita sebagai manusia yang tak punya harapan, yang penuh dengan pesimisme. He passed in some superhuman manner through our human horror of pessimism.

Chesterton seorang sastrawan Katolik yang yakin. Dengan catatan: pengarang yang disebut “pangeran paradoks” ini akan bisa merisaukan para theolog umumnya ketika berbicara tentang kejadian dahsyat di bukit Golgotha itu: “Dunia terguncang dan matahari dihapus dari langit, bukan di saat penyaliban, melainkan di saat suara teriak dari tiang salib: teriak yang mengaku bahwa Tuhan telah ditinggalkan Tuhan.”

“Tuhan telah ditinggalkan Tuhan.” God was forsaken of God. Bagi sastrawan Inggris akhir abad ke-19 itu, agama Kristen adalah satu-satunya agama di mana Tuhan “seakan-akan sejenak jadi atheis”. Hanya iman kristiani yang merasa bahwa “Tuhan, untuk menjadi Tuhan sepenuhnya, harus jadi pembangkang dan sekaligus juga raja”.

Memang kita temukan sesuatu yang kontradiktif di sini. Tuhan, bagi Chesterton, sarat dengan ketakjelasan tentang diri-Nya dan ciptaan-Nya. “Tuhan bersabda… bahwa jika ada yang bagus tentang dunia… itu adalah kenyataan bahwa dunia tak dapat dijelaskan.” He insists on the inexplicableness of everything, kata Chesterton dalam pengantar Kitab Ayub, The Book of Job.

Kita tahu dari Alkitab bahwa Ayub disengsarakan Tuhan tanpa alasan apa pun: “Ayub mengajukan satu catatan pertanyaan; Tuhan menjawabnya [hanya] dengan seruan.” Dan kita ingat adegan di tiang penyaliban itu berakhir dengan pertanyaan. “…sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring, kata-Nya, ‘Eli, Eli, lama sabakhtani!’… Ya Tuhan-Ku, ya Tuhan-Ku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku?”

Ada terasa kepedihan di momen ini. Yesus tak menampilkan Tuhan yang di akhir narasi selalu menang; di sana yang hadir bukan Tuhan yang selalu benar dan selalu menghakimi. Yang hadir di momen itu, kata Slavoj Zizek dalam God in Pain, Tuhan yang “disakiti, yang menanggung beban penderitaan, dalam solidaritas dengan kesengsaraan manusia”.

Inilah Tuhan yang kini kita perlukan, kata Zizek-kita sebagai manusia yang penuh kontradiksi. Inilah Tuhan “yang sepenuhnya jadi manusia, teman seperjuangan di antara kita, disalibkan bersama dua orang yang terusir dari masyarakat”. “Penderitaan Tuhan,” tulis Zizek pula, “mengandung arti bahwa sejarah manusia bukan cuma sebuah teater bayangan, melainkan tempat perjuangan yang nyata, di mana Yang Mutlak sendiri terlibat, di mana nasibnya ditetapkan.”

kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

Kita tahu, kekejaman berulang kali terjadi…. Tapi manusia tak bersendiri; Tuhan ada di dalam dan di antara kita. “Aku bersuka,” kata sajak Chairil. Dan kita diingatkan Chesterton: Tuhan menerobos horor pesimisme yang merundung sejarah manusia.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

33 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

45 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya