Sedia Tanggul Setelah Banjir

Penulis

Selasa, 9 April 2019 07:30 WIB

Sejumlah petugas gabungan memperbaiki tanggul Kali Pulo yang jebol di RT 03, RW 06, Kelurahan Jatipadang, Jakarta Selatan pada Ahad petang hingga Senin, 14 Januari 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana

PEPATAH sedia payung sebelum hujan agaknya tak berlaku bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Alih-alih membuat tanggul dan membereskan problem sungai ketika kemarau, mereka baru sibuk mengatasi banjir ketika musim hujan. Walhasil, banjir di Jatipadang, Jakarta Selatan, yang rutin terjadi tiap tahun, kembali terulang tahun ini.

Ironisnya, Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengaku tak tahu problem dasar Kali Pulo yang tanggulnya acap jebol itu. Padahal, pada setiap rezim pemerintahan di Jakarta, air kali ini selalu membeludak karena sungai menyempit. Di kiri-kanan sungai tumbuh bangunan liar yang membuat arus air menjadi deras sehingga meluber dan menjebol tanggul yang dibuat seadanya.

Masalah sederhana ini tak bisa diselesaikan pemerintah Jakarta. Alih-alih membersihkan bantaran kali sebagai masalah pokok banjir di sana, pemerintah malah membuat tanggul dengan kayu dan beton. Akibat penyelesaian masalah yang serampangan ini sudah bisa ditebak: banjir kembali terjadi.

Maka, satu-satunya cara agar Kali Pulo tak meluap adalah mengembalikannya ke bentuk semula. Kali Pulo sejak mula memiliki lebar 15-20 meter. Jika kini menyempit menjadi hanya 1-2 meter karena "ditumbuhi" bangunan, pemerintah harus menjadikannya kembali selebar itu. Banjir di Jatipadang itu sesungguhnya bukan karena sungai meluap, melainkan lantaran manusia merampas jalan mengalirnya.

Gubernur Anies Baswedan menyebutnya naturalisasi-agar tampak beda dengan istilah normalisasi yang menjadi kebijakan gubernur sebelumnya. Naturalisasi memang beda dengan normalisasi, karena normalisasi lebih berupa pembuatan kanal sungai dengan beton, bukan mengembalikan sungai ke keadaan normalnya: berkelok-kelok, tumbuh ilalang di sekitarnya, dan memiliki sempadan.

Advertising
Advertising

Untuk kasus sungai-sungai di Jakarta, kedua cara menangani sungai itu menuntut penanganan yang sama: memindahkan penduduk yang merampas badan sungai. Solusi ini perlu negosiasi, karena pemerintah sudah lama membiarkan masyarakat mengokupasi badan sungai tanpa pencegahan. Mereka beranak-pinak di sana. Memindahkan mereka dengan menggusur hanya akan menimbulkan problem sosial lain yang penanganannya lebih berat.

Memberi "ganti rugi" atau memindahkan mereka ke rumah susun bisa menjadi solusi membenahi Jakarta. Penduduk harus disadarkan bahwa mereka tinggal di tempat terlarang sehingga harus dibujuk agar bersedia pindah ke tempat-tempat yang disediakan pemerintah.

Strategi dan jargon Gubernur Anies adalah keberpihakan. Maka, jika ia mengkritik cara Basuki Tjahaja Purnama, gubernur sebelumnya, dalam menggusur penduduk di sekitar sungai karena menimbulkan problem rumit kultur masyarakat, Anies mesti punya cara jitu membereskan Jakarta seraya tetap berpihak kepada rakyat miskin kota.

Persoalan Jakarta sejak 1980-an adalah drainase. Bangunan-bangunan tumbuh tanpa menimbang aliran air, padahal Ibu Kota berada di dekat laut yang teraliri 13 sungai dari arah selatan. Jika kota ini melawannya, itu sama saja dengan menantang hukum alam yang tak bisa dihadang.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

11 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

32 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

40 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

43 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

59 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya