Musim Semi Arab di Aljazair

Penulis

Ibnu Burdah

Rabu, 20 Maret 2019 07:00 WIB

Para pengunjuk rasa berdemonstrasi di jalan-jalan Aljir, Aljazair, untuk memprotes pencalonan pilpres Presiden Abdelaziz Bouteflika untuk masa jabatan kelima, Jumat, 1 Maret 2019.[Washington Post]

Ibnu Burdah
Dosen UIN Sunan Kalijaga

Ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan di Aljazair selama berpekan-pekan. Protes tak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi juga di Ibu Kota Aljier. Unjuk rasa itu dipicu keinginan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika untuk maju kembali dalam pemilihan presiden pada April mendatang. Karena itu, slogan gerakan tersebut pada mulanya adalah "laa lil ‘ahdah al-khamisah" atau "laa lil fathrah al-khamisah" (tidak untuk periode kelima). Mereka menolak pencalonan kembali Bouteflika, yang telah menjadi presiden selama empat periode atau sekitar 20 tahun.

Apalagi kondisi kesehatan lelaki 81 tahun itu sudah sangat lemah. Bahkan sudah enam atau tujuh tahun ia sama sekali tak berbicara kepada rakyatnya dan harus bolak-balik berobat ke luar negeri. Pencalonan kembali Bouteflika ini dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap rakyat. "Masak mayat dicalonkan jadi presiden," kata seorang warga Aljazair kepada saya.

Gerakan protes di Aljier bermakna sangat penting karena demonstrasi di Ibu Kota dilarang keras oleh undang-undang dengan ancaman hukuman yang cukup berat. Gerakan ini menandai keberanian rakyat melawan rezim yang berkuasa.

Namun mereka tak hanya menolak pencalonan kembali Bouteflika, tapi juga menyerukan "irhal" (enyahlah) dan "asy syab yurid isqad al-nidham" (rakyat ingin menjatuhkan rezim)-persis slogan-slogan Musim Semi Arab di Mesir, Tunisia, Suriah, dan lain-lain.

Advertising
Advertising

Beberapa hal bisa membantu menjelaskan kuatnya keinginan rakyat Aljazair menjatuhkan rezim Bouteflika. Pertama, persentuhan antarnegara Arab saat ini sangat besar. Sejak adanya televisi satelit, "kebudayaan Arab baru" mulai lahir, yaitu kebudayaan yang "menyatukan" Arab kendati terpisah oleh kenyataan negara-bangsa sejak berakhirnya Perang Dunia I dan II. Pan Arabisme secara politik, menurut Andrew Hammond, gagal tapi secara kultural ternyata tidak. Penularan apa yang terjadi di Tunisia, Mesir, Yaman, Bahrain, dan lain-lain-yang disebut Musim Semi Arab-mudah sekali terjadi di negara Arab lain, termasuk Aljazair. Apalagi media baru, terutama media sosial, makin memperkuat kemudahan persentuhan ini.

Kendati ditakut-takuti bahwa apa yang terjadi di Suriah atau Yaman bisa menimpa Aljazair, rakyat tetap maju dan bergerak. "Hadzihi al-jazair, walaysat suriah" (Kami Aljazair, bukan Suriah), demikian para demonstran berteriak dalam unjuk rasa yang tergolong "damai" itu bila dibandingkan dengan demonstrasi Musim Semi Arab lainnya. Di samping itu, mereka tentu mengikuti apa yang terjadi di negara tetangga, Tunisia. Negeri itu berhasil menjungkalkan rezim kuat Zainal Abidin bin Ali sekaligus berhasil melewati masa transisi dengan membanggakan.

Kedua, faktor media sosial yang mengubah alur dan sumber informasi. Alur dan sumber informasi menjadi tak mudah dikontrol. Sementara dulu media-media seperti Al-Nahar, Al-Khabar, dan Al-Syuruq menjadi sumber utama informasi rakyat, sekarang sumber informasi itu datang dari mana saja. Dulu alur informasi berasal dari rezim kepada rakyat melalui media-media konvensional itu. Sekarang semua rakyat berpotensi menjadi sumber dan penulis sekaligus konsumen berita. Diperkirakan hampir semua warga di kota-kota di Aljazair sudah "melek" media sosial, terutama anak-anak muda.

Rezim Bouteflika tentu tak akan mudah lagi mengontrol pengetahuan rakyat tentang mereka. Media sosial sepertinya akan menjadi pilar utama dalam gerakan protes perubahan di Aljazair ini, sebagaimana di Mesir dan Tunisia. Tapi apakah rakyat Aljazair juga akan mengucapkan "syukran laka ya Fesbuk" (Terima kasih, Facebook) sebagaimana rakyat Mesir mengucapkan itu setelah berhasil menjatuhkan Mubarak, itu soal lain.

Ketiga, keadaan ekonomi dan politik Aljazair beberapa tahun terakhir secara umum memburuk. Modernisasi yang digalang Bouteflika selama dua dekade terakhir tidak cukup berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai. Apalagi memburuknya ekonomi dunia juga berpengaruh terhadap harga minyak. Kebutuhan bahan pokok dikabarkan juga naik, sementara korupsi kroni-kroni rezim Bouteflika luar biasa. Aljazair termasuk negara paling korup di dunia. Dan, yang penting, lapisan pemuda terdidik yang menganggur di negeri itu juga semakin tebal. Mereka inilah salah satu pilar demonstrasi kali ini. Perjuangan panjang para aktivis politik dan hak asasi manusia, keadaan yang buruk, dan media sosial berakumulasi bagi lahirnya gerakan ini.

Di sisi lain, kebebasan politik di Aljazair sangat terbatas. Sangat sulit untuk membuat terobosan perubahan melalui bilik suara karena partai-partai oposisi "dimandulkan" oleh lingkaran rezim yang berkuasa. Partai berkuasa Jabhah al-Tahrir seperti sendirian di medan laga, meski ada sekitar 40 partai politik di sana. Sumber-sumber ekonomi dikuasai segelintir elite, terutama orang kuat di partai berkuasa, para jenderal, dinas intelijen, dan tentunya keluarga besar Bouteflika.

Jatuhnya Bouteflika, jika terjadi, tak otomatis berarti jatuhnya rezim karena kekuasaan di Aljazair, baik politik, ekonomi, maupun militer, dikuasai oleh lingkaran elite di atas. Tapi rakyat sudah tahu itu semua dan mengarahkan tuntutan bukan hanya ke Bouteflika, tapi juga kepada anasir-anasir rezim ini secara keseluruhan.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

27 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

39 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

55 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya