Perjalanan Tiga Sutradara Asia

Minggu, 17 Maret 2019 08:58 WIB

Film omnibus Journey

Mereka berdua menyusuri sebuah jalan panjang menuju timur, ke sebuah pelabuhan. Di dalam mobil kecil itu yang disetir sang ibu dan puteri remajanya mereka tampak sulit berkomunikasi. Sang ibu (Jin Cheng) terus menerus berceloteh lebih kepada dirinya sendiri. Tentang anggota keluarganya, tentang sang Ayah, tentang segalanya sementara si gadis (Zhe Gong) dengan bibir mencotot dan kedua bola mata yang mendelik tak tahan mendengarkan ocehan ibunya. Sesekali si gadis menjawab ibunya dengan nada judes.

Si Ibu yang mencoba sabar dan membalasnya dengan ocehan berikutnya. Terus begitu hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di sebuah penginapan terdekat. Untuk sejenak, ada sebuah jeda dari keriuhan itu karena malam turun.

Namun muncul pertengkaran lain. Perlahan penonton mulai memahami bahwa sang anak merasa direpotkan oleh pesan ayah almarhum: menyebarkan abu di laut. Sang Ibu menjawab jika dia yang meninggal, anaknya boleh menyebar abu di mana saja. Seketika keriuhan ribut-ribut Ibu dan anak itu redup. Suasana berubah sunyi.

Pada akhir menit ke 30, di atas perahu, di bawah matahari, sang Ibu dan si gadis menebar abu orang yang mereka sayangi dalam diam. Ini bukan saja adegan terindah setelah perjalanan yang berisik oleh pertengkaran, tetapi juga karena sinar matahari yang menjilat kulit mereka tampak seperti kehangatan yang terasa antara keluarga itu. Tanpa kata-kata. Hanya sang ibu, anak, cahaya matahari yang menyinari abu jenazah sang ayah yang kini sudah menyatu dengan air laut.

Inilah segmen pembukaan Journey, sebuah proyek film Asian Three-Fold Mirror 2018. Film yang ditayangkan secara khusus inimenyajikan karya tiga sutradara Asia yang masing-masing menampilkan film pendek dengan tema perjalanan. Pembukaan tadi, berjudul The Sea adalah karya sutradara Tiongkok Degena Yun yang juga sekaligus menulis skenario film ini. Sedangkan segmen kedua berjudul Hekishu dipercayakan kepada sutradara Jepang Daishi Matsunaga. Segmen berjudul Variabel No.3 adalah arahan sutradara Indonesia Edwin yang skenarionya ditulis oleh Prima Rusdi.

Advertising
Advertising

Ini adalah proyek omnibus kedua yang diproduksi The Japan Foundation Asia Center dan Tokyo International Film Festival setelah sebelumnya mereka sudah memproduksi omnibus berjudul Reflections.

Pada proyek Omnibus kedua ini, benang merah yang mengikat tiga film pendek ini adalah tema perjalanan dan aktor Nicholas Saputra yang tampil dalam semua segmen.

Jika di dalam film The Sea Nicholas tampil sekelebat sebagai seseorang yang nyaris tertabrak Ibu dan anak yang tengah bertengkar di dalam mobil, di film kedua film Hekishu, sosok Nicholas Saputra muncul seperti seorang pengelana yang juga berkelabatan penuh misteri. Mengambil setting di Yangoon, Myanmar, film ini berkisah tentang Suzuki, seorang pengusaha muda Jepang (Hiroki Hasegawa) yang tengah bertugas memimpin proyek pengembangan rel kereta api. Suatu hari di sebuah pasar tradisional, pandangannya terpaku pada seorang perempuan mungil Su Su (Nandar Myat Aung). Sembari memesan longyi yang kemudian dijahitkan Su Su, perlahan-lahan Suzuki mulai mengenal Su su. Mereka berbincang tentang pekerjaan masing-masing. Dari seseorang yang merasa ikut menjadi bagian yang membangun infrastruktur, Suzuki lantas merenung tentang profesinya dan tujuan hidupnya. Ucapan sederhana Su su yang mengatakan dia tak merasa membutuhkan kereta api yang berjalan lebih cepat itu sungguh mengganggunya. Suzuki ikut berkenalan dengan keluarga Su Su yang bukan hanya hidup pas-pasan, tetapi mereka bahkan ‘merangkul’ kemiskinan mereka dengan humor. Misalnya peristiwa padamnya listrik –yang tampaknya cukup sering terjadi—dihadapi dengan lucu: mereka menyayikan lagu Selamat Ulang Tahun. Bagian ini menjadi sebuah komentar sosial yang menarik karena disampaikan melalui sikap manis seorang gadis sederhana dan sangat mudah untuk mewakili persoalan kelas di Indonesia.

Film terakhir karya Edwin berjudul “Variabel No.3” justru film yang mungkin kurang bisa bertaut dengan penonton (Indonesia). Edwin yang sejak beberapa tahun terakhir sudah melahirkan beberapa film yang cukup ‘naratif’ dan secara garis mengikuti pakem film mainstream, kini kembali lagi masuk ke “halaman rumah” arthouse, sebuah zona nyaman bagi sutradara yang pernah mengarahkan film “Babi Buta” (2008) dan “Poscard from the Zoo” (2012). Segmen ini berkisah tentang hubungan sepasang suami isteri Edi (Oka Antara) dan Sekar (Agni Prathista) yang tengah menetap di Tokyo. Dalam sebuah perjalanan dan bermaksud bermalam di sebuah penginapan. Di dalam perjalanan menuju penginapan itulah terjadi serangkaian peristiwa ganjil, misalnya bertemu dengan Kenji (Nicholas Saputra) yang berwajah serupa dengan bekas pacar Sekar yang bernama Jati. Peristiwa ganjil berikutnya adalah Kenji yang mereka temui di perjalanan ternyata tuan rumah penginapan yang mereka sewa. Dan puncak keanehan berikut adalah serangkaian adegan seks ketiga tokoh kita yang berlangsung setelah ‘diskusi’ penting yang membuhulkan betapa pentingnya, atau betapa menariknya “variabel no.3” dalam sebuah hubungan.

Marilah kita singkirkan diskusi serangkaian adegan seks (sebutannya “threesome”) itu dulu, karena yang sebetulnya ingin dijelajahi adalah hubungan antara Edi dan Sekar. Problem mendasar Edi dan Sekar, seperti halnya problem perkawinan umumnya sebetulnya perlu didalami –meski Edwin kali ini lebih suka penonton membaca dari bahasa visual belaka. Gerak tubuh dan bahasa antara suami isteri itu berhasil menimbulkan rasa bahwa adanya ketegangan di antara mereka. Sebetulnya akan lebih menarik jika penjelajahan hubungan Edi dan Sekar lebih diperdalam daripada menyaksikan bermenit-menit adegan Sekar pipis di toilet (sebuah adegan yang tampaknya menjadi adegan favorit Edwin, yang juga tampil dalam film Edwin yang lain. Padahal jika adegan itu tak ada, dunia tak akan guncang).

Bahwa kemudian variabel no 3 diartikan sebagai sebuah ‘journey’ atau perjalanan menyentuh erotisme masing-masing, sebetulnya satu hal yang ingin disampaikan oleh sang sutradara. Ada begitu banyak hal dalam seksualitas yang tak pernah bisa terungkapkan, hingga hubungan konvensional antara dua orang akhirnya sering melibatkan kebohongan. Perjalanan ‘mengulik’ erotisisme kemudian membangkitkan gairah sesungguhnya yang selama ini terpendam. Edwin menamakannya ‘kebenaran yang dapat menyebabkan serangkaian perubahan yang menyakitkan”.

Kita tak pernah tahu apa bagaimana kelanjutan hubungan Edi dan Sekar setelah perjalanan itu. Edwin memang menunjukkan dengan perayaan mereka bertiga menenggak minuman. Di dalam hati masing-masing, kita tak akan pernah tahu.

Untuk durasi 82 menit mengikuti perjalanan pikiran tiga sutradara ini mungkin bukan sesuatu yang sesuatu yang mudah dan sama sekali tak mengandung keriaan. Tetapi konon tujuan bukan hal yang terpenting, melainkan proses perjalanan itu yang akan memperkaya kita. Ini memang bukan kisah ini tentang moleknya Myanmar, Jepang atau Cina, tetapi tentang bagaimana jiwa tokoh-tokohnya menjadi manusia biasa.

JOURNEY

The Sea (Tiongkok)

Sutradara/Skenario: Degena Yun

Pemain: Jin Chen, Zhe gong, Tu Men, Nicholas Saputra

Hekishu (Jepang)

Sutradara/Skenario : Daishi Matsunaga

Pemain: Hiroki Hasegawa, Nandar Myat Aung, Nicholas Saputra

Variable No 3 (Indonesia)

Sutradara: Edwin

Skenario: Prima Rusdi

Pemain: Agni Pratistha, Oka Antara, Nicholas Saputra

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya