Macron dan Rembuk Akbar Nasional

Senin, 18 Februari 2019 07:00 WIB

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato di istana Elysee di Paris, Prancis, 11 Januari 2019. [Ian Langsdon / Pool via REUTERS]

Jean-Charles Berthonnet
Duta Besar Prancis untuk Indonesia

Setelah terbitnya artikel "Macron dan Demonstrasi" oleh Poltak Partogi Nainggolan di Koran Tempo edisi 22 Januari 2019, saya bermaksud menanggapi sejumlah pertanyaan yang muncul dalam artikel tersebut.

Pertama, mengapa Prancis berunjuk rasa? Dalam beberapa bulan terakhir, di Prancis terjadi sejumlah demonstrasi yang disebut sebagai "gerakan rompi kuning". Gerakan ini lahir dari berbagai ungkapan ketidakpuasan yang meminta tuntutan-tuntutan sosial sebagian rakyat Prancis didengar. Terkadang gerakan ini diwarnai dengan kekerasan.

Sejak awal masa jabatannya pada Mei 2017, Presiden Macron meluncurkan berbagai reformasi ambisius di bidang fiskal, ekonomi, dan sosial, yang bertujuan mengubah ekonomi Prancis, terutama dengan meringankan beban pajak dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi dunia usaha. Beberapa langkah untuk meringankan tekanan fiskal ini tetap harus diimbangi dengan kenaikan pajak lain. Ada pula keinginan mewujudkan komitmen Prancis untuk turut serta dalam perang melawan perubahan iklim.

Demonstrasi tersebut bertolak dari keputusan untuk menaikkan pajak bahan bakar minyak, khususnya solar, yang digunakan secara luas oleh para pengendara mobil di sana. Kenaikan pajak yang didukung oleh mayoritas partai politik tersebut bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan lain, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris.

Advertising
Advertising

Namun, bagi sebagian masyarakat, kenaikan pajak itu memperburuk kondisi sosial dan keuangan mereka yang rapuh. Hal tersebut memicu unjuk rasa spontan, juga pemblokiran beberapa jalan tol, atau bundaran jalan. Aksi-aksi ini diprakarsai oleh kelompok-kelompok kecil independen. Demonstrasi tersebut juga turut memicu berbagai macam bentuk ekspresi ketidakpuasan, yang terkadang disertai pula dengan kekerasan.

Kedua, bagaimana reaksi pemerintah Prancis? Presiden Macron mempertimbangkan tuntutan keadilan, pengakuan, dan perbaikan pengupahan dan ingin menanggapinya dengan cepat. Kebijakan-kebijakan "darurat" yang telah diambil oleh pemerintah merupakan jawaban atas harapan jangka pendek yang disampaikan oleh pengunjuk rasa. Pembatalan kenaikan pajak bahan bakar minyak, kenaikan tunjangan kerja (tunjangan sosial untuk melengkapi gaji para pegawai dan pekerja independen berpenghasilan rendah), dan pembebasan pajak uang lembur diharapkan dapat memperbaiki tingkat kehidupan seluruh masyarakat.

Kebijakan tersebut tidak mempersoalkan strategi ekonomi global kami yang bertujuan meningkatkan daya saing perusahaan Prancis dan membenahi keuangan negara jangka menengah. Dinamika ini akan terus berlanjut selama 2019 dengan berbagai paket reformasi asuransi tunakarya, aparatur sipil negara, dan pensiun.

Menghadapi "gerakan rompi kuning" ini, pemerintah mengerahkan aparat keamanan secara besar-besaran dengan melibatkan 80 ribu polisi di seluruh wilayah Prancis untuk membatasi kekerasan dan melindungi hak berdemonstrasi melawan mereka yang malah melihat kesempatan untuk merusak. Di Paris pada pekan lalu, ribuan orang berkumpul untuk mengecam kekerasan tersebut dan menyatakan bahwa "gerakan rompi kuning" tidak mewakili sebagian besar rakyat Prancis. Dari hasil pemilihan parlemen Eropa pada Mei 2019, kami akan mengetahui apakah ada partai politik yang akan mendapat keuntungan dari ketidakpuasan ini.

Ketiga, rembuk nasional macam apa yang diinginkan Presiden Macron? Pada 13 Januari lalu, Presiden mengajak rakyat Prancis merundingkan berbagai isu penting yang berkaitan dengan masa depan kami. Beliau meluncurkan Rembuk Akbar Nasional (Grand Débat National) yang belum pernah ada dan akan dilaksanakan hingga 15 Maret mendatang. Presiden ingin mengajak segenap bangsa Prancis turut serta dalam rembuk akbar ini, bukan hanya dengan segelintir pengunjuk rasa.

Rembukan tersebut tidak bermaksud mempertanyakan program yang telah membawa Macron terpilih untuk menduduki tampuk kekuasaan, tapi menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang muncul dalam beberapa pekan terakhir. Tema-tema yang akan dibahas meliputi masalah perpajakan, tata kelola negara, dan pemerintah daerah, serta transisi ekologi dan institusi negara. Hasilnya akan disampaikan oleh Presiden pada April nanti dan akan membantu merumuskan kontrak baru bagi bangsa, memberikan kerangka aksi pemerintah dan parlemen, serta menegaskan posisi Prancis di lingkup Eropa dan internasional.

Rembuk tersebut juga akan membantu rakyat Prancis mengatasi kondisi saat ini demi memelihara nilai-nilai demokrasi dan keterbukaan terhadap dunia luar sembari memahami dan mempertimbangkan pesan-pesan dan sinyal-sinyal yang dikirim oleh "rompi kuning" dan lapisan-lapisan sosial yang mendukung mereka.

Periode yang dilalui oleh negara kami ini menunjukkan pentingnya memperkuat kembali demokrasi dan kewarganegaraan. Rembukan tersebut mencerminkan kesolidan institusi-institusi negara yang mampu mendengarkan tuntutan sosial rakyat Prancis dan menanggapinya melalui rembuk akbar nasional yang baru pertama kali ini terjadi.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

2 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

11 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

32 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

40 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

44 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya