Pertemuan Dialogis TNI dan OPM

Penulis

Neles Tebay

Kamis, 14 Februari 2019 07:00 WIB

TNI personnel in Wamena is getting ready to go to Nduga where the attack against Istaka Karya workers took place. ANTARA/Iwan Adisaputra

Neles Tebay
Dosen STF Fajar Timur dan Koordinator Jaringan Damai Papua

Aksi-aksi kekerasan bersenjata terhadap aparat keamanan dan warga sipil non-Papua (pendatang) yang dicurigai bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia-Kepolisian RI dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), sejak Desember 2018 hingga Januari 2019. TNI menyebut mereka sebagai kelompok kriminal separatis bersenjata, sedangkan polisi menyebutnya kelompok kriminal bersenjata.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengumumkan keamanan di Papua sebagai prioritas TNI pada tahun ini. Selanjutnya, TNI menggagas perlunya mendengarkan keinginan OPM. Menurut Hadi, TNI akan mewadahi keinginan OPM untuk menciptakan rasa aman di Bumi Cenderawasih. Tapi dia juga menegaskan tidak akan berkompromi apabila OPM justru menginginkan kemerdekaan bagi Papua.

Keinginan TNI untuk mendengarkan keinginan OPM mengandaikan kemungkinan menggelar pertemuan dialogis. Dalam pertemuan tersebut, wakil dari TNI dan OPM hadir secara fisik dan saling memandang sebagai sesama warga negara Indonesia. Mereka berbicara dari hati ke hati, saling mendengarkan, sehingga memahami keinginan masing-masing pihak. Tanpa melalui pertemuan dialogis, TNI tidak akan mengetahui keinginan OPM yang sebenarnya.

Perlu disadari bahwa bertemu dengan kelompok OPM juga bukan perkara gampang. Mereka belum tentu langsung percaya dan menerima gagasan TNI ini karena tiga alasan. Pertama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2011 menyatakan pentingnya pertemuan dialogis antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua. Tapi OPM tahu bahwa hingga akhir masa kepresidenan SBY, pertemuan dialogis antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua tidak pernah terlaksana.

Advertising
Advertising

Kedua, ada kesan pemerintah Joko Widodo punya pemahaman yang berbeda tentang pertemuan dialogis ini. Hal tersebut tampak dalam pernyataan sejumlah pejabat di Jakarta. Presiden Jokowi sendiri melihat pentingnya pertemuan dialogis tentang Papua, sebagaimana yang disampaikannya kepada rakyat Papua pada Desember 2014 di Jayapura.

Namun, menanggapi kasus penembakan karyawan di Kabupaten Nduga pada awal Desember 2018, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menegaskan, jalur negosiasi dengan kelompok bersenjata sudah tak mungkin dilakukan. Pemerintah Indonesia tak sepatutnya melakukan dialog dengan kelompok bersenjata untuk menyelesaikan konflik di Papua. Sebab, kelompok bersenjata tidak sejajar dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Senada dengan Wiranto, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa tidak ada negosiasi dengan kelompok kriminal bersenjata. Mereka harus menyerah atau diselesaikan. Itu berarti pertemuan dialogis dengan OPM tidak diperlukan. Namun TNI pada tahun ini berkeinginan mendengarkan dan mewadahi keinginan OPM, kecuali kemerdekaan bagi Papua, yang mengandaikan perlunya pertemuan dialogis.

Perbedaan pandangan seperti ini dapat memunculkan keraguan kelompok OPM terhadap keterbukaan dan niat TNI. OPM bahkan dapat mempertanyakan apakah gagasan TNI untuk mendengarkan keinginan-keinginan mereka adalah kemauan TNI sendiri atau kebijakan pemerintah pusat. Apakah gagasan TNI ini mendapat dukungan dari pemerintah pusat?

Ketiga, kelompok OPM sadar bahwa selama ini mereka dipandang dan diperlakukan sebagai musuh negara yang mengancam keutuhan teritorial Indonesia, sehingga mereka dapat dibunuh kapan saja dan di mana saja di Papua dengan alasan membasmi separatisme Papua. Maka pertemuan dengan TNI bisa saja ditolak OPM karena dicurigai sebagai suatu cara untuk menjebak dan menghabisi mereka.

Jadi, tantangannya adalah bagaimana meyakinkan OPM bahwa TNI sungguh-sungguh mau mendengarkan keinginan mereka. Gagasan TNI ini perlu dikomunikasikan dengan kelompok OPM. Komunikasi melalui surat dan media sosial sulit dipercaya. Mengutus orang Papua untuk menyampaikan niat TNI juga belum tentu diterima OPM. Sebaiknya TNI mengutus wakilnya sebanyak satu atau dua orang untuk bertemu secara pribadi dengan kelompok OPM. Utusan itu merupakan anggota TNI yang dapat dipercaya oleh OPM. Dalam pertemuan dengan mereka nanti, wakil TNI dapat menyampaikan keseriusan TNI serta tujuan dan maksud dari gagasan untuk mendengarkan keinginan OPM. Juga mendengarkan secara langsung tanggapan dan harapan OPM.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

10 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

31 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

39 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

43 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

58 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

59 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya