Usut Penganiayaan Penyidik KPK

Penulis

Kamis, 7 Februari 2019 07:00 WIB

Ketua KPK Agus Rahardjo (empat dari kanan) menerima alumni Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang memberikan dukungan moral kepada pimpinan KPK, di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 16 Januari 2019. Dalam aksi dukungan moral ini para alumni menyatakan mengutuk tindakan teror bom di rumah pimpinan KPK dan teror kepada penyidik KPK, serta meminta Presiden RI Joko Widodo dan Kapolri untuk segera mengusut tuntas. TEMPO/Imam Sukamto

Pengeroyokan yang menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu pekan lalu, sungguh merupakan insiden memalukan. Dengan alasan apa pun, serangan terhadap penegak hukum tak bisa dibenarkan. Pelaku, yang diduga pegawai Pemerintah Provinsi Papua, harus ditangkap dan dihukum berat.

Peristiwa ini bermula dari petugas KPK yang menyelinap ke ruang pertemuan Hotel Borobudur untuk memantau jalannya rapat koordinasi antara Gubernur Papua Lukas Enembe dan mitranya dari Dewan Perwakilan Rakyat Papua. Kebetulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Papua Tahun Anggaran 2019 baru saja dikaji Kementerian Dalam Negeri. Sesuai dengan tugasnya, penyelidik KPK memotret wajah pejabat Papua yang hadir serta melaporkan jalannya rapat kepada pimpinannya. Sampai di sini, tak ada yang keliru.

Kekacauan terjadi setelah sekitar sepuluh pegawai Pemerintah Provinsi Papua mendekati penyelidik KPK itu dan melontarkan berbagai pertanyaan. Rupanya aksi petugas KPK memantik kecurigaan. Tak puas atas jawaban penyidik, mereka juga memeriksa tas dan telepon selulernya. Dari sanalah mereka tahu bahwa KPK memang hendak membongkar sebuah transaksi korupsi dalam pertemuan itu. Para pegawai Pemerintah Provinsi Papua sontak beramai-ramai menjotos si petugas sampai babak belur. Selain hidungnya retak, wajahnya terluka cukup parah.

Terbongkarnya misi rahasia penyidik KPK ini memang disayangkan, namun juga menimbulkan pertanyaan. Seharusnya lembaga antirasuah ini tak sembarangan mengirim penyidik tanpa kompetensi dan pengalaman yang cukup. Ketika memantau jalannya rapat, sang penyidik harus berusaha dengan segala cara agar misinya tak sampai terbongkar. Kesembronoan petugas dalam memotret targetnya berujung pada gagalnya operasi klandestin KPK malam itu.

Selain itu, untuk pelaksanaan tugas yang risikonya tinggi, prosedur standar pengamanan terhadap penyelidik KPK tak memadai. Seharusnya, begitu ada bahaya yang mengancam petugas di lapangan, tenaga pendukung pengamanan KPK harus segera bergerak. Tak adanya dukungan cepat untuk mencegah insiden penganiayaan itu menunjukkan keamanan dalam sistem prosedur standar KPK harus segera dibenahi.

Advertising
Advertising

Tentu aksi kekerasan para pegawai Pemerintah Provinsi Papua tak dibenarkan dengan alasan apa pun. Kalau ragu terhadap validitas kartu identitas yang ditunjukkan petugas KPK, mereka bisa menggelandangnya ke kantor polisi tanpa harus memukulnya lebih dulu. Pernyataan Ketua DPRD Papua yang tersinggung karena merasa sudah berjuang untuk NKRI namun tetap dipantau KPK juga tak masuk akal. Adalah tugas lembaga antirasuah untuk menindaklanjuti setiap indikasi korupsi dengan penyelidikan yang sungguh-sungguh, tak peduli apa pun latar belakang pelakunya.

Kini kasusnya sudah di tangan polisi. KPK sudah menyerahkan semua informasi terkait dengan kasus ini kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya. Meski CCTV di Hotel Borobudur tak bisa diakses, ada beberapa saksi mata yang dapat memberikan petunjuk soal identitas pelaku. Pengusutan yang tuntas atas kasus ini mutlak diperlukan untuk memberikan efek jera bagi individu atau kelompok yang berusaha menghindar dari jerat KPK.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya