Meritokrasi Polisi Kita

Penulis

Kamis, 31 Januari 2019 07:00 WIB

Kapolri Jendral Tito Karnavian (kiri) menandatangani berita acara sertijab perwira tinggi (Pati) Polri di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 24 Januari 2019. Irjen Pol Idham Azis menggantikan Komjen Pol Arief Sulistyanto sebagai Kabareskrim. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Rotasi 48 perwira di Kepolisian Negara Republik Indonesia pekan lalu menunjukkan meritokrasi bukan patokan utama dalam sistem mutasi pejabat kunci di lembaga penegak hukum itu. Perputaran petinggi Polri dilakukan lebih dengan pertimbangan suka atau tidak suka kepada figur tertentu, bukan atas dasar kompetensi dan kebutuhan organisasi.

Kesan miring semacam itu tak bisa dihindari karena pergeseran jabatan di kepolisian kali ini memang menyisakan banyak tanda tanya. Yang paling mencolok adalah pergantian Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Arief Sulistyanto, yang baru lima bulan menempati posisinya. Dia digantikan Inspektur Jenderal Idham Azis, mantan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, yang pernah terpental dalam seleksi Wakil Kepala Polri.

Santer beredar kabar bahwa Arief dicopot karena bergesekan dengan bekas teman satu kamarnya di Akademi Kepolisian: Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian. Dia dinilai kurang loyal kepada atasan karena tak cepat bertindak ketika akhir tahun lalu nama Tito disebut-sebut dalam berbagai pemberitaan media tentang hasil investigasi IndonesiaLeaks. Liputan bersama sejumlah media itu menemukan nama Tito dalam catatan aliran dana kasus korupsi impor daging dengan tersangka Basuki Hariman. Meski tak ada bukti langsung Tito menerima cipratan uang, laporan itu sempat membuat Markas Besar Polri panas-dingin.

Tak hanya itu. Hubungan Arief dan Tito konon sudah renggang sejak hari pertama Arief menjadi Kepala Bareskrim. Pasalnya, dia terang-terangan menyatakan keberatan terhadap kebijakan Kapolri yang lebih sering membentuk satuan tugas yang bersifat ad hoc untuk mengungkap perkara yang mendapat perhatian publik. Tito memang membentuk satgas beras, satgas gula, dan satgas mafia sepak bolauntuk menyebut beberapasetiap kali ada kasus besar. Padahal pengusutan semua kasus itu merupakan kewenangan Bareskrim.

Pembentukan satgas yang dikendalikan langsung Kapolri semacam itu tidak cuma merusak struktur organisasi, tapi juga mengindikasikan defisit kepercayaan Tribrata-1 kepada Bareskrim dan jenderal yang memimpinnya. Padahal, tanpa dukungan pucuk pimpinan Polri, mustahil Bareskrim bisa bekerja optimal.

Advertising
Advertising

Tito dan jajarannya bisa saja membantah semua indikasi tersebut dan menyebutnya spekulasi belaka. Namun, satu hal yang tak bisa dimungkiri, mutasi dan promosi di lingkungan Polri selama ini berlangsung dengan amat tertutup. Para perwira polisi sendiri bahkan tak pernah tahu apa kriteria atau indikator penilaian yang membuatnya dimutasi atau mendapat promosi. Semua itu tak pernah diumumkan kepada publik. Tak aneh, dengan mekanisme yang demikian gelap, kedekatan dan loyalitas kepada atasan jadi lebih menentukan.

Ke depan, sistem penjenjangan karier di Polri amat mendesak untuk dibenahi. Jika Kapolri benar-benar ingin memperbaiki lembaganya menjadi penegak hukum yang profesional, modern, dan tepercaya, sistem mutasi dan promosi mutlak diperbaiki. Pergantian perwira harus merujuk pada rapor mereka, yang meliputi rekam jejak pendidikan dan pelatihan, prestasi selama penugasan, kepatuhan kepada aturan hukum, serta perilaku bersih dari korupsi.

Tanpa penerapan meritokrasi yang sejati dalam sistem pengelolaan sumber daya manusia Polri, friksi internal, intrik, dan klik akan selalu mewarnai organisasi Korps Bhayangkara. Kondisi semacam itu jelas tak akan membantu polisi menjadi lembaga penegak hukum yang bersih dan disegani.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya